Aspek-Aspek Pragmatik Oleh Alvian Kurniawan S.Pd.

MAKALAH PRESENTASI
ASPEK-ASPEK PRAGMATIK



Disusun Oleh:
Nama Mahasiswa : Alvian Kurniawan
Nomor Induk Mahasiswa : 06012681519029
Kelas/Semester : I/Ganjil
Nama Mata Kuliah : Analisis Wacana dan Pragmatik
Dosen Pengasuh : Prof. Dr. Mulyadi Eko Purnomo, M.Pd
Dr. Didi Suhendi, S.Pd., M.Hum.


Bidang Kajian Umum Pendidikan Bahasa Indonesia
Program Studi Magister Pendidikan Bahasa
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sriwijaya
2015




KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT yang telah mencurahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini sebagai tugas mata kuliah Analisis. Dalam proses penyusunan makalah, penulis menemukan berbagai hambatan. Oleh karena itu, penulis sampaikan terima kasih kepada:

1.Prof. Dr. Mulyadi Eko Purnomo, M. Pd. dan Dr. Didi Suhendi, S.Pd., M. Hum. selaku dosen pembimbing mata kuliah Pengembangan Desain Pembelajaran Program Studi Magister Pendidikan Bahasa yang telah memberikan bimbingan, dan
2.teman-teman seperjuangan yang telah membantu, memberi inspirasi, dan memotivasi sehingga penulis bisa menyelesaikan tugas mata kuliah ini.

Penulis menyadari bahwa di dalam penulisan dan penyusunan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan, baik dari segi isi maupun teknik penulisan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan guna penyempurnaan untuk makalah selanjutnya.

Palembang, September 2015

Penyusun



DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .........................................................................
KATA PENGANTAR ........................................................................ i
DAFTAR ISI ............................................................................ ii

PENDAHULUAN ........................................................................... 1
A. LATAR BELAKANG ..................................................................... 1
B. RUMUSAN MASALAH .................................................................... 1
C. TUJUAN ............................................................................. 2

ASPEK-ASPEK PRAGMATIK ................................................................. 3
A. PRAANGGAPAN ........................................................................ 3
1. DEFINISI PRAANGGAPAN .............................................................. 3
2. CIRI PRAANGGAPAN .................................................................. 3
3. JENIS-JENIS PRAANGGAPAN ........................................................... 5
4. PERSOALAN PROYEKSI ................................................................ 7
B. ENTAILMEN ......................................................................... 8
1. DEFINISI KONSEPTUAL .............................................................. 8
2. HUBUNGAN ENTAILMEN DAN CONTOHNYA ................................................. 9

C. IMPLIKATUR......................................................................... 9
1. PENGENALAN TENTANG IMPLIKATUR .................................................... 9
2. JENIS-JENIS IMPLIKATUR ........................................................... 9

KESIMPULAN, SARAN, DAN PENUTUP ........................................................ 10

DATAR PUSTAKA ......................................................................... 11





PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG
Pragmatik adalah studi tentang makna yang disampaikan oleh penutur atau penulis dan ditasirkan oleh pendengar atau pembaca (Yule, 2006:1). Sebagai akibatnya studi pragmatik lebih banyak berhubungan dengan analisis tentang apa yang dimaksudkan orang dengan tuturan-tuturannya, daripada dengan makna terpisah dari kata atau frasa yang digunakan dalam tuturan itu sendiri.
Di dalam ilmu pragmatik, terkandung mengenai pembahasan mengenai aspek-aspek yang berhubungan dengan bidang kajian ilmu ini. Aspek-aspek ini berhubungan dengan ruang lingkup saat tuturan dilakukan. Aspek-aspek yang dikaji dalam pragmatik meliputi: praanggapan, entailmen, dan implikatur.
Berdasarkan uraian tersebut, penulis melakukan penyusunan makalah ini untuk dipresentasikan. Adapun judul makalah ini adalah “Aspek-Aspek Pragmatik” yang akan membahas serangkaian pengetahuan tentang item-item yang telah dikemukakan sebelumnya.

2. RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah pada makalah ini adalah sebagai berikut.
2.1 Apakah definisi praanggapan?
2.2 Bagaimana ciri mendasar dari praanggapan itu?
2.3 Apakah jenis-jenis praanggapan itu?
2.4 Bagaimanakah masalah proyeksi pada implikatur?
2.5 Apakah definisi konseptual tentang entailmen?
2.6 Bagimanakah hubungan tuturan dan maksud pada entailmen?
2.7 Apakah implikatur itu?
2.8 Apa sajakah jenis-jenis implikatur itu?


3. TUJUAN
Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut.
2.1 Untuk mengetahui definisi praanggapan;
2.2 Untuk membahas ciri mendasar dari praanggapan;
2.3 Untuk mengetahui jenis-jenis praanggapan;
2.4 Untuk membahas masalah proyeksi pada implikatur;
2.5 Untuk mengetahui definisi konseptual tentang entailmen;
2.6 Untuk membahas hubungan tuturan dan maksud pada entailmen;
2.7 Untuk mengetahui tentang implikatur;
2.8 Untuk mengetahui jenis-jenis implikatur.





PEMBAHASAN
ASPEK-ASPEK PRAGMATIK

A. PRAANGGAPAN
1. DEFINISI PRAANGGAPAN
Praanggapan (presupposisi) berasal dari kata to pre-suppose yang dalam bahasa Inggris berarti to suppose beforehand (menduga sebelumnya). Para pakar memiliki konsep definisi yang beragam, seperti yang dikemukakan Levinson (1987:48) menyatakan bahwa praanggapan merupakan suatu macam anggapan atau pengetahuan latar belakang yang membuat suatu tindakan, teori, atau ungkapan menjadi mempunyai makna. Yule (2006:43) menyatakan bahwa praanggapan atau presupposisi adalah sesuatu yang diasumsikan oleh penutur sebagai kejadian sebelum menghasilkan suatu tuturan. Cummings (1999: 42) menyatakan bahwa praanggapan adalah asumsi-asumsi atau inferensi-inferensi yang tersirat dalam ungkapan-ungkapan linguistik tertentu.
Berdasarkan pendapat beberapa pakar di atas dapat disimpulkan bahwa praanggapan adalah anggapan/ asumsi/ inferensi yang menjadi latar belakang sebelum terjadinya suatu tuturan. Maksudnya, sebelum pembicara atau penulis mengujarkan sesuatu ia sudah memiliki dugaan sebelumnya tentang lawan bicara atau hal yang dibicarakan.

2. CIRI PRAANGGAPAN
Ciri praanggapan yang mendasar adalah sifat keajegan di bawah penyangkalan. Hal ini memiliki maksud bahwa praanggapan (presupposisi) suatu pernyataan akan tetap ajeg (tetap benar) walaupun kalimat itu dijadikan kalimat negatif atau dinegasikan. Presupposisi dibicarakn sebagai hubungan antara dua proposisi. Jika kita mengatakan bahwa dalam kalimat (1a) mengandung proposisi p dan kalimat dalam (1b) mengandung proposisi q, maka dengan menggunakan simbol >> yang berarti (yang dipra-anggapkan) kita dapat menggambarkan hubungan itu seperti dalam (1c.).
(1) a. Anjing Mery itu cantik (= p)
b. Mery mempunyai seekor anjing (= q)
c. p >> q
Yang menarik jika kalimat dalam (1a.) dibalik menjadi kalimat negatif/ menyangkal (TIDAK p), seperti dalam (3a.) kita akan mendapatkan hubungan presupposisi tidak berubah.
(2) a. Anjing Mery tidak cantik (=TIDAK p)
b. Mery mempunyai seekor anjing (= q)
c. (TIDAK p >> q)
Biasanya presupposisi dijelaskan sebagai keajegan di bawah penyangkalan. Maksudnya keajegan di bawah penyangkalan bahwa presupposisi suatu pernyataan akan tetap benar, walaupun kalimat tersebut dijadikan menyangkal. Seperti berikut.
(3) a. Setiap orang tahu bahwa John itu seorang ‘gay’. (= p)
b. Tidak semua orang tahu bahwa John itu seorang ‘gay’ . (= TIDAK p)
c. John itu seorang ‘gay’. (= q)
(p >> q dan TIDAK p >> q) walaupun kedua penutur tidak sepakat tentang validas p (3a dan 3b), keduanya mengasumsikan kebenaran q (3c).
Sebuah tuturan dapat dikatakan mempraanggapkan tuturan yang lain apabila ketidakbenaran tuturan yang dipresupposisikan. Sebuah kalimat dikatakan mempresupposisikan kalimat yang lain, jika ketidakbenaran kalimat yang kedua mengakibatkan kalimat yang pertama tidak dapat dikatakan benar atau salah.
Pada tuturan: “Kalau kamu sampai Jakarta, tolong aku diberi kabar. Jangan sampai lupa. Aku tidak ada di rumah karena bukan hari libur”. Tuturan tersebut tidak semata-mata dimaksudkan untuk memberitahu si mitra tutur bahwa ia harus melakukan sesuatu yang dimaksudkan di dalam tuturan itu, melainkan ada sesuatu yang tersirat dari tuturan yang harus dilakukannya, seperti: mencari alamat kantor atau nomor telepon si penutur.


