ARTIKEL PENELITIAN TESIS
PENGEMBANGAN BUKU TEKS PELENGKAP
MEMPRODUKSI TEKS BERITA TELEVISI UNTUK PESERTA DIDIK KELAS XI MIPA DI SMA BINA SRIWIJAYA INDONESIA (BSI) PALEMBANG
Alvian Kurniawan , Mulyadi Eko Purnomo , Subadiyono
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui kebutuhan buku teks menurut peserta didik dan guru, (2) merancang buku teks berdasarkan analisis kebutuhan guru dan peserta didik, (3) mendeskripsikan hasil validasi ahli terhadap buku teks pengembangan, dan (4) mengetahui efek potensial buku teks terhadap hasil belajar. Penelitian ini tergolong ke dalam penelitian dan pengembangan yang mengadaptasi model pengembangan Jolly dan Bolitho dalam Tomlinson (2007:108) danTessmer(1998:16). Buku teks pengembangan ini disusun berdasarkan hasil analisis kebutuhan peserta didik kelas XI MIPA dan gurudi SMA Bina Sriwijaya Indonesia (BSI) Palembang. Kerangka buku teks ini terdiri dari sampul, kata pengantar, daftar isi, judul pembelajaran 1—4, kompetensi dasar, indikator, tujuan pembelajaran, uraian materi, rangkuman, latihan soal, rubrik penilaian, tugas evaluasi formatif, daftar pustaka, dan profil penulis. Buku initelah melalui uji validasi oleh tiga pakaryang meliputi aspek kelayakan: materi, kebahasaan, dan desain media. Berdasarkan uji validasi dengan tiga pakar tersebut, maka diperoleh kesimpulan bahwa buku teks ini dikategorikan layak diujicobakan dengan revisi sesuai dengan komentar dan saran para pakar. Berdasarkan hasil uji coba lapangan melalui pretest dan posttest, nilai rata-rata peserta didik mengalami peningkatan sebesar 5,95 pada tes memproduksi teks warta berita televisi, dan 10,64 pada tes memproduksi teks laporan khas (feature).
Kata kunci: pengembangan, buku teks, berita televisi
ABSTRACT
The aims of this study are (1) to find out the needs of the text book for the students and the teachers, (2) to designthe textbook based on the teachers and students need, (3) to describe the validity of the development of the textbook, and (4) to know the potential effect of the text book to the student learning outcomes. This research and development is adapted from Jolly and Bolitho in Tomlinson (2007:108) and Tessmer (1998:16) research design. This textboox is compiled based on the analysis of the needs of the eleventh grade MIPA students and the teachers of SMA BSI Palembang. The framework of this textboox consists of cover, acknowledgement, table of content, chapter 1—4, basic competence, indicator, objective, description of the material, exercises, assessment rubric, evaluation test, reference and author’s profile. This book is validated by three expert judgements that includes material, linguistic, and media design. Based on the result, it was found that this book is categorized worth to be trial with the comments and suggestions from the three experts. Based on the pretest and posttest result, it was found that the students average score increase about 5.95on the news text and 10.64 on the feature text.
Keyword: development, text book, news of television
PENDAHULUAN
Kemampuan memproduksi teks berita tergolong ke dalam kemampuan berbahasa yang bersifat menghasilkan sesuatu yang bersumber dari perasaan, ide, dan gagasan peserta didik. Hal ini dikemukakan oleh Indrawati dan Subadiyono (2008:97) yang menyatakan bahwa menulis (sebuah teks) merupakan suatu keterampilan berbahasa yang bersifat ekspresif dan produktif. Kemampuan ini sudah selayaknya diajarkan kepada peserta didik agar peserta didik dapat menyampaikan beragam berita yang diperolehnya dari lingkungan di sekitarnya.
Saat menyampaikan berita baik secara lisan ataupun tulisan, setiap peserta didikmemiliki kemampuan yang berbeda-beda.Perbedaan tersebut dipengaruhi beberapa faktor.Hidayatullah (2016) mengemukakan bahwa faktor yang dapat memengaruhi kemampuan menyampaikan berita ada dua, yaitu: faktor internal, seperti: minat, kemampuan menuangkan ide, dan kegemaran membaca atau menulis; Selain itu, faktor selanjutnya adalah faktor eksternal, seperti: intensitas pemberian tugas menulis kepada peserta didik, motivasi dari guru atau orang tua, dan lain-lain.
Untuk menguasai kemampuan memproduksi teks berita, peserta didik harus memiliki kemauan secara interen, dan pengalaman secara eksteren untuk menggali hal-hal penting mengenai teks, terutama teks berita televisi.Guru juga harus mengasah kemampuan peserta didik dalam memproduksi teks berita televisi dengan cara memberikan kesempatan mempelajari materi memproduksi teks berita televisi.
Mengingat pembelajaran memproduksi teks berita televisi tidak terdapat pada KI dan KD dalam standar isi Permendikbud Nomor 24 tahun 2016 di tingkat SMA atau sederajat. Maka, pembelajaran memproduksi teks berita televisi dapat diajarkan sebagai materi tambahan atau pelengkap dalam proses KBM ataupun ekstrakurikuler. Pernyataan ini disambut positifoleh ibu Thosi Amelia, S.Pd selaku guru yang mengajar mata pelajaran bahasa Indonesia di SMA Bina Sriwijaya Indonesia (BSI) Palembang. Beliau menyampaikan bahwa materi teks berita televisi perlu diajarkan pada kegiatan belajar mengajar di kelas atau ekstrakurikuler jurnalistik di sekolah, sebab peserta didik di sekolah tersebut kurang menguasai kemampuan memproduksi teks berita televisi dengan baik. Pendapat serupa juga dikemukakan Ibu Serli Lestari, S.Pd bahwa di sekolah tersebut peserta didik masih kurang memahami cara-cara memproduksi teks berita, termasuk di dalamnya adalah teks berita televisi. Peserta didik juga mengalami kesulitan dalam menuangkan gagasan ke dalam bentuk kata-kata. Selain itu, ketika peserta didik diminta memproduksi teks berita, mereka cenderung menggunakan bahasa tutur, seperti sedang menceritakan suatu pengalaman. Padahal berita harus ditulis dengan ragam bahasa jurnalistik yang salah satu karakteristiknya menghindari bahasa tutur (Sumadiria, 2014:19).
Kesulitan tersebut disebabkan tidak adanya bahan ajar khusus yang menunjang proses pembelajaran memproduksi teks berita televisi. Buku yang terdapat di sekolah tersebut hanyalah buku pelajaran bahasa Indonesia terbitan Kemendikbud dan Erlangga. Selain itu, buku tersebut hanya membahas teori berita secara umum, tidak sampai kepada praktik menulis teks berita, terutama teks berita televisi. Struktur buku juga tidak memuat indikator dan petunjuk penggunaan buku, sehingga buku tersebut kurang lengkap untuk dipelajari.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, perlu adanya pembelajaran khusus mengenai cara memproduksi teks beritatelevisi dengan menggunakan bahan ajar pengembangan.Solusi tersebutdisambut positif oleh guru dan peserta didik. Hal tersebut terlihat dari respon guru sebanyak 100%, dan respon peserta didik sebanyak 53,3% yang menyatakan bahwa mereka sangat setuju dengan adanya pengembangan bahan ajar berbentuk buku teks pelengkapdengan judul Berlatih Memproduksi Teks Berita Televisi.
Penelitian mengenai pengembangan bahan ajar teks berita pernah dilakukan oleh Ridho Andi Sucipto (2016) yang berjudul “Pengembangan Modul Matakuliah Bahasa Indonesia Jurnalistik Jurusan Ilmu Komunikasi Stisipol Candradimuka Palembang”. Penelitian serupa juga pernah dilakukan oleh Muhammad Fadely (2015) yang berjudul “Pengembangan Modul Menulis Feature pada Siswa Kelas XII SMA YPI Tunas Bangsa Palembang dengan Pendekatan Saintifik”. Penelitian serupa lainnya dengan jenis penelitian ini pernah dilakukan juga oleh Amirul Mukmin (2015) yang berjudul “Pengembangan Modul Menulis Reportase untuk Siswa Kelas XII SMA Srijaya Negara Palembang dengan Pendekatan Saintifik”. Penelitian selanjutnya yang menyerupai penelitian ini adalah penelitian yang pernah dilakukan oleh Harkat (2014) dengan judul “Pengembangan Bahan Ajar Menyimak Berita dan Nonberita Berbentuk DVD pada Siswa Kelas X SMA Negeri Kandis”.
Hasil penelitian dari empat judul di atas menyatakan bahwa terdapat peningkatan kemampuan peserta didik/mahasiswa setelah belajar menggunakan bahan ajar pengembangan. Hal tersebut mengindikasikan bahwa bahan ajar yang dikembangkan para peneliti sebelumnya memiliki efek potensial.
Persamaan keempat penelitian di atas dan penelitan ini adalah sama-sama tergolong ke dalam jenis penelitian dan pengembangan (research and development). Selain itu, sasaran dan tujuan pengembangan ini dengan keempat pengembangan di atas adalah untuk memenuhi kebutuhan bahan ajar bagi guru dan peserta didik di sekolah masing-masing.
Perbedaan secara umum antara penelitian ini dan keempat penelitian sebelumnya adalah bentuk dan sasaran pengembangan bahan ajar. Bentuk bahan ajar yang dikembangkan pada beberapa penelitian sebelumnya berbentuk modul, sedangkan bentuk bahan ajar yang dikembangkan dalam penelitian ini berbentuk buku teks. Selain itu, sasaran pengguna bahan ajar pada pengembangan pertama dipergunakan untuk mahasiswa STISIPOL Candradimuka Palembang. Sasaran pengembangan bahan ajar kedua dipergunakan untuk peserta didik kelas XII dan guru di SMA YPI Tunas Bangsa Palembang. Pengembangan bahan ajar ketiga dipergunakan untuk guru dan peserta didik kelas X di SMA Srijaya Negara, dan pengembangan keempatdipergunakan untuk peserta didik kelas X di SMA Kandis. Dalam penelitian ini, sasaran pengembangan bahan ajar ditujukan kepada guru dan peserta didik kelas XI MIPA di SMA BSI Palembang.
Perbedaan selanjutnya terletak pada objek kajian ragam teks berita yang dikembangkan. Pada penelitian dan pengembangan pertama, ragam teks berita yang dikembangkan adalah teks berita jurnalistik secara umum. Penelitian dan pengembangan kedua membahas ragam teks berita feature. Penelitian dan pengembangan ketiga membahas ragam teks berita reportase. Penelitian dan pengembangan keempat membahas rekaman berita dan nonberita, sedangkan pengembangan ini membahas ragam teks berita televisi.
