Contoh Proposal Skripsi (pertama) Pendidikan bahasa dan sastra Indonesia

RANCANGAN PENELITIAN
ANALISIS PEMAJEMUKAN KATA DAN JENIS PERSAJAKAN LIRIK LAGU-LAGU YANG DITRANSLITERASIKAN DARI BAHASA INGGRIS DALAM ALBUM CELINE ALL THE WAY (A DECADE OF SONG)

1. Latar Belakang
Bahasa dan sastra merupakan dua komponen yang tidak dapat dipisahkan. Bahasa adalah sarana komunikasi yang mutlak diperlukan oleh setiap anggota masyarakat. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan Keraf (2006:1) sebagai berikut:
Melalui bahasa, kebudayaan suatu bangsa dapat dibentuk, dibina, dikembangkan, dan dapat diturunkan kepada generasi mendatang. Dengan adanya bahasa sebagai alat komunikasi, maka yang ada disekitar manusia mendapat tanggapan dalam pikiran manusia yang disusun dan diungkapkan kembali kepada orang lain sebagai bahan komunikasi.

Demikian juga dengan sastra. Sastra diciptakan untuk dinikmati, dipahami, dirasakan, dan dimanfaatkan oleh masyarakat atau pembaca. Hal tersebut diperkuat oleh pendapat Suharianto (2008:1) yang menyatakan,
Karya sastra adalah kehidupan yang telah diwarnai dengan sikap penulisnya, latar belakang pendidikannya, keyakinannya, dan sebagainya. Dengan demikian, sebuah karya sastra memerlukan imajinasi sastrawan yang dapat memberikan manfaat kepada pembaca atau penikmat sastra.

Bahasa dan sastra dapat memberi manfaat kepada pemakai dan penikmatnya. Dengan adanya bahasa dan sastra, seseorang dapat mengekspresikan perasaan yang dialaminya melalui kreativitas seperti puisi, lagu dan lain sebagainya. Berbicara mengenai sebuah lagu, tentu sebelum manusia menikmati sebuah lagu dengan aliran musik yang digemari, lagu diawali oleh sebuah tulisan yang dikenal dengan istilah lirik. Dalam lirik lagu, terdapat unsur-unsur yang terlibat dalam pembentukannya. Unsur-unsur tersebut dibangun oleh tataran bahasa dan sastra. Salah satu tataran bahasa yang membentuk sebuah lirik lagu adalah kata. Bentuk dan jenis kata sangat beragam, salah satu diantaranya adalah kata majemuk.
Ramlan (2001:76) menyatakan, “Kata majemuk adalah kata yang terdiri dari dua kata sebagai unsurnya,” sehingga dapat diperkirakan bahwa lirik lagu pasti dibangun oleh kumpulan kata, dan tidak menutup kemungkinan diantara kata-kata yang dihimpun tersebut terdapat kata-kata yang berpotensi membentuk makna baru yang telah dikenal dengan istilah kata majemuk.
Selain kata majemuk, lirik lagu juga ditunjang oleh beberapa unsur fisik, diantaranya adalah sajak atau yang sering dikenal dengan istilah rima. Sajak atau rima adalah perpaduan bunyi yang dapat menimbulkan keindahan tersendiri. Jenis sajak atau rima juga beragam. Sehingga, ada keunikan tersendiri ketika meneliti sebuah sajak atau rima.
Dari ragam analisis lirik lagu, baik itu analisis pemajemukan kata atau persajakan pastinya tidak akan luput dari suatu objek. Objek tersebut dipilih dan disesuaikan dengan tumbuh dan berkembangnya kebutuhan dan kegemaran masyarakat pada suatu zaman. Di era modern seperti sekarang, banyak dibicarakan mengenai lagu-lagu yang tidak hanya bersumber dari dalam negeri tetapi juga lagu-lagu yang bersumber dari luar negeri.
Sebuah tantangan untuk melakukan sebuah penelitian tentang sastra atau bahasa Indonesia yang membahas tentang sebuah lirik lagu dalam bahasa asing. Mengingat tinjauan struktur ketatabahasaan antara bahasa Indonesia dan bahasa Inggris yang berbeda, maka alternatif penggunaan analisis yang digunakan harus diawali dengan sebuah langkah penerjemahan atau transliterasi dari bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia. Dengan cara seperti itu, banyak hal yang dapat diteliti mengenai persamaan antara lirik lagu dalam bahasa Indonesia dengan lirik lagu yang ditransliterasi dari bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia dalam bidang pemajemukan kata dan persajakan.
Untuk itu, penulis merasa tertarik untuk dapat meneliti pemajemukan kata dan persajakan dalam lirik lagu yang ditransliterasikan dari bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia pada album Celine All the Way (A Decade of Song). Penulis memilih album tersebut untuk diteliti karena beberapa lagu di dalamnya sudah banyak dikenal masyarakat Indonesia. Selain itu, kata-kata yang dituangkan begitu indah dan mempunyai nilai sastra dan bahasa yang baik untuk ukuran dari kumpulan lirik lagu. Hal ini terbukti, karena beberapa buah lagu dalam album tersebut, seperti lagu The Power of Love pernah memasuki tangga lagu teratas di beberapa stasiun radio di Indonesia dan lagu My Heart Will Go menjadi original soundtrack dalam film box office Titanic.




