contoh resensi buku
Resensi Buku
Judul Buku : Mendapat Hidayah
Penulis : Abdullah bin Abdul Aziz Al-Aidan
Ukuran : 11,5 cm x 17,5cm cm
Jumlah Halaman : 95 halaman
Penerbit : Zikrul Hakim
Tahun Terbit : 2004
Kota Terbit : Jakarta
Kegalauan hidup itulah depresi yang dialami oleh sebagian masyarakat metropolitan. Di satu sisi materi membuat tubuh terasa bugar, tapi jiwa semakin menggelegar. Di sisi lain hidup terasa membahana, tapi jiwa menjadi terpidana.
Siapapun umat manusia yang berada di muka bumi ini, tidak akan luput dari godaan dan tipu daya setan. Jika manusia terhenti hanya membaca dan merasa kaget ketika mengetahui tipu daya setan, lalu sama sekali tidak melangkah untuk melakukan sesuatu. Maka ingatlah, sesungguhnya setan telah berhasil menjerat manusia ke dalam perangkat “ kesempurnaan semu”. Tipu daya semacam ini menimbulkan mudharat yang sangat besar, yaitu sama sekali manusia tidak melakukan perbaikan atau sulit untuk melakukan amal shaleh.Apakah Prasangka ini benar? Atau semua amal shaleh manusia akan membuktikannya?
Dari sanalah, buku ini akan menjawabnya. Dalam buku ini, dikisahkan seorang Yasir yang beberapa akhir ini mengalami kegundahan yang teramat mendalam. Saat itu ia mengalami ketertekanan mental yang sangat tak terbendung. Ia merasakan dosa yang telah memperbudak catatan keimanannya selama ini. Disela dari kebingungannya itulah. Ia berkomunikasi dengan dirinya. Ia ingin benar-benar insyaf. Hingga akhirnya, ia berfikir akan menemui teman lamanya Ibrahim yang merupakan muslim yang taat. Setelah itu ia menemui sahabat lamanya itu guna mencari pencerahan dari masalah yang ia tanggung saat itu. Selama 6 pertemuan ia belajar bersama temannya tersebut. Selama 6 pertemuan itulah yang membuat ia semakin tenteram.
Dalam buku ini, banyak sekali keunggulannya. Pada dasarnya, Buku ini memuat butir-butir nyata bagaimana manusia itu yang sering terombang-ambing antara insyaf sesaat dan kembali berbuat khilaf. Dalam dakwah atau penjelasan. Penulis banyak memaparkannya dalam bentuk naratif (penceritaan) dialog yang mempunyai kronologis cerita yang beruntun. Sehingga, ketika kita membacanya. Seakan-akan kita sedang mengalaminya secara langsung. Pemilihan diksi yang cukup simple membuat maksud dari penulis langsung dapat diterima secara mudah oleh pembaca. Dalam beberapa dialog, di angkat beberapa hadist dan penggalan ayat Al Qur’an sebagai penguat alasan. Setelah ditelaah. Sebenarnya buku ini tidak beda dengan Syiar. Namun kemampuan pengemasan yang unik membuat buku ini jadi seakan hidup dan tak membosankan. Buku ini juga tepat untuk di baca semua kalangan baik remaja, orang tua, anak-anak dan lain sebagainya.Buku ini juga dilengkapi dengan beberapa catatan kaki yang dapat membantu pembaca yang kurang begitu paham dengan beberapa istilah dan kutipan yang diambil. Pembagian selama enam pertemuan yang dideskripsikan dalam enam bab membuat pembaca semakin timbul bahan pertanyaan dari sambungan bab-bab sebelumnya.
Namun, dibalik itu. Ada beberapa kata yang cukup terlalu bebas di ekspose didalam buku tersebut. Ada beberapa sub bagian penceritaan yang cukup dikhawatirkan akan menjadi asumsi nakal bagi anak-anak yang belum bermasanya.
Pada dasarnya buku ini sangatlah bagus untuk dibaca. Karena dapat menorong kemampuan spiritualitas tersendiri bagi pembacanya.