Adapun rumusan masalah dalam penilitian ini adalah sebagai berikut.(1) Bagaimana kebutuhan bahan ajar peserta didik kelas XI MIPA dan guru di SMA Bina Sriwijaya Indonesia (BSI) Palembang terhadap buku teks memproduksi teks berita televisi?(2) Bagaimana rancangan buku teks Berlatih Memproduksi Teks Berita Televisi hasil pengembangan?(3) Bagaimana hasil validasi ahli terhadap pengembangan buku teks Berlatih Memproduksi Teks Berita Televisi?(4) Bagaimana efek potensial buku teks hasil pengembangan terhadap kegiatan pembelajaran memproduksi teks berita televisi pada peserta didik kelas XI MIPA di SMA Bina Sriwijaya Indonesia (BSI) Palembang?.
Tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai barikut. (1) Mendeskripsikan kebutuhan bahan ajar peserta didik kelas XI MIPA dan guru di SMA Bina Sriwijaya Indonesia (BSI) Palembang terhadap buku teks memproduksi teks berita televisi;(2) Mendeskripsikan dan menghasilkan rancangan buku teks pelengkap Berlatih Memproduksi Teks Berita Televisi hasil pengembangan;(3) Mendeskripsikan hasil validasi ahli terhadap pengembangan buku teks Berlatih Memproduksi Teks Berita Televisi;(4) Mendeskripsikan efek potensial bahan ajar hasil pengembangan berbentuk buku teks terhadap pembelajaran memproduksi teks berita televisi pada peserta didik kelas XI MIPA di SMA Bina Sriwijaya Indonesia (BSI) Palembang.
Hasil penelitian dan pengembangan ini juga diharapkan dapat memberikan manfaat, baik bagi guru maupun bagi peserta didik. (1) Bagi guru, hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu para guru dalam mengajarkan materi memproduksi teks berita televisi dengan menggunakan buku teks yang telah dikembangkan. (2) Bagi peserta didik, melalui pembelajaran dengan menggunakan buku teks ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan memproduksi teks berita televisi.
Buku teks pengembangan ini termasuk ke dalam bentuk bahan ajar. Bahan ajar merupakan segala bahan yang disusun secara sistematis yang menampilkan sosok utuh dari kompetensi yang akan dikuasai peserta didik dan digunakan dalam proses pembelajaran dengan tujuan perencanaan, penelaahan implementasi pembelajaran (Prastowo, 2015:17.
Pemilihan dan ketersediaan bahan ajar bermutu sangat penting dalam membantu guru dan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. Untuk itu, pemilihan jenis bahan ajar sangat diperlukan. Berdasarkan hasil survei, jenis bahan ajar yang digunakan oleh guru ada beberapa macam, diantaranya sebagai berikut. (1) buku wajib/pokok, (2) buku penunjang, (3) lembar kerja siswa (LKS), (4) buku bacaan, (5) bahan pembelajaran buatan guru (Purnomo, Nurhayati, dan Saripudin, 2006:7.
Salah satu jenis bahan ajar lainnya yang dapat dikembangkan adalah buku teks. Buku teks adalah buku yang disusun berdasarkan bahan dan materi yang akan diajarkan guru kepada peserta didik, dan buku ini disusun oleh para pakar sebagai penunjang program pengajaran yang digariskan oleh pemerintah yang dapat dipelajari melalui tatap muka, dan mandiri oleh peserta didik.
Buku teks yang baik harus memiliki komponen-komponen yang lengkap. Prastowo (2011:172) menyatakan bahwa buku teks yang baik sekurang-kurangnya harus memiliki komponen-kompenen, seperti: judul, kompetensi inti dan kompetensi dasar, informasi-informasi pendukung, latihan-latihan, dan penilaian.
Buku teks dapat memuat berbagai macam materi, salah satunya adalah berita televisi. Berita televisi erat kaitannya dengan istilah jurnalistik televisi. Baksin (2009:50) menjelaskan bahwa jurnalistik televisi adalah proses penulisan dan penyebarluasan informasi berupa berita, feature, dan opini melalui media massa yaitu televisi.
Jenis berita televisi yang dikemukakan oleh Wahyudi (dalam Bakhsin, 2009: 93—99) dibagi menjadi dua, yaitu sebagai berikut. (1) Berita terkini adalah berita yang di dalamnya berisi uraian peristiwa dan atau pendapat yang mengandung nilai berita yang terjadi hari ini; (2) Berita berkala adalah berita yang di dalamnya berisi uraian fakta dan pendapat yang nilai beritanya kurang kuat, sehingga penyajiannya kepada khalayak tidak terikat oleh waktu.
Teks berita televisi memiliki struktur yang berbeda dibandingkan dengan teks berita media cetak. Junaedi (2013:41—47) mengatakan ada tiga unsur yang membangun sebuah berita televisi, yaitu lead in (bagian awal atau pembuka), tubuh berita (bagian tengah), dan penutup (bagian akhir).
Memproduksi teks berita televisi haruslah memiliki tahapan-tahapan yang sistematis. Menurut Sobandi (2015:45), langkah-langkah memproduksi teks berita televisi sama dengan membuat teks lain, yaitu sebagai berikut. (1) Menentukan tema;(2) Mengumpulkan bahan; (3) Menyusun kerangka; (4) Mengembangkan kerangka; dan (5) menentukan judul.
METODOLOGI PENELITIAN
Tahapan dalam penelitian dan pengembangan ini secara umum mengadaptasi model pengembangan Jolly and Bolitho (dalam Tomlinson, 2007:108), yaitu sebagai berikut.(1) Identifikasi kebutuhan bahan ajar;(2) Eksplorasi kebutuhan terhadap bahan ajar; (3) Realisasi kontekstual terhadap bahan ajar; (4) Realisasi pedagogik bahan ajar; (5) Memproduksi bahan ajar; (6) penggunaan bahan ajar oleh peserta didik; dan (7) evaluasi terhadap bahan ajar.
Selain mengadaptasi model pengembangan Jolly and Bolitho (dalam Tomlinson, 2007:108), peneliti juga menambahkan beberapa tahapan yang dianggap penting, yaitu validasi ahli dan revisi yang sebenarnya tergolong pada tahap evaluasi terhadap bahan ajar. Selain itu, pada tahap penggunaan bahan ajar oleh peserta didik, peneliti lebih memilih mengunakan istilah uji lapangan(field test) yang mengutip pendapat Tessmer (1998:16).
Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah tiga puluhpeserta didik dan dua orang guru di SMA BSI Palembang. Tiga puluh peserta didik itu diperoleh dari dua kelas, yaitu XI MIPA 1 dan 2 . Setiap kelas masing-masing dilibatkan sebanyak lima belas orang. Sedangkan, dua orang guru yang dijadikan subjek penelitian ini adalah Ibu Thosi Amelia, S.Pd., dan Ibu Serli Lestari yang keduanya adalah guru yang mengajar mata pelajaran bahasa Indonesia di SMA BSI Palembang.
Teknik Analisis Data
Data dikumpulkan melalui angket, wawancara, dan tes. Setelah itu, peneliti melakukan teknik analisis data sebagai berikut.
Untuk teknik analisis data angket, awalnya angket dibagikan kepada peserta didik, guru, dan tim ahli. Angket untuk peserta didik dan guru dianalisis secara bersama-sama. Hasil analisis tersebut, dideskripsikan sebagai identifikasi awal terhadap kebutuhan bahan ajar yang akan dikembangkan.
Ada beberapa tahapan yang akan dilakukan peneliti dalam menganalisis data angket, yaitu sebagai berikut. (1) Data angket diperiksa dan diklasifikasikan; (2) Data dianalisis berdasarkan aspek-aspek yang telah ditentukan; (3) Data dideskripsikan sebagai data awal dalam penelitian ini; (4) Menarik kesimpulan umum dari deskripsi data yang ada.
Untuk angket yang dibagikan kepada tim ahli (expert) dianalisis secara deskriptif. Caranya dengan menganalisis setiap butir penilaian yang dipilih oleh ahli. Lalu, nilai tersebut dikonversikan dalam bentuk nilai konversi. Sesuai dengan pendapat Darmadi (2013:121) bahwa skala pengukuran yang digunakan ialah menggunakan skala 1—5.
Untuk teknik analisis wawancara dapat dilakukan dengan menganalisis hasil wawancara yang dilakukan kepada guru dan peserta didik secara objektif. Selanjutnya, dideskripsikan berdasarkan hasil yang diperoleh. Setelah dideskripsikan, langkah berikutnya ialah menyimpulkan. Hasil kesimpulannya digunakan untuk melengkapi data tes. Selain itu, hasilnya digunakan pula untuk mengembangkan dan merevisi bahan ajar yang akan dikembangkan.
Analisis tes dilakukan untuk mengetahui efek potensial bahan ajar hasil pengembangan terhadap hasil belajar peserta didik. Tes berbentuk unjuk kerja memproduksi teks berita televisi. Tes ini sendiri bersifat praktik. Tes dilakukan sebanyak dua kali, baik sebelum maupun sesudah menggunakan bahan ajar hasil pengembangan. Dengan melakukan tes, dapat diketahui perbedaan hasil belajar peserta didik sebelum dan sesudah menggunakan buku teks hasil pengembangan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Identifikasi Kebutuhan Bahan Ajar Peserta Didik dan Guru
Berdasarkan hasil analisis kebutuhan yang dilakukan kepada peserta didik dan guru di SMA BSI Palembang pada hari Selasa, tanggal 10 Januari 2017,ternyata kebutuhan peserta didik dan guru dominan sama. Peserta didik dan gurumembutuhkan buku tekspelengkap dengan judul Berlatih Memproduksi Teks Berita Televisi.
Buku yang dibutuhkan harus mengandung materi yang lengkap, petunjuk penggunaan, contoh-contoh teks berita televisi, lembar evaluasi dan penilaian dalam bentuk pilihan ganda dan esai, bahasa yang dapat dipahami semua kalangan, memiliki ilustrasi gambar pendukung yang disesuaikan dengan contoh teks berita, dan tema-tema kontekstual. Selain itu, guru dan peserta didik juga mengingini sampul buku tersebut bergambar wartawan dan televisi yang menggunakan gradasi warna menarik dengan jenis kertas hardcover dan berukuran standar.
Rancangan Bahan Ajar
Rancangan bahan ajar dibuat setelah melakukan realisasi kebutuhan dan pedagogik. Pada awalnya, rancangan buku ini didominasi dengan warna biru dan abu-abu. Sampul buku bergambar animasi wartawan dan televisi. Selain itu, terdapat kata pengantar yang berisi ucapan puji syukur, latar belakang penyusunan buku teks, serta permohonan kritik dan saran. Buku ini juga dilengkapi dengan daftar isi yang menjelaskan bahwa tebal buku ini adalah 107 halaman.