2. Masalah
Masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah pemajemukan kata dan jenis persajakan lirik lagu-lagu yang pernah ditransliterasikan dari bahasa Inggris dalam album Celine All the Way (A Decade of Song).

3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan pemajemukan kata dan jenis persajakan lirik lagu-lagu yang pernah ditransliterasikan dari bahasa Inggris dalam album Celine All the Way (A Decade of Song).

4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara teoretis maupun praktis.
1) Secara teoretis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat memberikan sumbangan dalam disiplin ilmu linguistik dan sastra, seperti: ilmu morfologi dan metode puisi, khususnya tentang pemajemukan kata dan persajakan.
2) Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat (1) dijadikan sebagai salah satu referensi bagi mahasiswa yang berminat menganalisis pemajemukan kata dan persajakan dalam penelitian yang serupa serta memberi konstribusi bagi pemahaman dan pengembangan tentang pemakaian kata majemuk dan persajakan; (2) bagi pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia, agar dapat menjadi penambahan literatur dalam mengiringi perkembangan ilmu bahasa dan sastra yang bersifat dinamis sesuai dengan perkembangan zaman.
5. Tinjauan Pustaka
5.1 Kajian Literatur
5.1.1 Kata Majemuk
“Kata majemuk adalah gabungan dua kata atau lebih yang membentuk makna baru,” (Kosasih, 2002:221). Ramlan, (2001:76) mengemukakan bahwa kata majemuk adalah kata yang terdiri dari dua kata sebagai unsurnya. Ada juga kata majemuk yang terdiri dari satu kata dan satu pokok kata sebagai unsurnya. Menurut Muda (2006:591), “Kata majemuk adalah gabungan dua kata atau lebih yang senyawa dan membentuk sebuah kata baru”. Menurut Muliono (1997:121), “Kata majemuk ialah verba yang dasarnya terbentuk melalui proses pemajemukan dua morfem atau lebih, atau verba yang berafiks yang digabung dengan kata atau morfem terikat, sehingga menjadi satu satuan makna”. Keraf (1994:124) menyatakan, “Kata majemuk ialah gabungan dari dua kata atau lebih yang membentuk suatu kesatuan arti”. Mardiana (dikutip dari Sudaryat 2006:6) menyatakan, “Kata majemuk adalah gabungan dua kata atau lebih yang senyawa dan membentuk sebuah kata baru dan memiliki makna baru”.
Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan kata majemuk adalah kata yang terdiri dari dua kata yang membentuk verba atas pemajemukan dua morfem atau lebih yang membentuk kata dan kesatuan arti yang baru.”



5.1.2 Ciri-Ciri Kata Majemuk
Menurut Muda (2006:591—592), “Kata majemuk mempunyai ciri-ciri, yaitu: (1) pada umumnya terdiri dari gabungan kata dasar atau kata asal, (2) susunan katanya tidak bisa seenaknya dibalik, (3) susunan unsur-unsurnnya tidak dapat disisipi atau dipisahkan dengan kata yang lain, (4) penulisan awalan ditulis dibagian depan kata pertama, (5) penulisan akhiran ditulis pada bagian akhir kata kedua, (6) jika mengalami pengulangan harus diulang penuh”. Menurut Kosasih (2002:221), “Kata majemuk mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: (1) dibentuk oleh dua kata atau lebih, (2) gabungan kata itu membentuk makna baru yang berbeda dengan makna dari setiap unsurnya, (3) kata majemuk umumnya dibentuk oleh kata dasar, (4) unsur kata majemuk tidak dapat dipisahkan dengan kata lain, (5) kata majemuk tidak bisa diubah-ubah susunannya, (6) kata majemuk mendapat pengimbuhan ataupun pengulangan itu harus meliputi keseluruhan unsurnya.” Kridalaksana (dikutip dari Arifin, 2008:26) menyatakan, “Kata majemuk mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: (1) karena menunjukkan tingkat keeratan yang tinggi dan secara sintaksis berstatus kata, kata majemuk tak mungkin terpisahkan, (2) karena kata majemuk berstatus kata, setiap konstituennya kehilangan otonomi, akibatnya diantara konstituennya itu tidak dapat disisipi kata lain, (3) Keeratan konstruksi majemuk ditentukan oleh setidaknya satu konstituen memperlihatkan gabungan yang konstan, (4) Kata majemuk terdiri atas gabungan pola kombinasi morfem dasar sebagai konstituennya. Untuk itu, setidak-tidaknya satu dari morfem dasar itu: menunjukkan ciri-ciri tidak produktif, merupakan bentuk unik, merupakan morfem terikat tetapi bukan afiks”. “Kata majemuk mempunyai beberapa ciri, yaitu: (1) salah salah atau semua unsurnya berupa pokok kata; (2) unsur-unsurnya tidak mungkin dipisahkan, atau tidak mungkin diubah strukturnya,” (Ramlan, 2001:78—79).
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kata majemuk mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: (1) Dibentuk oleh dua kata yang terdiri atas kata dasar atau kata asal, (2) unsur-unsurnya tidak dapat dipisahkan atau disisipi oleh kata atau morfem lain karena mempunyai keeratan yang tinggi sebagai status kata, (3) susunan dan struktur kata majemuk tidak dapat dibalik atau diubah (4) jika mengalami pengulangan, harus diulang penuh pada setiap unsurnya.

