Cerpen "Pesan di Helaian Benang-Benang Emas" oleh: Alvian Kurniawan, S.Pd.
Remang telah datang bertamu malam ini. Riuh suara hujan terdengar lincah menari di atas genting-genting rumah panggungku. Petir pun turut serta hadir menggangguku yang sedang duduk di samping lemari ukir yang sudah retak kacanya. Gemuruh suaranya menambah suasana malam menjadi kian mencekam. Ku amati dari kejauhan, Nyimas, anak bungsuku tidur dengan pulasnya. Ia nampak lelah setelah seharian penuh berlatih menari tanggai bersama teman sekelasnya di SD. Aku ingat, sekitar lima jam yang lalu, ia mengeluh lelah dan pusing. Ia sempat berpesan kepadaku sebelum tidur, kalau esok pagi ia ingin mengenakan baju penari khas dari Sumatera Selatan ini. Tentunya, sebagai seorang ibu aku merasa ingin memenuhi permintaan anak kesayanganku ini. Apalagi aku ingat bahwa seharusnya baju ini sudah selesai ku rajut sembilan hari yang lalu bertepatan dengan ulang tahun Nyimas yang ke-11. Ku lihat jam dinding sudah menunjukan hampir pukul dua dini hari. Aku terus saja menenun satu demi satu helaian benang