3. JENIS-JENIS PRAANGGAPAN
Praanggapan (presupposisi) sudah diasosiasikan dengan pemakaian sejumlah besar kata, frasa, dan struktur. Klasifikasi praanggapan ada enam jenis, yaitu: presupposisi eksistensial, presupposisi faktif, presupposisi non-faktif, presupposisi leksikal, presupposisi struktural, dan presupposisi konterfaktual.
3.1 Presupposisi Esistensial/Potensial
Presupposisi (praanggapan) eksistensial/potensial adalah praanggapan yang menunjukkan eksistensi/keberadaan/jati diri referen yang diungkapkan dengan kata yang definit/pasti. Penyebab pranggapan ini tidak hanya di asumsikan terdapat dalam susunan posesif, tetapi juga lebih umum dalam frasa nomina tertentu. Penggunaan ungkapan-ungkapan apa pun, penuturan diasumsikan terlibat dalam keberadaan entitas-entitas yang disebutkan.
p : “Orang itu berjalan”
q : >> Ada orang berjalan.

3.2 Presuposisi Faktif
Presuposisi (praanggapan) faktif adalah praanggapan yang berisi informasi yang dipraanggapkan mengikuti kata kerja dapat dianggap sebagai suatu kenyataan.
p : “Dia tidak menyadari bahwa dia sakit”.
q : >> Dia sakit

p : “Kami menyesal mengatakan kepadanya”.
q : >> Kami mengatakan kepadanya.

3. Presuposisi Leksikal
Presupposisi (praanggapan) leksikal dipahami sebagai bentuk praanggapan di mana makna yang dinyatakan secara konvensional ditafsirkan dengan praanggapan bahwa suatu makna lain (yang tidak dinyatakan) dipahami.
p : “Dia berhenti merokok”.
q : >> Dulu dia biasa merokok.
p : “Mereka mulai mengeluh”.
Q : >> Sebelumnya mereka tidak mengeluh

3.4 Presuposisi Non-faktif
Presupposisi (praanggapan) non-faktif adalah suatu praanggapan yang diasumsikan tidak benar.
p : “Saya membayangkan bahwa saya kaya.”
q : >> Saya tidak kaya

p : “Saya membayangkan berada di Hawai”
q : >> Saya tidak berada di Hawai

3.5 Presupposisi Struktural
Presupposisi (praanggapan) struktural mengacu pada struktur kalimat-kalimat tertentu telah dianalisis sebagai praanggapan secara tetap dan konvensional bahwa bagian struktur itu sudah diasumsikan kebenarannya. Hal ini tampak dalam kalimat tanya, secara konvensional diinterpretasikan dengan kata tanya (kapan dan di mana) seudah diketahui sebagai masalah.
p : “Di mana Anda membeli sepeda itu?”
q : >> Anda membeli sepeda.

p : “Kapan dia pergi?”
q : >> Dia pergi

3.6 Presuposisi Konterfaktual
Presuposisi (praanggapan) konterfaktual berarti bahwa yang dipraanggapkan tidak hanya tidak benar, tetapi juga merupakan kebalikan (lawan) dari benar atau bertolak belakang dengan kenyataan.
p : “Seandainya engkau temanku, kau akan menolongku.”
q : >> engkau bukan temanku