Dalam rancangan buku teks ini, terdapat lima kompetensi dasar yang kemudian dimuat dalam empat pembelajaran. Adapun judul setiap pembelajaran adalah sebagai berikut. (1) Berita Televisi; (2) Memproduksi Teks Berita Terkini; (3) Memproduksi Teks Berita Berkala; dan (4) Menyunting Teks Berita Televisi.
Secara garis besar, buku teks yang dikembangkan ini terdiri dari tiga bagian, yaitu: bagian awal, bagian isi, dan bagian akhir. Bagian awal terdiri dari (1) cover atau sampul, (2) kata pengantar, dan (3) daftar isi. Bagian isi terdiri dari (1) judul materi per bab, (2) kompetensi dasar dan indikator, (3) tujuan pembelajaran, (4) petunjuk penggunaan buku teks, (5) uraian materi, (6) rangkuman, (7) latihan,(8) penilaian, (9) tugas evaluasi formatif, (10) daftar pustaka. Bagian akhir berisi (1) biodata singkat penulis buku.
Hasil Validasi
Validasi terhadap buku teks Berlatih Memproduksi Teks Berita Televisi yang dikembangkan dalam penelitian ini dilakukan pada tanggal 16 Maret 2017 sampai dengan 27 Maret 2017. Validasi yang dilakukan mencakup tiga aspek yaitu aspek kelayakan materi, aspek kelayakan bahasa, dan aspek kelayakan desain media.
Validasi pertama berhubungan dengan aspek kelayakan materi.Yang bertugas sebagai validator adalah Drs. Kasmansyah, M.Si, selaku dosen program studi pendidikan bahasa dan sastra Indonesia di Universitas Sriwijaya. Terdapat sepuluh komponen kelayakan materi yang dinilai dengan skala 1—5. Secara keseluruhan, skor yang diperoleh pada aspek materi adalah 41 dari skor maksimal 50.
Saran-saran yang disampaikan validator materi meliputi hal-hal sebagai berikut. (1) Perlu menambahkan uraian tujuan pembelajaran tentang syarat kelayakan berita; (2) Perlu menambahkan teori tentang syarat kelayakan berita; (3) Perlu mengubah penulisan contoh berita menjadi huruf kapital semua; (4) Perlu mengganti pedoman Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) menjadi Ejaan Bahasa Indonesia (EBI).
Validasi kedua berhubungan dengan aspek kelayakan bahasa.Yang menjadi validator adalah Dr. H. Yuswan, M.Pd, selaku dosen program studi pendidikan bahasa dan sastra Indonesia, Universitas PGRI Palembang. Terdapat tujuh komponen kelayakan bahasa yang dinilai dengan skala 1—5. Skor keseluruhan pada aspek kelayakan kebahasaan adalah 35 dari skor maksimal 50.
Saran-saran yang disampaikan validator bahasa meliputi hal-hal sebagai berikut. (1) Perlu memperbaiki beberapa tanda baca; (2) Perlu mengganti atau menghapuskan kata operasional “memahami” dengan kata operasional lainnya, sebab kata “memahami” tidak dapat diukur melalui penilaian; (3) Perlu menghapuskan salah satu kata dalam kutipan, apabila terdapat kata kerja yang bermakna sama; (4) Penggunaan kata “evaluasi formatif”, seharusnya “tugas formatif” atau “tugas evaluasi formatif”.
Validasi ketiga berhubungan dengan aspek kelayakan desain media.Yang menjadi validator adalah Bapak Novri Hadinata, M.Kom, selaku dosen program studi sistem informatika di Universitas Bina Darma Palembang. Terdapat lima belas komponen kelayakan desain media yang dinilai dengan skala 1—5. Skor keseluruhan untuk aspek kelayakan desain media ini adalah 56 dari skor maksimal 75.
Validator desain media memberikan saran sebagai berikut. (1) Perlu ditambahkan lagi elemen-eleman gambar agar pembaca lebih tertarik; (2) Gambar sampul perlu diganti dalam bentuk riil, namun tetap menyertakan sumber gambar. (3) Perlu diubah jenis huruf menjadi times new roman dengan ukuran 12 atau 14. (4) Perlu memvariasikan bentuk huruf, terutama pada tabel agar tidak monoton; (5) Perlu diperhatikan dan dirapikan tata letak jangan sampai memotong kalimat yang sedang dibahas pada saat perpindahan halaman.
Berdasarkan penilaian para validator, buku teks Berlatih Memproduksi Teks Berita Televisi dinyatakan layak diujicobakan dengan perevisian sesuai saran dan komentar. Untuk itu, peneliti telah merevisi buku teks pengembangan ini sesuai saran dan komentar tersebut.
Efek Potensial
Pada tahapan uji coba lapangan (field test),peserta didik mengerjakan soal pretest dan posttest yang masing-masing terdiri atas dua soal unjuk kerja memproduksi teks warta berita dan feature. Berdasarkan hasil uji coba, diperoleh informasi adanya peningkatan kemampuan peserta didik dalam memproduksi teks berita televisi.
Indikator peningkatan kemampuan peserta didik dalam memahami materi memproduksi teks berita televisi dilihat dari nilai rata-rata (mean) pretest dan posttest. Nilai rata-rata pretest 1 adalah 73,83, sedangkan nilai rata-rata posttest 1 adalah 79,77. Selain itu, nilai rata-rata pretest 2 adalah 74,03, sedangkan nilai rata-rata posttest 2 adalah 84,67. Dengan demikian, terdapat peningkatan yang cukup signifikan setelah menggunakan buku teks hasil pengembangan.
Pembahasan
Buku teks berjudul Berlatih Memproduksi Teks BeritaTelevisimerupakan buku teks yang dipergunakan sebagai pelengkap yang dapat diajarkan pada saat kegiatan belajar mengajar di kelas ataupun ekstrakurikuler jurnalistik di SMA Bina Sriwijaya Indonesia (BSI) Palembang. Selain itu, buku teks ini juga dapat dipelajari secara mendiri oleh peserta didik di luar sekolah.
Buku teks ini dikembangkan berdasarkan hasil analisis kebutuhan peserta didik dan guru.Sehingga, kehadiran buku teks ini diharapkan dapat menjadi bahan ajar yang menarik, praktis, dan efektif dalam mempelajari materi memproduksi treks berita televisi.
Buku teks ini juga dirancang secara sistematis. Pada bagian awal, buku teks ini terdiri dari (1) cover atau sampul, (2) kata pengantar, dan (3) daftar isi. Pada bagian isi, buku teks ini terdiri dari: (1) judul materi per bab, (2) kompetensi dasar, (2) indikator, (3) tujuan pembelajaran, (4) petunjuk penggunaan buku, (5) ringkasan materi, (6) rangkuman, (7) latihan, (8) rubrik penilaian, (9) tugas evaluasi formatif, dan (10) daftar pustaka. Sedangkan, pada bagian akhir buku teks berisi (1) biodata singkat penulis buku.
Rancangan awal buku teks ini memiliki ketebalan 107 halaman dan didominasi dengan warna biru dan abu-abu. Pemilihan warna tersebut didasarkan jawaban dominan peserta didik saat ditanya mengenai warna yang diinginkan. Sampul bukuini bergambar animasi wartawan dan televisi. Selain itu, terdapat lima kompetensi dasar yang kemudian dimuat dalam empat pembelajaran dengan judul sebagai berikut. (1) Berita Televisi; (2) Memproduksi Teks Berita Terkini; (3) Memproduksi Teks Berita Berkala; dan (4) Menyunting Teks Berita Televisi.
Rancangan buku teks initerlebih dahulu dikonsultasikan kepada dosen pembimbing 1 dan 2. Setelah dilakukan revisi sesuai dengan saran para pembimbing, peneliti selanjutnya menemui validator atau ahli untuk melakukan validasi. Validasi dalam penelitian ini mencakup tiga aspek, yaitu aspek kelayakan materi, kelayakan kebahasaan, dan kelayakan desain media. Setiap ahli memberikan penilaian, komentar, dan saran yang kemudian dijadikan peneliti untuk melakukan tahapan perevisian.
Berdasarkan validasi yang dilakukan ahli materi, maka buku teks inidiberikan penilaian sebagai berikut. (1) Relevansi antara judul, kompetensi dasar, dan tujuan mendapat nilai 4, sebab materi sudah tergolong relevan, tetapi uraian buku teks belum terlampau lengkap; (2) Ketepatan materi dengan kompetensi dasar mendapat nilai 4, sebab uraian materi kurang membahas syarat kelayakan berita; (3) Ketepatan materi dengan tujuan pembelajaran mendapat nilai 4, sebab terdapat kesesuaian antara materi dengan tujuan pembelajaran; (4) Ketepatan materi dengan petunjuk mendapat nilai 4, sebab petunjuk sudah memuat tahap-tahap untuk mempelajari materi, namun petunjuk dengan kata “kalian”, sebaiknya diganti dengan kata “kamu”; (5) Ketepatan substansi materi, contoh, latihan, dan evaluasi mendapat nilai 4, sebab keempat hal tersebut saling berhubungan, tetapi untuk contoh teks berita televisi pada buku teks tersebut tidak ditulis dengan huruf kapital semua; (6) Ketepatan isi materi dan desain memotivasi cara belajar peserta didik mendapat nilai 5, sebab isi materi dan desain sudah cukup menarik dan memacu peserta didik untuk belajar menggunakan buku teks yang dikembangkan; (7) Kesesuaian gambar dengan materi mendapat nilai 4, sebab keduanya sudah ada di dalam buku teks, tetapi sebaiknya ditambahkan lagi gambarnya; (8) Kesesuaian dengan perkembangan peserta didik mendapat nilai 4, sebab penyajian buku teks sudah sesuai dengan karakter pengguna buku; (9) Kekontekstualan isi materi, contoh, dan latihan soal/evaluasi mendapat nilai 4, sebab berhubungan dengan obyek nyata di sekitar peserta didik; dan (10) ketepatan materi dan contoh penggunaan bahasa jurnalistik mendapat nilai 4, sebab materi sudah tepat, hanya saja penggunaan ejaan yang disempurnakan saat ini tidak lagi dipergunakan dalam aturan penulisan, sebaiknya mengacu kepada ejaan bahasa Indonesia (EBI).
Ahli kebahasaan memberikan penilaian sebagai berikut. (1) Ketepatan penulisan ejaan mendapat nilai 3, sebab ada beberapa tanda baca yang kurang, terutama tanda baca koma pada sumber kutipan yang terdapat kata “menurut”; (2) Keefektifan penggunaan kalimat mendapat nilai 4, sebab ada beberapa kata yang dianggap tidak efektif, seperti: redudansi kata “menurut” dan “menjelaskan”, kata “memahami” pada indikator, kata “evaluasi” pada latihan; (3) Ketepatan penggunaan gramatikal mendapat nilai 4, sebab gramatikalnya sudah cukup baik; (4) Ketepatan cara pengutipan mendapat nilai 5, sebab sebagian besar sudah menggunakan teknik kutipan dengan tepat; (5) Kejelasan redaksi dan kepraktisan untuk dipahami mendapat nilai 5, sebab redaksi dan kepraktisan buku teks mudah dipahami; (6) Kesesuaian bahasa yang dipergunakan dengan karakter perkembangan peserta didik mendapat nilai 5, sebab buku ditunjang dengan kaidah penulisan yang benar, terutama kata bahasa asing sudah ditulis miring; dan (7) keterbacaan mendapat nilai 4, sebab tingkat keterbacaan sudah baik, meski ada sedikit kesalahan redaksi kata dan tanda baca.