5.1.3 Jenis-Jenis Kata Majemuk
Menurut Muda (2006:592—593), “Kata majemuk dibedakan menjadi dua jenis, yaitu: (1) kata majemuk setara (kata majemuk kompulatif atau kata majemuk gabung), seperti: kata majemuk wakil-wakil keseluruhan, kata majemuk yang berlawanan, kata majemuk yang maknanya hampir sama; dan (2) kata majemuk tak setara (kata majemuk determinatif), seperti: kata majemuk dengan susunan DM dan kata majemuk dengan susunan MD”. Menurut Kosasih (2002:223), “Jenis kata majemuk dibagi menjadi beberapa macam, yaitu: (1) kata majemuk berdasarkan strukturnya, seperti: kata majemuk berpola DM dan kata majemuk berpola MD serta kata majemuk berpola sejajar (koordinatif); dan (2) kata majemuk berdasarkan jenis kata, seperti: kata kerja, kata benda, dan kata sifat”. Menurut Mardiana (dikutip dari Ambary, 2006:8), “Berdasarkan bentuknya, kata majemuk terdiri atas kata majemuk berangkai, kata majemuk setara atau sejajar, kata majemuk menentukan atau determinatif, dan kata majemuk menggabungkan”.
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa kata majemuk ada dua macam, yaitu sebagai berikut:
1) Kata Majemuk Setara (Kata Majemuk Kompulatif)
Menurut Muda (2006:592), “Kata majemuk setara (Kata majemuk kompulatif) yaitu kata majemuk yang bagian-bagiannya sederajat”. (Kosasih, 2003:141) menyatakan kata majemuk setara adalah kata majemuk yang tidak ada unsur inti ataupun penerang, dan unsur-unsurnya mempunyai hubungan yang sejajar”.
Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa kata majemuk setara (kata majemuk kompulatif) adalah kata majemuk yang tidak mempunyai inti dan keterangan dan bagian-bagian unsurnya.
Contoh:
a. Kata majemuk yang bagian-bagiannya terdiri dari wakil-wakil keseluruhan yang dimaksud. Contoh: kaki tangan, ayam itik, orang tua, sawah ladang, tua bangka, luluh lantak, tikar bantal dan lain sebagainya.
b. Kata majemuk yang bagian-bagiannya terdiri dari kata-kata yang berlawanan.
Contoh: besar kecil, tua muda, naik turun, panas dingin, tinggi rendah, baik buruk, susah senang, pria wanita, kaya miskin.
c. Kata majemuk yang bagian-bagiannya terdiri dari kata-kata yang maknanya hampir sama. Contoh: susah payah, hancur lebur, luluh lantak, remuk redam.
2) Kata Majemuk Tidak Setara (Kata Majemuk Determinatif)
Menuurut Muda (2006:593), “Kata majemuk determinatif adalah kata majemuk yang tidak mempunyai inti”. Mardiana (2006:13) menyatakan, “Kata majemuk determinatif adalah kata pertamanya ditentukan oleh kata yang mengikutinya.”
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kata majemuk tidak setara atau kata majemuk determinatif adalah kata majemuk yang tidak mempunyai inti karena hanya ditentukan oleh kata yang mengikutinya. Kata majemuk ini terdiri dari dua jenis, sebagai berikut:
a. Kata Majemuk dengan Susunan DM (Diterangkan Menerangkan)
Kosasih (2003:141) menjelaskan, “Kata majemuk jenis ini dibentuk oleh unsur pusat dan unsur penjelas. Unsur pusat disebut yang diterangkan (D) dan unsur penjelasnya disebut dengan menerangkan (M).
Contoh: raja muda, orang tua, meja makan, air terjun, anak emas, batu api, mata hati, mata angin, dan lain-lain.