4. PERSOALAN PROYEKSI
Makna beberapa presuposisi (sebagai bagian-bagian) tidak dapat bertahan terus menjadi makna beberapa kalimat kompleks (secara keseluruhan) disebut persoalan proyeksi. Contohnya:
a. Tak seorang pun sadar Lili lapar. (= p)
b. Lili lapar. (= q)
p>>q (pada poin ini, penutur yang mengujarkan [a] mempresuposisikan [b].

c. Saya membayangkan bahwa Lili lapar. (= r)
d. Lili tidak lapar. (bukan q)
r>>bukan q (pada poin ini, penutur yang mengujarkan [c]
mempresuposisikan [d], kebalikan dari [b].

e. Saya membayangkan bahwa Lili lapar dan tak seorang pun menyadari bahwa
dia lapar. (= r&p)
f. r&p>>bukan q (pada poin ini, setelah penggabungan r&p, presuposisi q tidak
lagi dianggap benar).

B. ENTAILMEN
1. DEFINISI KONSEPTUAL
Istilah entailmen (II-) dipadankan dengan kata dalam bahasa Inggris entailment (ingat: tail ’ekor’, dan umumnya ekor itu di belakang). Entailmen adalah sesuatu yang secara logis ada atau mengikuti apa yang ditegaskan di dalam tuturan (Yule, 2006:43). Mey (1998) menjelaskan bahwa entailmen adalah bisnis logika, ini menunjukkan perkiraan bahwa dalam hal apapun yang relevan dalam analisis logis dari bahasa alami. Entailmen bukan konsep pragmatik (karena berhubungan dengan maksud penutur), tetapi entailmen dianggap sebagai suatu konsep logis yang murni.
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa entailmen adalah sesuatu yang secara bisnis logika/logis menunjukan perkiraan bahwa ada yang mengikuti apa yang ditegaskan di dalam tuturan/bahasa alami.

2. HUBUNGAN ENTAILMEN DAN CONTOHNYA
Di dalam bahasa Indonesia sebuah proposisi atau kalimat sering diikuti penjelasan di belakangnya yang merupakan inferensi atau simpulan dari proposisi di depannya. Biasanya penjelasan itu diawali dengan kata-kata, seperti: ”artinya …”, “ini berarti…”. Tentu saja antara proposisi pertama dengan inferensi atau proposisi simpulannya mempunyai arti yang tidak bertentangan. Rumusnya: “X mengentail Y”. Jika X benar, maka Y benar; Jika Y salah, maka X salah. Contoh: Saya hampir tidak lulus, (Y). Propoisisi yang mengentail Y adalah Saya lulus (X). lihat bandingan berikut!
Proposisi : Saya hampir tidak lulus.
Entailmen : Saya lulus.
Entailmen dalam hubungan antara tuturan dengan maksudnya bersifat mutlak atau menjadi keharusan. Tuturan yang berbunyi Eli hamil muda, mengindikasikan bahwa wanita yang bernama Eli sudah pernah berhubungan sebadan dengan seorang pria tertentu sehingga dia sekarang dalam keadaan hamil muda. Tuturan yang berbunyi Ian anak desa yang sangat rajin itu menjadi dokter, menunjukkan bahwa anak yang berasal dari desa itu pernah mengenyam pendidikan di Universitas tertentu pada sebuah Fakultas Kedokteran. Dengan demikian, jelas bahwa hubungan antara tuturan dan maksud tuturan pada entailment bersifat mutlak dan harus ada. Jadi tuturan seperti si Emilia seorang janda kembang di desaku, menunjukkan dengan sesungguhnya, dan dengan tidak dapat disangka-sangka lagi, sosok wanita yang bernama Emilia sudah pernah menjadi seorang istri, karena sekarang berstatus janda, dan karena sebab yang sangat tertentu status keistriannya itu hilang, dan yang melekat pada dirinya sekarang adalah status kejandaan. Kenyataan seperti itulah yang di dalam ilmu bahasa pragmatik disebut dengan entailmen, atau banyak orang sering menerjemahkannya secara kasar dan cenderung kurang tepat sebagai sosok ikutan.