Ahli desain media memberikan penilaian sebagai berikut. (1) Kemenarikan bahan ajar mendapat nilai 4, sebab bahan ajar sudah cukup menarik, tetapi bisa ditambah kemenenarikannya dengan menambah gambar-gambar lagi; (2) Kemenarikan desain untuk memotivasi cara belajar mendapat nilai 3, sebab layout perlu divariasikan lagi dengan bentuk potrait dan landscape; (3) Sampul atau cover (kesesuaian ilustrasi, ukuran dan jenis huruf, dan tata letak) mendapat nilai 3, sebab untuk kalangan SMA sebaiknya gambar bersifat riil dengan dilengkapi sumber, bukan animasi; (4) Kesesuaian gambar dengan materi mendapat nilai 4, sebab gambar dan materi yang dimuat berdasarkan isu terkini; (5) kejelasan teks, gambar, dan teori mendapat nilai 4, sebab gambar sudah dicetak dengan warna yang jelas, tetapi jenis huruf perlu dipertimbangkan lagi; (6) variasi ukuran dan jenis gambar mendapat nilai 4, sebab ukuran huruf belum terlampau bervariasi, sebaiknya dibagian tabel jenis hurufnya divariasikan; (7) keserasian dan kejelasan buku teks yang dikembangkan mendapat nilai 4, sebab buku teks sudah jelas dan serasi; (8) kesesuaian antara nomor urut dan penyajian mendapat nilai 4, sebab urutan nomor penyajian sudah sistematis; (9) ketepatan penggunaan warna mendapat nilai 3, sebab meskipun penggunaan dua warna sudah cukup menarik, tetapi bisa ditambahkan variasi warna lagi agar lebih menarik; (10) variasi ukuran dan jenis huruf mendapat nilai 3, sebab perlu variasi ukuran huruf, terutama pada bagian tabel jangan disamakan dengan bagian lain; (11) kesesuaian grafik (tabel, diagram, bagan) dengan tujuan dan isi materi mendapat nilai 3, sebab ada bebarapa tabel yang tulisannya terpotong dengan halaman selanjutnya; (12) Ketepatan pemilihan icon dalam bahan ajar yang digunakan mendapat nilai 4, sebab sudah mengikuti aturan yang ada; (13) Kekonsistensian penggunaan huruf, warna, ilustrasi, icon, dan lain-lain mendapatkan nilai 4, sebab keempat hal tersebut sudah sama; (14) Tata letak atau layout mendapat nilai 4, sebab meskipun tata letaknya sudah baik, tetapi ada beberapa pemotongan konten dan kalimat ke halaman selanjutnya; (15) Kesesuaian struktur desain buku teks mendapatkan nilai 5, sebab struktur buku teks sudah dianggap sistematis.
Setelah memperoleh komentar dan saran dari para ahli, peneliti selanjutnya melakukan perevisian. Setelah itu, peneliti mencetak buku teks, lalu melakukan tahapan uji lapangan. Pada saat ujicoba lapangan (field test), peserta didik diberikan soalpretest dan posttest yang masing-masing terdiri atas dua soal unjuk kerja memproduksi teks warta berita dan feature. Berdasarkan hasil uji coba, diperoleh informasi adanya peningkatan kemampuan peserta didik dalam materi memproduksi teks berita televisi sebesar 5,95 pada soal memproduksi teks warta berita, dan 10,64 pada soal memproduksi teks feature.
Peningkatan kemampuan peserta didik ini dikarenakan adanya buku teks Berlatih Memproduksi Teks Berita Televisi. Buku tersebut memuat uraian materi penjelasan yang disusun sesuai dengan kebutuhan peserta didik dan guru. Buku teks tersebut juga dilengkapi dengan ilustrasi contoh teks berita televisi dan gambar yang relevan, latihan-latihan untuk menambah pemahaman yang baik, serta praktik terbimbing memproduksi teks berita televisi secara langsung. Hal-hal tersebut dapat memudahkan pemahaman dan meningkatkan keterampilan menulis peserta didik. Pernyataan tersebut sesuai dengan konsep yang dikemukakan oleh Apandi (2015:28), bahwa keterampilan menulis hanya dapat dilakukan dengan suatu kebiasaan, praktek yang terus menerus, passion untuk bisa dimuat media dan dibaca orang. Selain itu, seseorang akan menjadi ahli dalam menulis bukan semata-mata karena mengikuti pendidikan formal atau membaca buku-buku teori tentang menulis, tetapi melalui praktik menulis yang berkesinambungan dan tidak mudah putus asa.
Keeferktifan buku teks ini juga dipengaruhi oleh beberapa hal. Hal-hal yang menjadi kelebihan pada buku teks Berlatih Memproduksi Teks Berita Televisi adalah sebagai berikut. (1) Buku teks ini dikembangkan dengan materi yang menyeimbangkan antara unsur konsep pemahaman dan aplikasi/praktik terarah secara langsung.(2) Buku teks ini dilengkapi dengan contoh-contoh teks berita televisi yang kontekstual, sehingga membantu peserta didik agar dapat belajar dengan topik-topik yang berada dekat dengannya.(3) Buku teks ini dirancang dengan warna-warna menarik agar peserta didik bersemangat untuk belajar. 4) Buku teks ini dilengkapi dengan rubrik penilaian, serta spesifikasi nilai setiap butir soal, sehingga membantu guru dan peserta didik dalam proses penilaian.
Selain kelebihan, buku teks ini juga memiliki kekurangan. Hal-hal yang menjadi kekurangan dalam buku teks ini adalah sebagai berikut.(1) Buku teks ini dibuat sebagai buku pelengkap, sehingga penggunaannya butuh alokasi waktu cadangan yang perlu diperhitungkan oleh guru yang menggunakannya.(2) Buku ini membahas kompetensi dasar yang terbatas, sehingga masih diperlukan buku-buku penunjang lainnya untuk melengkapi buku ini.(3) Buku ini hanya membatasi kegiatan menulis pada dua jenis teks berita saja, yaitu: teks warta berita sebagai salah satu jenis berita terkini, dan teks laporan khas (feature) sebagai salah satu jenis teks berita berkala.(4) Buku teks ini tidak terlampau banyak membahas teknis pembuatan berita pada industri televisi secara detil, sebab fokus tujuan yang ingin dicapai agar peserta didik dapat memproduksi teks berita sebagai salah satu keterampilan berbahasa.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Kesimpulan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1) Berdasarkanhasil identifikasikebutuhan, diketahui bahwapeserta didikdan guru membutuhkan buku teks pelengkap Berlatih Memproduksi Teks Berita Televisiyang dapat dipergunakan dalam proses kegiatan belajar mengajar atau ekstrakurikuler jurnalistik.
2) Setelah melakukananalisis kebutuhan, eksplorasi kebutuhan, realisasi kontekstual, danrealisasi pedagogik. Maka, diperoleh rancangan buku teks yang terdiri dari (1) cover atau sampul, (2) kata pengantar, (3) daftar isi, (4) judul materi per bab, (5) kompetensi dasar, (6) indikator, (7) tujuan pembelajaran, (8) petunjuk penggunaan buku, (9) uraian materi, (10) rangkuman, (11) latihan, (12) rubrik penilaian, (13) tugas evaluasi formatif, (14) daftar pustaka, dan (15) biodata singkat penulis buku teks.
3) Berdasarkanhasilvalidasioleh para ahlipadaaspekmateri, kebahasaan, sertadesain media, buku teksBerlatih Memproduksi Teks Berita Televisidinyatakanlayakuntukdigunakansebagaisalahsatubahan ajar yang digunakanpeserta didik. Namun, sebelum buku teks ini dipergunakan, peneliti telah melakukan revisi sesuai dengan saran dan komentar para pakar/ahli.
4) Berdasarkanhasilujilapangan (field test), penggunaanbuku teksBerlatih Memproduksi Teks Berita Televisimemberikandampakpotensialterhadappeningkatanketerampilanmemproduksi teks berita televisi bagipeserta didik.Indikatorpeningkatankemampuanpesertadidikdalammemahamimaterimemproduksiteksberitatelevisidilihatdariadanya perbedaan yang spesifik, yaitu t = 10,347 pada pretest 1 dan posttest 1, serta t = 9,389 pada pretest 2 danposttest 2.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan, dan simpulan, maka peneliti menyarankan beberapa hal sebagai berikut.
1) Bagi peserta didik, sebaiknyadapatmeningkatkanlagiketerampilan memproduksi teks berita televisiagar lebihbaik.
2) Bagi guru bahasa Indonesia, hendaknya dapatterus memotivasi peserta didik agar tumbuh rasagemarmenulis, khususnyamenulisteks berita televisi.
3) Bagipenelitiselanjutnya,disarankanagardapatmengembangkanprodukbahan ajar teks berita televisi yang lebihluascakupannya, seperti: memproduksi jenis teks berita pandangan mata, wawancara udara, komentar, dan lain-lain.Selain itu, lebih banyak memberikan contoh-contoh teks berita televisi yang ditunjang dengan pengadaan video berita televisi.
DAFTAR PUSTAKA
Baksin, Askurifai. 2009. Jurnalistik Televisi. Bandung: Simbiosa Rekatama. Media.
Chaer, Abdul. 2010. Bahasa Jurnalistik. Jakarta: Rineka Cipta.
Darmadi, Hamid. 2013. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta,
Fadely, Muhammad. 2015. Pengembangan Modul Menulis Feature pada Siswa Kelas XII SMA YPI Tunas Bangsa Palembang dengan Pendekatan Saintifik. Tesis: Palembang. Magister Pendidikan Bahasa Universitas Sriwijaya.
Harkat. 2014. Pengembangan Bahan Ajar Menyimak Berita dan Nonberita Berbentuk DVD pada Siswa Kelas X SMA Negeri Kandis. Tesis: Palembang. Magister Pendidikan Bahasa Universitas Sriwijaya.
Hidayatullah, Syarif. 2016. Pengembangan Keterampilan Menulis.http://www.google.co.id/amp/s/wismasastra.wordpres.com. Diaksestanggal 27 April 2017.
Indrawati, Sri dan Subadiyono. 2008. Pengembangan Model Pembelajaran Keterampilan Menulis Siswa SMP Negeri Kota Palembang Melalui Pemetaan Pikiran dan Pengenalan Struktur Teks. LINGUA, Volume 9, Nomor 2, Palembang Juni 2008.