b. Kata Majemuk dengan Susunan MD (Menerangkan Diterangkan)
Kosasih, (2003:141) menjelaskan, “Dalam kata majemuk jenis ini, hampir sama dengan kata majemuk pola MD, yakni sama-sama dibentuk oleh unsur pusat dan unsur penjelas. Hanya saja dalam kata majemuk jenis ini, jenis unsur penjelas (M) mendahului unsur inti (D).
Contoh: besar kepala, panjang tangan, tebal muka, ringan mulut, kecil hati, panas hati, besar mulut, dan lain sebagainya.
5.1.4 Persajakan (Rima)
“Persajakan (Rima) adalah pengulangan bunyi dalam puisi untuk membentuk musikalitas atau orkestrasi,” (Waluyo, 1987:90). Pradopo (dikutip dari Slametmuljana, 2005:36) menyatakan, “Sajak ialah pola estetika bahasa yang berdasarkan ulangan suara yang diusahakan dan dialami dengan kesadaran”. Menurut Muda (2006:458), “Rima adalah sebuah persajakan”. Azhari (2011:30) menyatakan, “Rima (sajak) adalah pengulangan bunyi dalam puisi untuk membentuk musikalisasi atau orkestrasi sehingga puisi menjadi menarik untuk dibaca”. Verly (2008:108) menyatakan, “Rima adalah persamaan bunyi pada akhir baris”.
Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan sajak atau rima adalah pola estetika bahasa yang berdasarkan pengulangan bunyi suara dalam puisi untuk membentuk musikalitas atau orkestrasi sehingga menarik untuk dibaca”.

5.1.4 Macam-Macam Sajak atau Rima
Azhari (2011:30) menyatakan, “Dalam puisi banyak jenis rima yang dapat kita jumpai, yaitu sebagai berikut: (1) rima berdasarkan bunyinya, seperti: rima sempurna, rima tak sempurna, rima mutlak, asonansi, aliterasi, disonansi; (2) rima berdasarkan letaknya, seperti: Rima depan, rima tengah, rima datar”. Waluyo (dikutip dari Azhari, 2008:31) menyatakan, “Berdasarkan letaknya, rima dapat dibedakan menjadi: rima berangkai, rima berselang, rima berpeluk, rima terus, rima patah, rima bebas, efoni, kakafoni”. Pradopo (2005:37) mengemukakan bahwa ada bermacam-macam sajak yang banyak dipergunakan sebagai unsur kepuitisan dalam puisi Indonesia yaitu: sajak akhir, sajak dalam, sajak tengah, aliterasi, dan asonansi. “Dalam puisi kita jumpai banyak jenis rima, antara lain: (1) rima menurut bunyinya, seperti: rima sempurna, rima tak sempurna, asonansi, aliterasi, disonansi, rima mutlak, (2) rima menurut letaknya dalam baris puisi, seperti: rima depan, rima tengah, rima akhir, rima tegak, rima datar, (3) menurut letaknya dalam bait puisi, seperti: rima silang, rima berpeluk, rima terus atau rangkai, rima berpasangan atau rima kembar, rima patah,” (Liberatus, 1988:52-57). Amirin (2006:47) menyatakan, “Macam-macam rima dibedakan menjdi dua, yaitu: (1) rima berdasarkan letaknya pada larik puisi, seperti: rima tegak/vertikal (rima awal, rima tengah, rima akhir), rima akhir dapat dibedakan menjadi, rima sama/lurus/terus, rima silang, rima pasangan, rima genggang/bertaut, berpeluk, rima patah/putus, rima mendatar/horizontal (rima pangkal/aliterasi, rima rangka/disonansi); (2) rima berdasarkan bunyi yang diulang, seperti: rima mutlak/sempurna, rima penuh, dan rima paruh (asonansi)”. Muda (2006:458) menyatakan, “Macam-macam rima adalah rima akhir, rima berpeluk, rima dalam, rima ganda, dan rima tengah.”
Berdasarkan pendapat para pakar di atas, dapat disimpulkan bahwa macam-macam rima dibedakan menjadi dua, yaitu sebagai berikut:
1) Sajak atau Rima Berdasarkan Bunyinya
Berdasarkan bunyinya, rima dibedakan menjadi empat, yakni sebagai berikut:

a. Sajak atau Rima Sempurna/Mutlak
Amirin (2006:47) menyatakan bahwa sajak atau rima sempurna/mutlak adalah rima yang terdapat pada kata akhir yang bunyi dan bentuknya sama dengan pola (aa/aaa/aaaa). Liberatus, (1988:52) mengatakan, “Rima sempurna adalah rima yang terjadi bila seluruh suku akhir sama bunyinya.’
Dari pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa sajak atau rima sempurna atau rima mutlak adalah rima yang terjadi bila suku kata akhir bunyi dan bentuknya sama dengan pola (aa/aaa/aaaa).
Contoh:
Merdeka! (a)
Sekali Merdeka (a)
Tetap Merdeka (a)

b. Sajak atau Rima Asonansi/Paruh
Amirin (2006:47) menyatakan bahwa rima paruh/asonansi adalah rima yang terdapat pada suku kata akhir yang bunyinya sama tetapi bentuk berbeda (pola rima: aa/aaa/aaaa). Liberatus, (1988:52) menyatakan, “Rima asonansi adalah perulangan bunyi vokal dalam satu kata”.
Dari pernyataan pakar di atas, dapat disimpulkan bahwa rima atau sajak asonansi adalah rima atau sajak yang terdapat pada kata akhir yang bunyinya sama karena disebabkan oleh perulangan bunyi vokal sama dalam satu kata.