C. IMPLIKATUR
1. PENGENALAN TENTANG IMPLIKATUR
Pengertian implikatur menurut Kridalaksana (dikutip Sujana 1992:17) adalah konsep yang mengacu pada sesuatu yang diimplikasikan oleh sebuah tuturan yang tidak dinyatakan secara eksplisit oleh tuturan itu. Konsep implikatur pertama kalinya dikenalkan oleh H.P. Grice pada tahun 1975 untuk memecahkan persoalan makna bahasa yang tidak dapat diselesaikan oleh teori semantik biasa. Implikatur dipakai untuk memperhitungkan apa yang disarankan atau apa yang dimaksud oleh penutur sebagai hal yang berbeda dari apa yang dinyatakan secara harfiah. Implikatur dapat disimbolkan dengan ( + > ).
Tuturan orang dalam kehidupan sehari-hari dalam peristiwa tuturan merupakan tindak praktik dalam sosial budaya yang memiliki makna literal dan nonliteral. Misalnya: “Kamu mau makan?”. Tuturan tersebut mempunyai ekspresi yang menanyakan kepada seseorang bahwa ia hendak makan. Namun, lain halnya dengan tuturan tersebut akan mempunyai tuturan lain seandainya tuturan itu berlatar dan mempunyai tujuan lain. Pada contoh tuturan tuturan lain, seperti:, “Minumannya sudah tersedia, Pak!” Anda tentu akan mengatakan bahwa orang yang mengucapkan kalimat itu sedang memberitahukan bahwa minuman telah selesai dihidangkan. Yang menjadi persoalan kita bukan apakah orang itu telah selesai atau belum selesai menghidangkan minuman tetapi apa maksud ucapan itu sebenarnya? Nah sekarang minumannya sudah tersedia maka silahkan diminum.
Hal-hal yang berkenaan dengan kehidupan sehari-hari, khususnya dalam percakapan yang dikeluarkan oleh pelaku tindak berbahasa mengandung makna. Oleh karena itu, pendengar harus mampu menetapkan bahwa ada makna atau maksud lain di balik ucapan yang telah dikeluarkan oleh pembicara itu. Dengan demikian, secara efektif pendengar dapat memberi respon atau tanggapan yang sesui dengan implikator yang muncul.
Untuk dapat menetukan apa yang dimaksud dibalik apa yang dikatakan kita memerlukan pengetahuan tentang kaidah pragmatiknya. Dengan kata lain, untuk menentukan implikatur suatu ucapan kita harus memahami apa kaidah pragmatiknya. Sebagai contoh lain, kalau ada ujaran, “Panas di sini bukan?” Maka secara implisit penutur menghendaki agar mesin pendingin dihidupkan atau jendela dibuka.
Dalam hal kebiasaan lain, implikatur juga sering disebut dengan makna tersirat (implied meaning), karena implikatur termasuk makna atau pesan yang tersirat dalam ungkapan lisan dan atau wacana tulis. Dengan kata lain, implikatur adalah ungkapan secara tidak langsung yakni makna ungkapan yang tidak tercermin dalam kosa kata secara literal.

2. JENIS-JENIS IMPLIKATUR
Dalam pemakaian bahasa terdapat beberapa implikatur, seperti yang ada pada penjelasan berikut.

2.1 Implikatur Konvensional
Implikatur konvensional yaitu implikatur yang ditentukan oleh arti konvensional kata-kata yang dipakai. Implikatur ini berimplikasi langsung dari makna kata hasil dari pendengaran, bukan dari prinsip percakapan. Implikasi dalam implikatur ini mengandung pengertian yang bersifat umum dan konvensional, dengan kata lain semua orang pada umumnya sudah mengetahui dan memahami maksud atau implikasi suatu hal tertentu. Pemahaman terhadap implikasi yang bersifat konvensional mengandaikan kepada pendengar/pembaca memiliki pengalaman dan pengetahuan umum.
Sebagai contoh: “Dia orang Palembang karena itu dia pemberani.” Pada contoh tersebut, penutur tidak secara langsung menyatakan bahwa suatu ciri (pemberani) disebabkan oleh ciri lain (orang Palembang), tetapi bentuk ungkapan yang dipakai secara konvensional berimplikasi bahwa hubungan seperti itu ada. Kalau individu itu dimaksud orang Palembang dan tidak pemberani, implikaturnya yang keliru tetapi ujaran tidak salah.