Junaedi, Fajar. 2014. Jurnalisme Penyiaran dan Reportase Televisi. Jakarta: Kencana Prenada
Media Grup.
Mukmin, Amirul. 2015. Pengembangan Modul Menulis Reportase untuk Siswa Kelas XII SMA
Srijaya Negara Palembang dengan Pendekatan Saintifik. Tesis. Palembang: Magister
Pendidikan Bahasa Universitas Sriwijaya.
Prastowo, Andi. 2015. Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif: Menciptakan Metode
Pembelajaran yang Menarik dan Menyenangkan. Yogyakarta: Diva Press.
Purnomo, Mulyadi Eko. Nurhayati, dan Agus Sarifudin. 2006. “Pengembangan Buku Teks Bahasa Indonesia SMP Berdasarkan Pendekatan Kontekstual”. Forum Kependidikan, Volume 26, Nomor 1, September 2006.
Sumadiria, AS Haris. 2014. Bahasa Jurnalistik. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.
Sobandi. 2015. Bahasa Indonesia untuk SMA/MA Kelas XII. Jakarta: Erlangga.
Sucipto, Ridho Andi. 2016. Pengembangan Modul Matakuliah Bahasa Indonesia Jurnalistik
Jurusan Ilmu Komunikasi Stisipol Candradimuka Palembang. Tesis. Palembang:
Magister Pendidikan Bahasa Universitas Sriwijaya.
Tomlinson, Brian. 1999. Materials Development in Language Teaching. United Kingdom: Cambridge University Press.
Tessmer, Martin. 1998. Planning and Conducting Formative Evaluation. London: Kogan Page.
MEMPRODUKSI TEKS BERITA TELEVISI UNTUK PESERTA DIDIK KELAS XI MIPA DI SMA BINA SRIWIJAYA INDONESIA (BSI) PALEMBANG
Alvian Kurniawan , Mulyadi Eko Purnomo , Subadiyono
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui kebutuhan buku teks menurut peserta didik dan guru, (2) merancang buku teks berdasarkan analisis kebutuhan guru dan peserta didik, (3) mendeskripsikan hasil validasi ahli terhadap buku teks pengembangan, dan (4) mengetahui efek potensial buku teks terhadap hasil belajar. Penelitian ini tergolong ke dalam penelitian dan pengembangan yang mengadaptasi model pengembangan Jolly dan Bolitho dalam Tomlinson (2007:108) danTessmer(1998:16). Buku teks pengembangan ini disusun berdasarkan hasil analisis kebutuhan peserta didik kelas XI MIPA dan gurudi SMA Bina Sriwijaya Indonesia (BSI) Palembang. Kerangka buku teks ini terdiri dari sampul, kata pengantar, daftar isi, judul pembelajaran 1—4, kompetensi dasar, indikator, tujuan pembelajaran, uraian materi, rangkuman, latihan soal, rubrik penilaian, tugas evaluasi formatif, daftar pustaka, dan profil penulis. Buku initelah melalui uji validasi oleh tiga pakaryang meliputi aspek kelayakan: materi, kebahasaan, dan desain media. Berdasarkan uji validasi dengan tiga pakar tersebut, maka diperoleh kesimpulan bahwa buku teks ini dikategorikan layak diujicobakan dengan revisi sesuai dengan komentar dan saran para pakar. Berdasarkan hasil uji coba lapangan melalui pretest dan posttest, nilai rata-rata peserta didik mengalami peningkatan sebesar 5,95 pada tes memproduksi teks warta berita televisi, dan 10,64 pada tes memproduksi teks laporan khas (feature).
Kata kunci: pengembangan, buku teks, berita televisi
ABSTRACT
The aims of this study are (1) to find out the needs of the text book for the students and the teachers, (2) to designthe textbook based on the teachers and students need, (3) to describe the validity of the development of the textbook, and (4) to know the potential effect of the text book to the student learning outcomes. This research and development is adapted from Jolly and Bolitho in Tomlinson (2007:108) and Tessmer (1998:16) research design. This textboox is compiled based on the analysis of the needs of the eleventh grade MIPA students and the teachers of SMA BSI Palembang. The framework of this textboox consists of cover, acknowledgement, table of content, chapter 1—4, basic competence, indicator, objective, description of the material, exercises, assessment rubric, evaluation test, reference and author’s profile. This book is validated by three expert judgements that includes material, linguistic, and media design. Based on the result, it was found that this book is categorized worth to be trial with the comments and suggestions from the three experts. Based on the pretest and posttest result, it was found that the students average score increase about 5.95on the news text and 10.64 on the feature text.
Keyword: development, text book, news of television
PENDAHULUAN
Kemampuan memproduksi teks berita tergolong ke dalam kemampuan berbahasa yang bersifat menghasilkan sesuatu yang bersumber dari perasaan, ide, dan gagasan peserta didik. Hal ini dikemukakan oleh Indrawati dan Subadiyono (2008:97) yang menyatakan bahwa menulis (sebuah teks) merupakan suatu keterampilan berbahasa yang bersifat ekspresif dan produktif. Kemampuan ini sudah selayaknya diajarkan kepada peserta didik agar peserta didik dapat menyampaikan beragam berita yang diperolehnya dari lingkungan di sekitarnya.
Saat menyampaikan berita baik secara lisan ataupun tulisan, setiap peserta didikmemiliki kemampuan yang berbeda-beda.Perbedaan tersebut dipengaruhi beberapa faktor.Hidayatullah (2016) mengemukakan bahwa faktor yang dapat memengaruhi kemampuan menyampaikan berita ada dua, yaitu: faktor internal, seperti: minat, kemampuan menuangkan ide, dan kegemaran membaca atau menulis; Selain itu, faktor selanjutnya adalah faktor eksternal, seperti: intensitas pemberian tugas menulis kepada peserta didik, motivasi dari guru atau orang tua, dan lain-lain.
Untuk menguasai kemampuan memproduksi teks berita, peserta didik harus memiliki kemauan secara interen, dan pengalaman secara eksteren untuk menggali hal-hal penting mengenai teks, terutama teks berita televisi.Guru juga harus mengasah kemampuan peserta didik dalam memproduksi teks berita televisi dengan cara memberikan kesempatan mempelajari materi memproduksi teks berita televisi.
Mengingat pembelajaran memproduksi teks berita televisi tidak terdapat pada KI dan KD dalam standar isi Permendikbud Nomor 24 tahun 2016 di tingkat SMA atau sederajat. Maka, pembelajaran memproduksi teks berita televisi dapat diajarkan sebagai materi tambahan atau pelengkap dalam proses KBM ataupun ekstrakurikuler. Pernyataan ini disambut positifoleh ibu Thosi Amelia, S.Pd selaku guru yang mengajar mata pelajaran bahasa Indonesia di SMA Bina Sriwijaya Indonesia (BSI) Palembang. Beliau menyampaikan bahwa materi teks berita televisi perlu diajarkan pada kegiatan belajar mengajar di kelas atau ekstrakurikuler jurnalistik di sekolah, sebab peserta didik di sekolah tersebut kurang menguasai kemampuan memproduksi teks berita televisi dengan baik. Pendapat serupa juga dikemukakan Ibu Serli Lestari, S.Pd bahwa di sekolah tersebut peserta didik masih kurang memahami cara-cara memproduksi teks berita, termasuk di dalamnya adalah teks berita televisi. Peserta didik juga mengalami kesulitan dalam menuangkan gagasan ke dalam bentuk kata-kata. Selain itu, ketika peserta didik diminta memproduksi teks berita, mereka cenderung menggunakan bahasa tutur, seperti sedang menceritakan suatu pengalaman. Padahal berita harus ditulis dengan ragam bahasa jurnalistik yang salah satu karakteristiknya menghindari bahasa tutur (Sumadiria, 2014:19).
Kesulitan tersebut disebabkan tidak adanya bahan ajar khusus yang menunjang proses pembelajaran memproduksi teks berita televisi. Buku yang terdapat di sekolah tersebut hanyalah buku pelajaran bahasa Indonesia terbitan Kemendikbud dan Erlangga. Selain itu, buku tersebut hanya membahas teori berita secara umum, tidak sampai kepada praktik menulis teks berita, terutama teks berita televisi. Struktur buku juga tidak memuat indikator dan petunjuk penggunaan buku, sehingga buku tersebut kurang lengkap untuk dipelajari.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, perlu adanya pembelajaran khusus mengenai cara memproduksi teks beritatelevisi dengan menggunakan bahan ajar pengembangan.Solusi tersebutdisambut positif oleh guru dan peserta didik. Hal tersebut terlihat dari respon guru sebanyak 100%, dan respon peserta didik sebanyak 53,3% yang menyatakan bahwa mereka sangat setuju dengan adanya pengembangan bahan ajar berbentuk buku teks pelengkapdengan judul Berlatih Memproduksi Teks Berita Televisi.
Penelitian mengenai pengembangan bahan ajar teks berita pernah dilakukan oleh Ridho Andi Sucipto (2016) yang berjudul “Pengembangan Modul Matakuliah Bahasa Indonesia Jurnalistik Jurusan Ilmu Komunikasi Stisipol Candradimuka Palembang”. Penelitian serupa juga pernah dilakukan oleh Muhammad Fadely (2015) yang berjudul “Pengembangan Modul Menulis Feature pada Siswa Kelas XII SMA YPI Tunas Bangsa Palembang dengan Pendekatan Saintifik”. Penelitian serupa lainnya dengan jenis penelitian ini pernah dilakukan juga oleh Amirul Mukmin (2015) yang berjudul “Pengembangan Modul Menulis Reportase untuk Siswa Kelas XII SMA Srijaya Negara Palembang dengan Pendekatan Saintifik”. Penelitian selanjutnya yang menyerupai penelitian ini adalah penelitian yang pernah dilakukan oleh Harkat (2014) dengan judul “Pengembangan Bahan Ajar Menyimak Berita dan Nonberita Berbentuk DVD pada Siswa Kelas X SMA Negeri Kandis”.
Hasil penelitian dari empat judul di atas menyatakan bahwa terdapat peningkatan kemampuan peserta didik/mahasiswa setelah belajar menggunakan bahan ajar pengembangan. Hal tersebut mengindikasikan bahwa bahan ajar yang dikembangkan para peneliti sebelumnya memiliki efek potensial.
Persamaan keempat penelitian di atas dan penelitan ini adalah sama-sama tergolong ke dalam jenis penelitian dan pengembangan (research and development). Selain itu, sasaran dan tujuan pengembangan ini dengan keempat pengembangan di atas adalah untuk memenuhi kebutuhan bahan ajar bagi guru dan peserta didik di sekolah masing-masing.