Contoh:
- ...... alun - .... ayun
- ....... benam - .... kelam
- ....... keladi - ..... merapi

c. Sajak atau Rima Aliterasi/Pangkal
Amirin (2006:47) menyatakan bahwa sajak atau rima aliterasi atau pangkal terdapat pada kata-kata dalam sebuah larik puisi yang diawali dengan fonem yang sama. Liberatus (1988:52) menyatakan, “Aliterasi adalah perulangan bunyi konsonan depan setiap kata secara berurutan.”
Dari pengertian-pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa sajak atau rima aliterasi/pangkal adalah rima yang pada sebuah lariknya diawali oleh kata-kata dengan fonem konsonan yang sama.”
Contoh:
bukan beta bijak berperi
mukanya merah menahan marah

d. Sajak atau Rima Disonansi/Rangka
Amirin (2006:47) menyatakan bahwa sajak atau rima disonansi adalah rima yang terdapat pada kata-kata yang memiliki konsonan sama pada sebuah larik puisi. Liberatus (1988:52) menyatakan, “Sajak atau rima disonansi adalah rima atau sajak yang bila konsonan-konsonan yang membentuk kata itu sama, namun vokalnya berbeda”.
Berdasarkan uraian dari beberapa pakar di atas, dapat disimpulkan bahwa rima atau sajak disonansi adalah sajak yang terdapat kata-kata yang dibentuk dari konsonan yang sama pada larik puisi.
Contoh:
- giling dan gulung
- jinjing dan junjung
- gigis gugus gagas

5.1.4.2 Sajak atau Rima Berdasarkan Letaknya dalam Baris
Berdasarkan letaknya dalam baris, rima dibedakan menjadi tiga, yaitu sebagai berikut:
a. Sajak atau Rima Depan/Awal
Amirin (2006:47) menyatakan bahwa rima depan atau awal adalah rima yang terletak pada awal larik-larik puisi dalam satu bait. Liberatus (1988:52) menyatakan, “Rima depan terjadi bila kata pada permulaan baris sama”.
Dari pendapat-pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa sajak/rima depan/awal adalah sajak atau rima yang terjadi bila awal larik-larik puisi dalam satu bait sama.
Contoh:
Sering saya susah sesaat
sebab madahan tidak nak datang.
Sering saya sulit menekat
sebab tekurung lukisan mamang
b. Sajak atau Rima Tengah
Amirin (2006:47) menyatakan bahwa sajak atau rima tengah adalah rima yang terletak ditengah-tengah larik puisi. Liberatus (1988:52) menyatakan, “Rima tengah adalah rima yang bila kata atau suku kata di tengah baris suatu puisi sama”. Muda (2006:458) menjelaskan, “Rima tengah adalah rima antara suku kata pada posisi yang yang sama yang terdapat pada dua kata dalam satu larik sajak”.
Dari pernyataan-pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa rima tengah adalah rima yang kata atau suku kata ditengah baris puisi terdapat kesamaan.
Contoh:
Dahulu loyang sekarang besi
Dahulu sayang sekarang benci

c. Sajak atau Rima Akhir
Amirin (2006:47) menyatakan bahwa sajak atau rima akhir adalah rima yang terletak pada akhir larik-larik puisi. Liberatus (1988:52) menyatakan, “Rima akhir adalah rima yang terjadi bila perulangan kata terletak pada akhir baris”. Muda (2006:458) menyatakan, “Rima akhir adalah rima yang terdapat pada larik akhir sebuah sajak.”
Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa rima akhir adalah rima yang diakhir setiap larik puisi mengalami pengulangan kata.
Contoh:
di mata air, di dasar kolam
kucari jawab teka-teki alam
5.1.4.3 Sajak atau Rima Berdasarkan Letaknya pada Bait
Berdasarkan letaknya pada bait puisi, sajak atau rima dibedakan menjadi lima, yaitu sebagai berikut:
a. Sajak atau Rima Silang
Amirin (2006:47) menyatakan bahwa sajak atau rima silang adalah rima yang memiliki bunyi yang sama secara bersilang, dengan pola aa/aaa/aaaa. Liberatus (1988:55) menyatakan, “Rima silang adalah rima yang bila baris pertama berirama dengan baris ketiga dan baris kedua berima dengan baris keempat.
Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa sajak atau rima silang adalah sajak yang mempunyai bunyi bersilang antara baris pertama dan ketiga, serta baris kedua dan keempat (pola abab).
Contoh:
berakit-rakit ke hulu
berenang-renag ketepian
bersakit-sakit dahulu
bersenang-senang kemudian