2.2 Implikatur Non Konvensional
Selain implikatur konvensional, ada juga implikatur nonkonvensional, yaitu: tindak ilokusi yang implikasi pragmatiknya diambil dari prinsip-prinsip percakapan. Implikatur ini bersifat temporer atau terjadi pada saat proses percakapan berlangsung, dan implikasi yang diucapkan tidak memiliki hubungan langsung dengan apa yang diucapkan. Sebagai contoh:
A: “Kamu terlihat pucat”.
B: “Ya, aku belum makan”.
Pada contoh tersebut terjadi pada saat percakapan berlangsung, dan memiliki implikasi bahwa A menanyakan apakah B sedang sakit. Secara tidak langsung bahwa B mengiyakan pertanyaan tersebut dan memberikan alasan bahwa ia belum makan.




SIMPULAN, SARAN, DAN PENUTUP

A. SIMPULAN
Praanggapan dapat didefinisikan sebagai anggapan/ asumsi/ inferensi yang menjadi latar belakang sebelum terjadinya suatu tuturan. Maksudnya, sebelum pembicara atau penulis mengujarkan sesuatu ia sudah memiliki dugaan sebelumnya tentang lawan bicara atau hal yang dibicarakan. Praanggapan sendiri memiliki ciri mendasar yaitu keajegkan dari penyangkalan. Ada enam jenis praanggapan, yaitu: eksistensial, aktif, leksikal, non-faktif, struktural, dan konteraktual. Praanggapan memiliki masalah proyeksi dengaan tidak bertahan lamanya bagian-bagian makna presupposisi.
Definisi konseptual entailmen mengakarkan dari kata tail yang berarti ekor dalam bahasa Inggris. Entailmen adalah sesuatu yang secara bisnis logika/logis menunjukan perkiraan bahwa ada yang mengikuti apa yang ditegaskan di dalam tuturan/bahasa alami. Hubungan tuturan dan maksud pada entailmen saling berhuungan dengan simbol X II- Y, yang artinya proposisi inferensi mengintail proposisi pertama.
Pengertian implikatur menurut Kridalaksana (dikutip Sujana 1992:17) adalah konsep yang mengacu pada sesuatu yang diimplikasikan oleh sebuah tuturan yang tidak dinyatakan secara eksplisit oleh tuturan itu. Implikatur dibagi menjadi beberapa jenis, seperti: implikatur konvensional dan nonkonvensional.

B. SARAN
Pembaca harus banyak membaca buku-buku tentang pragmatik yang membahas tentang aspek-aspek pragmatik, seperti: praanggapan, entailmen, dan implikatur agar dapat menambah banyak pengetahuan tentang hal tersebut.

C. PENUTUP
Demikian makalah presentasi ini dimuat, semoga bermanfaaat bagi para pembaca.



DAFTAR PUSTAKA

Hodidjah. 2014. Praanggapan Semantik dan Praanggapan Pragmatik. (bdkpalembang.kemenag.go.id/). diakses 9 September 2015.

Kurniawan, Alvian. 2010. Ringkasan Materi Pragmatik. Universitas PGRI Palembang: tidak diterbitkan.

Sidia, Nadia. 2012. Pragmatik: Presuposisi, dan Entailmen.(http://nadiasidia.blogspot.co.id/). diakses 9 September 2015.

Sirajudin, Ahmad. 2009. Pragmatik Kajian Teoretis dan Praktik. Buku Bahan Ajar STKIP Hamzanwadi Selong: tidak diterbitkan.

Susanti, Riana dan Bent Ariansi. 2013. Praanggapan, Implikatur, dan Entailmen.(http://dsam-laher6303.blogspot.co.id). diakses 6 September 2015.

Tarigan, Henry Guntur. 1990. Pengajaran Pragmatik. Bandung: Angkasa.

Yule, George. 1996. Pragmatik. Terjemahan Indah Fajar Wahyuni. 2006. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Yulianto, Joko. 2012. Praanggapan, dan Entailmen dalam Tutur Kata. (http://pascaunesa2011.blogspot.co.id/). diakses 6 September 2015.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Contoh Ulasan Artikel Jurnal Penelitian

Contoh Proposal Pengajuan Kegiatan Ekstrakurikuler

Contoh Proposal Kegiatan Bulan Bahasa di Sekolah