Perbedaan secara umum antara penelitian ini dan keempat penelitian sebelumnya adalah bentuk dan sasaran pengembangan bahan ajar. Bentuk bahan ajar yang dikembangkan pada beberapa penelitian sebelumnya berbentuk modul, sedangkan bentuk bahan ajar yang dikembangkan dalam penelitian ini berbentuk buku teks. Selain itu, sasaran pengguna bahan ajar pada pengembangan pertama dipergunakan untuk mahasiswa STISIPOL Candradimuka Palembang. Sasaran pengembangan bahan ajar kedua dipergunakan untuk peserta didik kelas XII dan guru di SMA YPI Tunas Bangsa Palembang. Pengembangan bahan ajar ketiga dipergunakan untuk guru dan peserta didik kelas X di SMA Srijaya Negara, dan pengembangan keempatdipergunakan untuk peserta didik kelas X di SMA Kandis. Dalam penelitian ini, sasaran pengembangan bahan ajar ditujukan kepada guru dan peserta didik kelas XI MIPA di SMA BSI Palembang.
Perbedaan selanjutnya terletak pada objek kajian ragam teks berita yang dikembangkan. Pada penelitian dan pengembangan pertama, ragam teks berita yang dikembangkan adalah teks berita jurnalistik secara umum. Penelitian dan pengembangan kedua membahas ragam teks berita feature. Penelitian dan pengembangan ketiga membahas ragam teks berita reportase. Penelitian dan pengembangan keempat membahas rekaman berita dan nonberita, sedangkan pengembangan ini membahas ragam teks berita televisi.
Adapun rumusan masalah dalam penilitian ini adalah sebagai berikut.(1) Bagaimana kebutuhan bahan ajar peserta didik kelas XI MIPA dan guru di SMA Bina Sriwijaya Indonesia (BSI) Palembang terhadap buku teks memproduksi teks berita televisi?(2) Bagaimana rancangan buku teks Berlatih Memproduksi Teks Berita Televisi hasil pengembangan?(3) Bagaimana hasil validasi ahli terhadap pengembangan buku teks Berlatih Memproduksi Teks Berita Televisi?(4) Bagaimana efek potensial buku teks hasil pengembangan terhadap kegiatan pembelajaran memproduksi teks berita televisi pada peserta didik kelas XI MIPA di SMA Bina Sriwijaya Indonesia (BSI) Palembang?.
Tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai barikut. (1) Mendeskripsikan kebutuhan bahan ajar peserta didik kelas XI MIPA dan guru di SMA Bina Sriwijaya Indonesia (BSI) Palembang terhadap buku teks memproduksi teks berita televisi;(2) Mendeskripsikan dan menghasilkan rancangan buku teks pelengkap Berlatih Memproduksi Teks Berita Televisi hasil pengembangan;(3) Mendeskripsikan hasil validasi ahli terhadap pengembangan buku teks Berlatih Memproduksi Teks Berita Televisi;(4) Mendeskripsikan efek potensial bahan ajar hasil pengembangan berbentuk buku teks terhadap pembelajaran memproduksi teks berita televisi pada peserta didik kelas XI MIPA di SMA Bina Sriwijaya Indonesia (BSI) Palembang.
Hasil penelitian dan pengembangan ini juga diharapkan dapat memberikan manfaat, baik bagi guru maupun bagi peserta didik. (1) Bagi guru, hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu para guru dalam mengajarkan materi memproduksi teks berita televisi dengan menggunakan buku teks yang telah dikembangkan. (2) Bagi peserta didik, melalui pembelajaran dengan menggunakan buku teks ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan memproduksi teks berita televisi.
Buku teks pengembangan ini termasuk ke dalam bentuk bahan ajar. Bahan ajar merupakan segala bahan yang disusun secara sistematis yang menampilkan sosok utuh dari kompetensi yang akan dikuasai peserta didik dan digunakan dalam proses pembelajaran dengan tujuan perencanaan, penelaahan implementasi pembelajaran (Prastowo, 2015:17.
Pemilihan dan ketersediaan bahan ajar bermutu sangat penting dalam membantu guru dan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. Untuk itu, pemilihan jenis bahan ajar sangat diperlukan. Berdasarkan hasil survei, jenis bahan ajar yang digunakan oleh guru ada beberapa macam, diantaranya sebagai berikut. (1) buku wajib/pokok, (2) buku penunjang, (3) lembar kerja siswa (LKS), (4) buku bacaan, (5) bahan pembelajaran buatan guru (Purnomo, Nurhayati, dan Saripudin, 2006:7.
Salah satu jenis bahan ajar lainnya yang dapat dikembangkan adalah buku teks. Buku teks adalah buku yang disusun berdasarkan bahan dan materi yang akan diajarkan guru kepada peserta didik, dan buku ini disusun oleh para pakar sebagai penunjang program pengajaran yang digariskan oleh pemerintah yang dapat dipelajari melalui tatap muka, dan mandiri oleh peserta didik.
Buku teks yang baik harus memiliki komponen-komponen yang lengkap. Prastowo (2011:172) menyatakan bahwa buku teks yang baik sekurang-kurangnya harus memiliki komponen-kompenen, seperti: judul, kompetensi inti dan kompetensi dasar, informasi-informasi pendukung, latihan-latihan, dan penilaian.
Buku teks dapat memuat berbagai macam materi, salah satunya adalah berita televisi. Berita televisi erat kaitannya dengan istilah jurnalistik televisi. Baksin (2009:50) menjelaskan bahwa jurnalistik televisi adalah proses penulisan dan penyebarluasan informasi berupa berita, feature, dan opini melalui media massa yaitu televisi.
Jenis berita televisi yang dikemukakan oleh Wahyudi (dalam Bakhsin, 2009: 93—99) dibagi menjadi dua, yaitu sebagai berikut. (1) Berita terkini adalah berita yang di dalamnya berisi uraian peristiwa dan atau pendapat yang mengandung nilai berita yang terjadi hari ini; (2) Berita berkala adalah berita yang di dalamnya berisi uraian fakta dan pendapat yang nilai beritanya kurang kuat, sehingga penyajiannya kepada khalayak tidak terikat oleh waktu.
Teks berita televisi memiliki struktur yang berbeda dibandingkan dengan teks berita media cetak. Junaedi (2013:41—47) mengatakan ada tiga unsur yang membangun sebuah berita televisi, yaitu lead in (bagian awal atau pembuka), tubuh berita (bagian tengah), dan penutup (bagian akhir).
Memproduksi teks berita televisi haruslah memiliki tahapan-tahapan yang sistematis. Menurut Sobandi (2015:45), langkah-langkah memproduksi teks berita televisi sama dengan membuat teks lain, yaitu sebagai berikut. (1) Menentukan tema;(2) Mengumpulkan bahan; (3) Menyusun kerangka; (4) Mengembangkan kerangka; dan (5) menentukan judul.
METODOLOGI PENELITIAN
Tahapan dalam penelitian dan pengembangan ini secara umum mengadaptasi model pengembangan Jolly and Bolitho (dalam Tomlinson, 2007:108), yaitu sebagai berikut.(1) Identifikasi kebutuhan bahan ajar;(2) Eksplorasi kebutuhan terhadap bahan ajar; (3) Realisasi kontekstual terhadap bahan ajar; (4) Realisasi pedagogik bahan ajar; (5) Memproduksi bahan ajar; (6) penggunaan bahan ajar oleh peserta didik; dan (7) evaluasi terhadap bahan ajar.
Selain mengadaptasi model pengembangan Jolly and Bolitho (dalam Tomlinson, 2007:108), peneliti juga menambahkan beberapa tahapan yang dianggap penting, yaitu validasi ahli dan revisi yang sebenarnya tergolong pada tahap evaluasi terhadap bahan ajar. Selain itu, pada tahap penggunaan bahan ajar oleh peserta didik, peneliti lebih memilih mengunakan istilah uji lapangan(field test) yang mengutip pendapat Tessmer (1998:16).
Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah tiga puluhpeserta didik dan dua orang guru di SMA BSI Palembang. Tiga puluh peserta didik itu diperoleh dari dua kelas, yaitu XI MIPA 1 dan 2 . Setiap kelas masing-masing dilibatkan sebanyak lima belas orang. Sedangkan, dua orang guru yang dijadikan subjek penelitian ini adalah Ibu Thosi Amelia, S.Pd., dan Ibu Serli Lestari yang keduanya adalah guru yang mengajar mata pelajaran bahasa Indonesia di SMA BSI Palembang.
Teknik Analisis Data
Data dikumpulkan melalui angket, wawancara, dan tes. Setelah itu, peneliti melakukan teknik analisis data sebagai berikut.
Untuk teknik analisis data angket, awalnya angket dibagikan kepada peserta didik, guru, dan tim ahli. Angket untuk peserta didik dan guru dianalisis secara bersama-sama. Hasil analisis tersebut, dideskripsikan sebagai identifikasi awal terhadap kebutuhan bahan ajar yang akan dikembangkan.
Ada beberapa tahapan yang akan dilakukan peneliti dalam menganalisis data angket, yaitu sebagai berikut. (1) Data angket diperiksa dan diklasifikasikan; (2) Data dianalisis berdasarkan aspek-aspek yang telah ditentukan; (3) Data dideskripsikan sebagai data awal dalam penelitian ini; (4) Menarik kesimpulan umum dari deskripsi data yang ada.
Untuk angket yang dibagikan kepada tim ahli (expert) dianalisis secara deskriptif. Caranya dengan menganalisis setiap butir penilaian yang dipilih oleh ahli. Lalu, nilai tersebut dikonversikan dalam bentuk nilai konversi. Sesuai dengan pendapat Darmadi (2013:121) bahwa skala pengukuran yang digunakan ialah menggunakan skala 1—5.
Untuk teknik analisis wawancara dapat dilakukan dengan menganalisis hasil wawancara yang dilakukan kepada guru dan peserta didik secara objektif. Selanjutnya, dideskripsikan berdasarkan hasil yang diperoleh. Setelah dideskripsikan, langkah berikutnya ialah menyimpulkan. Hasil kesimpulannya digunakan untuk melengkapi data tes. Selain itu, hasilnya digunakan pula untuk mengembangkan dan merevisi bahan ajar yang akan dikembangkan.
Analisis tes dilakukan untuk mengetahui efek potensial bahan ajar hasil pengembangan terhadap hasil belajar peserta didik. Tes berbentuk unjuk kerja memproduksi teks berita televisi. Tes ini sendiri bersifat praktik. Tes dilakukan sebanyak dua kali, baik sebelum maupun sesudah menggunakan bahan ajar hasil pengembangan. Dengan melakukan tes, dapat diketahui perbedaan hasil belajar peserta didik sebelum dan sesudah menggunakan buku teks hasil pengembangan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Identifikasi Kebutuhan Bahan Ajar Peserta Didik dan Guru
Berdasarkan hasil analisis kebutuhan yang dilakukan kepada peserta didik dan guru di SMA BSI Palembang pada hari Selasa, tanggal 10 Januari 2017,ternyata kebutuhan peserta didik dan guru dominan sama. Peserta didik dan gurumembutuhkan buku tekspelengkap dengan judul Berlatih Memproduksi Teks Berita Televisi.