b. Sajak atau Rima Berpeluk/Genggang/Bertaut
“Rima berpeluk adalah rima yang bila baris pertama berima dengan baris keempat, dan baris kedua berima dengan baris ketiga,” (Liberatus, 1988: 55). Muda (2006:458) menjelaskan bahwa rima berpeluk adalah rima akhir pada bait berlarik genap, yang larik pertamanya berima dengan larik keempat dan larik keduanya berima dengan larik ketiga.
Berdasarkan pengertian dari pakar-pakar di atas, dapat disimpulkan bahwa sajak atau rima berpeluk adalah rima yang berbait genap dan terjadi persamaan pada larik pertama dan keempat serta larik kedua dan ketiga (pola abba).
Contoh:
.... malam (a)
.... sepi (b)
.... sendiri (b)
.... diam (a)

c. Sajak atau Rima Sama/Terus/Rangkai/Lurus
Amirin (2006:47) menyatakan bahwa sajak atau rima sama adalah rima yang terletak pada akhir larik-larik puisi. (Liberatus, 1988:56), “Rima terus adalah rima yang bila baris terakhir puisi itu seluruhnya memiliki rima yang sama”.
Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut,dapat disimpulkan bahwa sajak atau rima sama/terus/rangkai/lurus adalah sajak atau rima yang terletak pada akhir larik-larik puisi yang semuanya sama (pola aa/aaa/aaaa).
Contoh:
barang siapa tidak sembahyang
seperti rumah tidak bertiang


d. Sajak atau Rima Berpasangan/Kembar
Amirin (2006:47) menyatakan bahwa sajak atau rima berpasangan adalah rima bunyi yang sama berjumlah sepasang-sepasang. Liberatus (1988:56), “Rima berpasangan adalah yang bila baris yang berima itu berpasang-pasangan”.
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa rima berpasangan adalah rima yang bunyi sama dan berjumlah berpasangan (pola aabb).
Contoh:
pimping, kerap kudengarkan bahana desaumu (a)
bila angin lemah berembus kelilingmu (a)
puncakmu terkulai laku merendahkan diri (b)
engkau tunduk bernyanyikan duka yang menyayat hati (b)

e. Sajak atau Rima Patah/Putus
Amirin (2006:47) menyatakan bahwa sajak atau rima patah/putus adalah rima yang berpola a b c d e/a b c d e. Liberatus (1988: 56), “Rima patah adalah rima yang bila salah satu baris tidak mengikuti rima baris lainnya dalam satu bait”.
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa rima patah/putus adalah rima yang yang salah satunya atau semua kata akhirnya tidak sama (pola a b c d e).


Contoh:
...... sadar (a)
...... berjuang (b)
...... negeri (c)
....... bersatu (d)

5.2 Kajian Terdahulu yang Relevan
Sehubungan tidak ditemukan penelitian yang membahas pemajemukan kata dan persajakan, maka penulis mempergunakan kajian penelitian yang pernah diteliti oleh Kirana Noviandini Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia yang berjudul “Analisis Lirik Lagu (terjemahan) Jepang dari Sudut Pandang Naturalisme” pada tahun 2009 sebagai referensi terdahulu yang dianggap relevan dengan penelitian ini.
Dari hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa dalam lirik lagu-lagu Jepang yang telah ditransliterasi ke dalam bahasa Indonesia diketahui banyak mencerminkan kehidupan orang Jepang pada saat ini yang masih menanamkan sifat naturalis.

Di dalam penelitian tersebut terdapat persamaan antara penelitian Kirana Noviandini dengan penelitian ini. Adapun persamaan tersebut adalah sama-sama menganalisis syair atau lirik lagu yang diterjemahkan/ditranliterasi dari bahasa asing pada satu album, Sedangkan perbedaannya terletak pada: (1) objek penelitian penulis yang mempergunakan lirik lagu yang pernah ditransliterasikan dari bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia pada album Celine All the Way (A Decade of Song), sedangkan Kirana Noviandini mempergunakan objek kumpulan lagu populer yang ditransliterasi dari berbahasa Jepang ke dalam bahasa Indonesia, (2) variabel penelitian penulis berjumlah dua buah, yaitu: Pemajemukan bahasa dan persajakan, sedangkan Kirana Noviandini mempergunakan variabel tunggal, yaitu: naturalisme. (3) Penulis melakukan penelitian ini pada tahun 2011, sedangkan Kirana Noviandini meneliti penelitian tersebut pada tahun 2009.

6. Prosedur Penelitian
6.1 Definisi Operasional Istilah
Kata majemuk adalah kata yang terdiri dari dua kata yang membentuk verba atas pemajemukan dua morfem atau lebih yang membentuk kata dan kesatuan arti yang baru. Sajak atau rima adalah pola estetika bahasa yang berdasarkan pengulangan bunyi suara dalam puisi untuk membentuk musikalitas atau orkestrasi sehingga menarik untuk dibaca. Analisis lagu yang pernah ditransliterasi berarti kegiatan meneliti lagu-lagu yang pernah diterjemahkan dari bahasa asing (bahasa Inggris) ke dalam bahasa yang hendak diteliti (bahasa Indonesia).
Berdasarkan dari pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa analisis pemajemukan kata dan persajakan dalam lirik lagu yang ditransliterasi dari bahasa Inggris pada album Celine All the Way (A Decade of Song) adalah kegiatan atau aktivitas yang mencoba untuk menemukan unsur gabungan dua kata atau lebih yang membentuk arti baru dan pengulangan bunyi yang terjadi pada lirik lagu-lagu dalam album Celine All the Way (A Decade of Song) yang pernah diterjemahkan dari sumber website/blog.