Resensi Oleh : Alvian Kurniawan
NIM : 2008 112 193
Judul Buku : Mendapat Hidayah
Penulis : Abdullah bin Abdul Aziz Al-Aidan
Ukuran : 11,5 cm x 17,5cm cm
Jumlah Halaman : 95 halaman
Penerbit : Zikrul Hakim
Tahun Terbit : 2004
Kota Terbit : Jakarta
Kegalauan hidup itulah depresi yang dialami oleh sebagian masyarakat metropolitan. Di satu sisi materi membuat tubuh terasa bugar, tapi jiwa semakin menggelegar. Di sisi lain hidup terasa membahana, tapi jiwa menjadi terpidana.
Siapapun umat manusia yang berada di muka bumi ini, tidak akan luput dari godaan dan tipu daya setan. Jika manusia terhenti hanya membaca dan merasa kaget ketika mengetahui tipu daya setan, lalu sama sekali tidak melangkah untuk melakukan sesuatu. Maka ingatlah, sesungguhnya setan telah berhasil menjerat manusia ke dalam perangkat “ kesempurnaan semu”. Tipu daya semacam ini menimbulkan mudharat yang sangat besar, yaitu sama sekali manusia tidak melakukan perbaikan atau sulit untuk melakukan amal shaleh.Apakah Prasangka ini benar? Atau semua amal shaleh manusia akan membuktikannya?
Dari sanalah, buku ini akan menjawabnya. Dalam buku ini, dikisahkan seorang Yasir yang beberapa akhir ini mengalami kegundahan yang teramat mendalam. Saat itu ia mengalami ketertekanan mental yang sangat tak terbendung. Ia merasakan dosa yang telah memperbudak catatan keimanannya selama ini. Disela dari kebingungannya itulah. Ia berkomunikasi dengan dirinya. Ia ingin benar-benar insyaf. Hingga akhirnya, ia berfikir akan menemui teman lamanya Ibrahim yang merupakan muslim yang taat. Setelah itu ia menemui sahabat lamanya itu guna mencari pencerahan dari masalah yang ia tanggung saat itu. Selama 6 pertemuan ia belajar bersama temannya tersebut. Selama 6 pertemuan itulah yang membuat ia semakin tenteram.
Dalam buku ini, banyak sekali keunggulannya. Pada dasarnya, Buku ini memuat butir-butir nyata bagaimana manusia itu yang sering terombang-ambing antara insyaf sesaat dan kembali berbuat khilaf. Dalam dakwah atau penjelasan. Penulis banyak memaparkannya dalam bentuk naratif (penceritaan) dialog yang mempunyai kronologis cerita yang beruntun. Sehingga, ketika kita membacanya. Seakan-akan kita sedang mengalaminya secara langsung. Pemilihan diksi yang cukup simple membuat maksud dari penulis langsung dapat diterima secara mudah oleh pembaca. Dalam beberapa dialog, di angkat beberapa hadist dan penggalan ayat Al Qur’an sebagai penguat alasan. Setelah ditelaah. Sebenarnya buku ini tidak beda dengan Syiar. Namun kemampuan pengemasan yang unik membuat buku ini jadi seakan hidup dan tak membosankan. Buku ini juga tepat untuk di baca semua kalangan baik remaja, orang tua, anak-anak dan lain sebagainya.Buku ini juga dilengkapi dengan beberapa catatan kaki yang dapat membantu pembaca yang kurang begitu paham dengan beberapa istilah dan kutipan yang diambil. Pembagian selama enam pertemuan yang dideskripsikan dalam enam bab membuat pembaca semakin timbul bahan pertanyaan dari sambungan bab-bab sebelumnya.
Namun, dibalik itu. Ada beberapa kata yang cukup terlalu bebas di ekspose didalam buku tersebut. Ada beberapa sub bagian penceritaan yang cukup dikhawatirkan akan menjadi asumsi nakal bagi anak-anak yang belum bermasanya.
Pada dasarnya buku ini sangatlah bagus untuk dibaca. Karena dapat menorong kemampuan spiritualitas tersendiri bagi pembacanya.
Resensi Oleh : Alvian Kurniawan
NIM : 2008 112 193
Komentar
Posting Komentar