Buku yang dibutuhkan harus mengandung materi yang lengkap, petunjuk penggunaan, contoh-contoh teks berita televisi, lembar evaluasi dan penilaian dalam bentuk pilihan ganda dan esai, bahasa yang dapat dipahami semua kalangan, memiliki ilustrasi gambar pendukung yang disesuaikan dengan contoh teks berita, dan tema-tema kontekstual. Selain itu, guru dan peserta didik juga mengingini sampul buku tersebut bergambar wartawan dan televisi yang menggunakan gradasi warna menarik dengan jenis kertas hardcover dan berukuran standar.
Rancangan Bahan Ajar
Rancangan bahan ajar dibuat setelah melakukan realisasi kebutuhan dan pedagogik. Pada awalnya, rancangan buku ini didominasi dengan warna biru dan abu-abu. Sampul buku bergambar animasi wartawan dan televisi. Selain itu, terdapat kata pengantar yang berisi ucapan puji syukur, latar belakang penyusunan buku teks, serta permohonan kritik dan saran. Buku ini juga dilengkapi dengan daftar isi yang menjelaskan bahwa tebal buku ini adalah 107 halaman.
Dalam rancangan buku teks ini, terdapat lima kompetensi dasar yang kemudian dimuat dalam empat pembelajaran. Adapun judul setiap pembelajaran adalah sebagai berikut. (1) Berita Televisi; (2) Memproduksi Teks Berita Terkini; (3) Memproduksi Teks Berita Berkala; dan (4) Menyunting Teks Berita Televisi.
Secara garis besar, buku teks yang dikembangkan ini terdiri dari tiga bagian, yaitu: bagian awal, bagian isi, dan bagian akhir. Bagian awal terdiri dari (1) cover atau sampul, (2) kata pengantar, dan (3) daftar isi. Bagian isi terdiri dari (1) judul materi per bab, (2) kompetensi dasar dan indikator, (3) tujuan pembelajaran, (4) petunjuk penggunaan buku teks, (5) uraian materi, (6) rangkuman, (7) latihan,(8) penilaian, (9) tugas evaluasi formatif, (10) daftar pustaka. Bagian akhir berisi (1) biodata singkat penulis buku.
Hasil Validasi
Validasi terhadap buku teks Berlatih Memproduksi Teks Berita Televisi yang dikembangkan dalam penelitian ini dilakukan pada tanggal 16 Maret 2017 sampai dengan 27 Maret 2017. Validasi yang dilakukan mencakup tiga aspek yaitu aspek kelayakan materi, aspek kelayakan bahasa, dan aspek kelayakan desain media.
Validasi pertama berhubungan dengan aspek kelayakan materi.Yang bertugas sebagai validator adalah Drs. Kasmansyah, M.Si, selaku dosen program studi pendidikan bahasa dan sastra Indonesia di Universitas Sriwijaya. Terdapat sepuluh komponen kelayakan materi yang dinilai dengan skala 1—5. Secara keseluruhan, skor yang diperoleh pada aspek materi adalah 41 dari skor maksimal 50.
Saran-saran yang disampaikan validator materi meliputi hal-hal sebagai berikut. (1) Perlu menambahkan uraian tujuan pembelajaran tentang syarat kelayakan berita; (2) Perlu menambahkan teori tentang syarat kelayakan berita; (3) Perlu mengubah penulisan contoh berita menjadi huruf kapital semua; (4) Perlu mengganti pedoman Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) menjadi Ejaan Bahasa Indonesia (EBI).
Validasi kedua berhubungan dengan aspek kelayakan bahasa.Yang menjadi validator adalah Dr. H. Yuswan, M.Pd, selaku dosen program studi pendidikan bahasa dan sastra Indonesia, Universitas PGRI Palembang. Terdapat tujuh komponen kelayakan bahasa yang dinilai dengan skala 1—5. Skor keseluruhan pada aspek kelayakan kebahasaan adalah 35 dari skor maksimal 50.
Saran-saran yang disampaikan validator bahasa meliputi hal-hal sebagai berikut. (1) Perlu memperbaiki beberapa tanda baca; (2) Perlu mengganti atau menghapuskan kata operasional “memahami” dengan kata operasional lainnya, sebab kata “memahami” tidak dapat diukur melalui penilaian; (3) Perlu menghapuskan salah satu kata dalam kutipan, apabila terdapat kata kerja yang bermakna sama; (4) Penggunaan kata “evaluasi formatif”, seharusnya “tugas formatif” atau “tugas evaluasi formatif”.
Validasi ketiga berhubungan dengan aspek kelayakan desain media.Yang menjadi validator adalah Bapak Novri Hadinata, M.Kom, selaku dosen program studi sistem informatika di Universitas Bina Darma Palembang. Terdapat lima belas komponen kelayakan desain media yang dinilai dengan skala 1—5. Skor keseluruhan untuk aspek kelayakan desain media ini adalah 56 dari skor maksimal 75.
Validator desain media memberikan saran sebagai berikut. (1) Perlu ditambahkan lagi elemen-eleman gambar agar pembaca lebih tertarik; (2) Gambar sampul perlu diganti dalam bentuk riil, namun tetap menyertakan sumber gambar. (3) Perlu diubah jenis huruf menjadi times new roman dengan ukuran 12 atau 14. (4) Perlu memvariasikan bentuk huruf, terutama pada tabel agar tidak monoton; (5) Perlu diperhatikan dan dirapikan tata letak jangan sampai memotong kalimat yang sedang dibahas pada saat perpindahan halaman.
Berdasarkan penilaian para validator, buku teks Berlatih Memproduksi Teks Berita Televisi dinyatakan layak diujicobakan dengan perevisian sesuai saran dan komentar. Untuk itu, peneliti telah merevisi buku teks pengembangan ini sesuai saran dan komentar tersebut.
Efek Potensial
Pada tahapan uji coba lapangan (field test),peserta didik mengerjakan soal pretest dan posttest yang masing-masing terdiri atas dua soal unjuk kerja memproduksi teks warta berita dan feature. Berdasarkan hasil uji coba, diperoleh informasi adanya peningkatan kemampuan peserta didik dalam memproduksi teks berita televisi.
Indikator peningkatan kemampuan peserta didik dalam memahami materi memproduksi teks berita televisi dilihat dari nilai rata-rata (mean) pretest dan posttest. Nilai rata-rata pretest 1 adalah 73,83, sedangkan nilai rata-rata posttest 1 adalah 79,77. Selain itu, nilai rata-rata pretest 2 adalah 74,03, sedangkan nilai rata-rata posttest 2 adalah 84,67. Dengan demikian, terdapat peningkatan yang cukup signifikan setelah menggunakan buku teks hasil pengembangan.
Pembahasan
Buku teks berjudul Berlatih Memproduksi Teks BeritaTelevisimerupakan buku teks yang dipergunakan sebagai pelengkap yang dapat diajarkan pada saat kegiatan belajar mengajar di kelas ataupun ekstrakurikuler jurnalistik di SMA Bina Sriwijaya Indonesia (BSI) Palembang. Selain itu, buku teks ini juga dapat dipelajari secara mendiri oleh peserta didik di luar sekolah.
Buku teks ini dikembangkan berdasarkan hasil analisis kebutuhan peserta didik dan guru.Sehingga, kehadiran buku teks ini diharapkan dapat menjadi bahan ajar yang menarik, praktis, dan efektif dalam mempelajari materi memproduksi treks berita televisi.
Buku teks ini juga dirancang secara sistematis. Pada bagian awal, buku teks ini terdiri dari (1) cover atau sampul, (2) kata pengantar, dan (3) daftar isi. Pada bagian isi, buku teks ini terdiri dari: (1) judul materi per bab, (2) kompetensi dasar, (2) indikator, (3) tujuan pembelajaran, (4) petunjuk penggunaan buku, (5) ringkasan materi, (6) rangkuman, (7) latihan, (8) rubrik penilaian, (9) tugas evaluasi formatif, dan (10) daftar pustaka. Sedangkan, pada bagian akhir buku teks berisi (1) biodata singkat penulis buku.
Rancangan awal buku teks ini memiliki ketebalan 107 halaman dan didominasi dengan warna biru dan abu-abu. Pemilihan warna tersebut didasarkan jawaban dominan peserta didik saat ditanya mengenai warna yang diinginkan. Sampul bukuini bergambar animasi wartawan dan televisi. Selain itu, terdapat lima kompetensi dasar yang kemudian dimuat dalam empat pembelajaran dengan judul sebagai berikut. (1) Berita Televisi; (2) Memproduksi Teks Berita Terkini; (3) Memproduksi Teks Berita Berkala; dan (4) Menyunting Teks Berita Televisi.
Rancangan buku teks initerlebih dahulu dikonsultasikan kepada dosen pembimbing 1 dan 2. Setelah dilakukan revisi sesuai dengan saran para pembimbing, peneliti selanjutnya menemui validator atau ahli untuk melakukan validasi. Validasi dalam penelitian ini mencakup tiga aspek, yaitu aspek kelayakan materi, kelayakan kebahasaan, dan kelayakan desain media. Setiap ahli memberikan penilaian, komentar, dan saran yang kemudian dijadikan peneliti untuk melakukan tahapan perevisian.
Berdasarkan validasi yang dilakukan ahli materi, maka buku teks inidiberikan penilaian sebagai berikut. (1) Relevansi antara judul, kompetensi dasar, dan tujuan mendapat nilai 4, sebab materi sudah tergolong relevan, tetapi uraian buku teks belum terlampau lengkap; (2) Ketepatan materi dengan kompetensi dasar mendapat nilai 4, sebab uraian materi kurang membahas syarat kelayakan berita; (3) Ketepatan materi dengan tujuan pembelajaran mendapat nilai 4, sebab terdapat kesesuaian antara materi dengan tujuan pembelajaran; (4) Ketepatan materi dengan petunjuk mendapat nilai 4, sebab petunjuk sudah memuat tahap-tahap untuk mempelajari materi, namun petunjuk dengan kata “kalian”, sebaiknya diganti dengan kata “kamu”; (5) Ketepatan substansi materi, contoh, latihan, dan evaluasi mendapat nilai 4, sebab keempat hal tersebut saling berhubungan, tetapi untuk contoh teks berita televisi pada buku teks tersebut tidak ditulis dengan huruf kapital semua; (6) Ketepatan isi materi dan desain memotivasi cara belajar peserta didik mendapat nilai 5, sebab isi materi dan desain sudah cukup menarik dan memacu peserta didik untuk belajar menggunakan buku teks yang dikembangkan; (7) Kesesuaian gambar dengan materi mendapat nilai 4, sebab keduanya sudah ada di dalam buku teks, tetapi sebaiknya ditambahkan lagi gambarnya; (8) Kesesuaian dengan perkembangan peserta didik mendapat nilai 4, sebab penyajian buku teks sudah sesuai dengan karakter pengguna buku; (9) Kekontekstualan isi materi, contoh, dan latihan soal/evaluasi mendapat nilai 4, sebab berhubungan dengan obyek nyata di sekitar peserta didik; dan (10) ketepatan materi dan contoh penggunaan bahasa jurnalistik mendapat nilai 4, sebab materi sudah tepat, hanya saja penggunaan ejaan yang disempurnakan saat ini tidak lagi dipergunakan dalam aturan penulisan, sebaiknya mengacu kepada ejaan bahasa Indonesia (EBI).