6.2 Sumber Data
Sumber data pada penelitian ini menggunakan situs blog kumpulan lagu-lagu terjemahan Celine Dion dengan alamat http://feriocan.blogspot.com/, media Kaset, MP3 lagu-lagu Celine Dion dalam album Celine All the Way (A Decade of Song) pada tahun 1999 produksi Sony Music Entertainment (Canada) yang berjumlah 16 lagu. Judul lagu-lagu tersebut antara lain:
1) The Power of Love (Kekuatan Cinta);
2) Beauty and the Beast (Keindahan dan Keburukan);
3) Because You Loved Me (Karena Kamu Mencintaiku);
4) It’s All Coming Back to Me Now (Semuanya Datang Kembali Kepadaku Saat
Ini);
5) Immortality (Keabadian);
6) To Love You More (Untuk Lebih Mencintaimu);
7) My Heart Will Go (Hatiku Akan Bertahan);
8) Be the Man (Menjadi Laki-laki);
9) I’m Your Angel (Saya Bidadarimu);
10) That’s the Way It is (Itu Adalah Cara);
11) If Walls Could Talk (Jika Dinding Bisa Bicara);
12) The First Time Ever I Saw Your Face (Saat Pertama Melihat Wajahmu);
13) All The Way (Semua Cara);
14) Then You Look at Me (Kemudian Kau Melihat Kearahku);
15) I Want You to Need Me (Aku Ingin Kau Membutuhkanku);
16) Live for the One You Love (Hidup untuk Orang yang Kamu Cintai)
Berdasarkan tinjauan awal yang dilakukan penulis dari enam belas lagu pada album Celine All The Way (A Decade of Song), Penulis akan melakukan penganalisisan pada delapan lagu saja, yakni sebagai berikut:
1) The Power of Love (Kekuatan Cinta);
2) Because You Loved Me (Karena Kamu Mencintaiku);
3) To Love You More (Untuk Lebih Mencintaimu);
4) My Heart Will Go On (Hatiku akan bertahan);
5) That’s the Way It is (Itu Adalah Cara);
6) The First Time Ever I Saw Your Face (Saat Pertama Melihat Wajahmu);
7) I Want You to Need Me (Aku Ingin Kau Membutuhkanku);
8) Live for the One You Love (Hidup untuk Orang yang Kamu Cintai).
Pemilihan delapan lagu tersebut didasari oleh beberapa alasan, diantaranya: (1) berdasarkan kajian awal, ditemukan beberapa kata majemuk dan persajakan dalam delapan lagu tersebut, (2) delapan lagu tersebut diantaranya pernah diterjemahkan dibeberapa situs internet, (3) lagu-lagu tersebut banyak digemari oleh masyarakat, terbukti dalam sebuah situs internet lagu-lagu tersebut menduduki posisi puncak untuk peringkat lagu yang sering didownload dibandingkan lagu-lagu lainnya pada album Celine All The Way (A Decade of Song).

6.3 Metode Penelitian
“Metode adalah suatu cara utama yang dilakukan atau dipergunakan untuk mencapai suatu tujuan” Mardiana (dikutip dari Arikunto, 2006:19). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis. “Metode deskriptif analisis adalah metode yang membicarakan beberapa kemungkinan untuk memecahkan masalah aktual dengan jalan mengumpulkan data, menyusun atau mengklasifikasikan, menganalisis, dan menginterpretasikannya”. Surakhmad (dikutip Yunita, 2008:11). Artinya penelitian ini memberikan deskripsi yang jelas dan analisis yang akurat mengenai pemajemukan kata dan jenis persajakan lirik lagu-lagu yang ditransliterasikan dari bahasa Inggris pada album Celine All the Way (A Decade of Song).

6.4 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang Penulis pergunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis karya. Sudaryanto (dikutip Yunita 2008:20) menyatakan, “Teknik analisis karya digunakan untuk menganalisis pemajemukan kata dan persajakan lirik lagu-lagu yang ditransliterasikan ke dalam bahasa Inggris dalam album Celine All The Way (A Decade of Song).
Langkah-langkah kerja yang dilakukan untuk menganalisis data dengan menggunakan teknik analisis karya adalah sebagai berikut:


1) Mencari sumber-sumber diinternet mengenai situs yang pernah menerjemahkan lagu-lagu dalam album Celine All the Way (Decade of Song).
2) Melakukan perbandingan hasil terjemahan dari beberapa situs yang ditemukan diinternet dan mengambil salah satu situs yang dianggap lengkap dan sesuai untuk dianalisis lalu mencetaknya/print.
3) Menyederhanakan jumlah sampel sebanyak 50% dari jumlah lagu dalam album Celine All the Way (Decade of Song) dan memberikan penomoran terhadap lagu-lagu tersebut.
4) Mengindentifikasi pemajemukan kata dan persajakan yang terdapat dalam setiap larik syair lagu yang telah ditransliterasi ke dalam bahasa Indonesia.
5) Mengklasifikasikan pemajemukan kata dan persajakan yang telah diidentifikasi pada setiap larik/baris dalam setiap lagu.
6) Mendeskripsikan hasil analisis tentang pemajemukan kata dan persajakan yang telah diklasifikasikan.
7) Membuat rekapitulasi dan menghitung jumlah pemajemukan kata dan persajakan dalam album tersebut agar diketahui pemajemukan kata dan persajakan apa yang dominan dalam album lagu Celine All the Way (a Decade of Song).
8) Membuat kesimpulan dari hasil yang telah diketahui berupa pemajemukan kata dan persajakan apa yang dominan dalam album lagu Celine All the Way (a Decade of Song).


7. Langkah Kerja dan Jadwal Penelitian
7.1 Langkah Kerja
7.1.1 Tahap Persiapan
1) Persetujuan Judul
2) Studi Pustaka
3) Menyusun Proposal
4) Seminar Proposal

7.1.2 Tahap Pengumpulan Data
1) Pengumpulan data dari sumber data
2) Pemeriksaan data yang terkumpul
3) Pengelompokan data yang telah diperiksa dan disusun

7.1.3 Tahap Pengolahan Data
1) Menganalisis data
2) Mengelompokkan data
3) Membuat kesimpulan

7.1.4 Tahap Penyusunan Laporan
1) Menyusun laporan awal
2) Menyusun laporan akhir


7.2 Jadwal Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan dan diperkirakan berlangsung selama empat bulan. Adapun perkiraan jadwal penelitian sebagai berikut:
TABEL 1
JADWAL PENELITIAN
No Kegiatan
Bulan/Minggu
1 2 3 4
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Tahap Persiapan X X X X
2 Tahap Pengumpulan Data X X X X
3 Tahap Pengolahan Data X X X X X
4 Tahap Penyusunan Data X X X X X X











DAFTAR PUSTAKA

Amirin, Tri dan Agus Hartanto. 2006. Lembar Kerja Siswa Wajar. Jakarta: Graha Pustaka.

Arifin, Zaenal dan Junaiyah. 2008. Sintaksis. Jakarta: Grasindo.

Arifin, Zainal dan Junaiyah. 2009. Morfologi Edisi Kedua. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.

Azhari, Muhammad dan Muhammad Nasir. 2011. Kaya Dengan Menulis Karya Sastra. Palembang: Dramata Kreasi Media.

http://feriocan.blogspot.com/diakses Jumat, 30 Desember 2011.

http://skripsi-ptk-tesis.blogspot.com/diakses 11 Desember 2011.

http://www.sing365.com/diakses 26 Desember 2011.

http://152.118.80.2/opac/themes/green/detail.jsp?id=123407&lokasi=lokal/diakses25 Desember 2011.

Keraf, Gorys. 2001. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia.

Kosasih. 2002. Kompetensi Ketatabahasaan. Bandung: Yrama Widya.
Kosasih. 2003. Ketatabahasaan dan Kesusastraan. Bandung: Yrama Widya.
Mardiana. 2006. “Analisis Kontrastif Pemajemukan Bahasa Komering Kabupaten Ogan Komering Ilir dengan Bahasa Indonnesia”. Skripsi tidak diterbitkan. Palembang: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Persatuan Guru Republik Indonesia.

Muda, Ahmad A. 2006. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Jakarta: Reality Publisher.

Noviandini, Kirana. 2009. “Analisis Lirik Lagu Jepang dari Sudut Pandang Naturalisme”. Skripsi tidak diterbitkan. Jakarta: Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia.

Pradopo, Rachmat Djoko. 2005. Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Ramlan. 2001. Morfologi. Yogyakarta: Karyono.

Tamara, Yunita. 2008. “Analisis Hakikat dan Metode Kumpulan Puisi Parewa Karya Rusly Marzuki Saria”. Skripsi tidak diterbitkan. Palembang: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Persatuan Guru Republik Indonesia.

Tjahjono, Liberatus Tengsoe. 1988. Sastra Indonesia Pengantar Teori dan Apresiasi. Jakarta: Nusa Indah.

Verly, Anita dan Alex Suryanto. 2008. Bahasa Indonesia untuk SMP dan MTS Kelas VIII. Jakarta: Gelora Aksara Pratama.

Waluyo, Herman J. 1995. Teori dan Apresiasi Puisi. Jakarta: Erlangga.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Contoh Ulasan Artikel Jurnal Penelitian

Contoh Proposal Kegiatan Bulan Bahasa di Sekolah

Ringkasan dan contoh soal Materi Bertelepon dengan kalimat yang sopan dan efektif, Modul Bahasa Indonesia Kelas 7SMP Semester 2 Budiwijaya Karangan Alvian Kurniawan