Ahli kebahasaan memberikan penilaian sebagai berikut. (1) Ketepatan penulisan ejaan mendapat nilai 3, sebab ada beberapa tanda baca yang kurang, terutama tanda baca koma pada sumber kutipan yang terdapat kata “menurut”; (2) Keefektifan penggunaan kalimat mendapat nilai 4, sebab ada beberapa kata yang dianggap tidak efektif, seperti: redudansi kata “menurut” dan “menjelaskan”, kata “memahami” pada indikator, kata “evaluasi” pada latihan; (3) Ketepatan penggunaan gramatikal mendapat nilai 4, sebab gramatikalnya sudah cukup baik; (4) Ketepatan cara pengutipan mendapat nilai 5, sebab sebagian besar sudah menggunakan teknik kutipan dengan tepat; (5) Kejelasan redaksi dan kepraktisan untuk dipahami mendapat nilai 5, sebab redaksi dan kepraktisan buku teks mudah dipahami; (6) Kesesuaian bahasa yang dipergunakan dengan karakter perkembangan peserta didik mendapat nilai 5, sebab buku ditunjang dengan kaidah penulisan yang benar, terutama kata bahasa asing sudah ditulis miring; dan (7) keterbacaan mendapat nilai 4, sebab tingkat keterbacaan sudah baik, meski ada sedikit kesalahan redaksi kata dan tanda baca.
Ahli desain media memberikan penilaian sebagai berikut. (1) Kemenarikan bahan ajar mendapat nilai 4, sebab bahan ajar sudah cukup menarik, tetapi bisa ditambah kemenenarikannya dengan menambah gambar-gambar lagi; (2) Kemenarikan desain untuk memotivasi cara belajar mendapat nilai 3, sebab layout perlu divariasikan lagi dengan bentuk potrait dan landscape; (3) Sampul atau cover (kesesuaian ilustrasi, ukuran dan jenis huruf, dan tata letak) mendapat nilai 3, sebab untuk kalangan SMA sebaiknya gambar bersifat riil dengan dilengkapi sumber, bukan animasi; (4) Kesesuaian gambar dengan materi mendapat nilai 4, sebab gambar dan materi yang dimuat berdasarkan isu terkini; (5) kejelasan teks, gambar, dan teori mendapat nilai 4, sebab gambar sudah dicetak dengan warna yang jelas, tetapi jenis huruf perlu dipertimbangkan lagi; (6) variasi ukuran dan jenis gambar mendapat nilai 4, sebab ukuran huruf belum terlampau bervariasi, sebaiknya dibagian tabel jenis hurufnya divariasikan; (7) keserasian dan kejelasan buku teks yang dikembangkan mendapat nilai 4, sebab buku teks sudah jelas dan serasi; (8) kesesuaian antara nomor urut dan penyajian mendapat nilai 4, sebab urutan nomor penyajian sudah sistematis; (9) ketepatan penggunaan warna mendapat nilai 3, sebab meskipun penggunaan dua warna sudah cukup menarik, tetapi bisa ditambahkan variasi warna lagi agar lebih menarik; (10) variasi ukuran dan jenis huruf mendapat nilai 3, sebab perlu variasi ukuran huruf, terutama pada bagian tabel jangan disamakan dengan bagian lain; (11) kesesuaian grafik (tabel, diagram, bagan) dengan tujuan dan isi materi mendapat nilai 3, sebab ada bebarapa tabel yang tulisannya terpotong dengan halaman selanjutnya; (12) Ketepatan pemilihan icon dalam bahan ajar yang digunakan mendapat nilai 4, sebab sudah mengikuti aturan yang ada; (13) Kekonsistensian penggunaan huruf, warna, ilustrasi, icon, dan lain-lain mendapatkan nilai 4, sebab keempat hal tersebut sudah sama; (14) Tata letak atau layout mendapat nilai 4, sebab meskipun tata letaknya sudah baik, tetapi ada beberapa pemotongan konten dan kalimat ke halaman selanjutnya; (15) Kesesuaian struktur desain buku teks mendapatkan nilai 5, sebab struktur buku teks sudah dianggap sistematis.
Setelah memperoleh komentar dan saran dari para ahli, peneliti selanjutnya melakukan perevisian. Setelah itu, peneliti mencetak buku teks, lalu melakukan tahapan uji lapangan. Pada saat ujicoba lapangan (field test), peserta didik diberikan soalpretest dan posttest yang masing-masing terdiri atas dua soal unjuk kerja memproduksi teks warta berita dan feature. Berdasarkan hasil uji coba, diperoleh informasi adanya peningkatan kemampuan peserta didik dalam materi memproduksi teks berita televisi sebesar 5,95 pada soal memproduksi teks warta berita, dan 10,64 pada soal memproduksi teks feature.
Peningkatan kemampuan peserta didik ini dikarenakan adanya buku teks Berlatih Memproduksi Teks Berita Televisi. Buku tersebut memuat uraian materi penjelasan yang disusun sesuai dengan kebutuhan peserta didik dan guru. Buku teks tersebut juga dilengkapi dengan ilustrasi contoh teks berita televisi dan gambar yang relevan, latihan-latihan untuk menambah pemahaman yang baik, serta praktik terbimbing memproduksi teks berita televisi secara langsung. Hal-hal tersebut dapat memudahkan pemahaman dan meningkatkan keterampilan menulis peserta didik. Pernyataan tersebut sesuai dengan konsep yang dikemukakan oleh Apandi (2015:28), bahwa keterampilan menulis hanya dapat dilakukan dengan suatu kebiasaan, praktek yang terus menerus, passion untuk bisa dimuat media dan dibaca orang. Selain itu, seseorang akan menjadi ahli dalam menulis bukan semata-mata karena mengikuti pendidikan formal atau membaca buku-buku teori tentang menulis, tetapi melalui praktik menulis yang berkesinambungan dan tidak mudah putus asa.
Keeferktifan buku teks ini juga dipengaruhi oleh beberapa hal. Hal-hal yang menjadi kelebihan pada buku teks Berlatih Memproduksi Teks Berita Televisi adalah sebagai berikut. (1) Buku teks ini dikembangkan dengan materi yang menyeimbangkan antara unsur konsep pemahaman dan aplikasi/praktik terarah secara langsung.(2) Buku teks ini dilengkapi dengan contoh-contoh teks berita televisi yang kontekstual, sehingga membantu peserta didik agar dapat belajar dengan topik-topik yang berada dekat dengannya.(3) Buku teks ini dirancang dengan warna-warna menarik agar peserta didik bersemangat untuk belajar. 4) Buku teks ini dilengkapi dengan rubrik penilaian, serta spesifikasi nilai setiap butir soal, sehingga membantu guru dan peserta didik dalam proses penilaian.
Selain kelebihan, buku teks ini juga memiliki kekurangan. Hal-hal yang menjadi kekurangan dalam buku teks ini adalah sebagai berikut.(1) Buku teks ini dibuat sebagai buku pelengkap, sehingga penggunaannya butuh alokasi waktu cadangan yang perlu diperhitungkan oleh guru yang menggunakannya.(2) Buku ini membahas kompetensi dasar yang terbatas, sehingga masih diperlukan buku-buku penunjang lainnya untuk melengkapi buku ini.(3) Buku ini hanya membatasi kegiatan menulis pada dua jenis teks berita saja, yaitu: teks warta berita sebagai salah satu jenis berita terkini, dan teks laporan khas (feature) sebagai salah satu jenis teks berita berkala.(4) Buku teks ini tidak terlampau banyak membahas teknis pembuatan berita pada industri televisi secara detil, sebab fokus tujuan yang ingin dicapai agar peserta didik dapat memproduksi teks berita sebagai salah satu keterampilan berbahasa.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Kesimpulan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1) Berdasarkanhasil identifikasikebutuhan, diketahui bahwapeserta didikdan guru membutuhkan buku teks pelengkap Berlatih Memproduksi Teks Berita Televisiyang dapat dipergunakan dalam proses kegiatan belajar mengajar atau ekstrakurikuler jurnalistik.
2) Setelah melakukananalisis kebutuhan, eksplorasi kebutuhan, realisasi kontekstual, danrealisasi pedagogik. Maka, diperoleh rancangan buku teks yang terdiri dari (1) cover atau sampul, (2) kata pengantar, (3) daftar isi, (4) judul materi per bab, (5) kompetensi dasar, (6) indikator, (7) tujuan pembelajaran, (8) petunjuk penggunaan buku, (9) uraian materi, (10) rangkuman, (11) latihan, (12) rubrik penilaian, (13) tugas evaluasi formatif, (14) daftar pustaka, dan (15) biodata singkat penulis buku teks.
3) Berdasarkanhasilvalidasioleh para ahlipadaaspekmateri, kebahasaan, sertadesain media, buku teksBerlatih Memproduksi Teks Berita Televisidinyatakanlayakuntukdigunakansebagaisalahsatubahan ajar yang digunakanpeserta didik. Namun, sebelum buku teks ini dipergunakan, peneliti telah melakukan revisi sesuai dengan saran dan komentar para pakar/ahli.
4) Berdasarkanhasilujilapangan (field test), penggunaanbuku teksBerlatih Memproduksi Teks Berita Televisimemberikandampakpotensialterhadappeningkatanketerampilanmemproduksi teks berita televisi bagipeserta didik.Indikatorpeningkatankemampuanpesertadidikdalammemahamimaterimemproduksiteksberitatelevisidilihatdariadanya perbedaan yang spesifik, yaitu t = 10,347 pada pretest 1 dan posttest 1, serta t = 9,389 pada pretest 2 danposttest 2.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan, dan simpulan, maka peneliti menyarankan beberapa hal sebagai berikut.
1) Bagi peserta didik, sebaiknyadapatmeningkatkanlagiketerampilan memproduksi teks berita televisiagar lebihbaik.
2) Bagi guru bahasa Indonesia, hendaknya dapatterus memotivasi peserta didik agar tumbuh rasagemarmenulis, khususnyamenulisteks berita televisi.
3) Bagipenelitiselanjutnya,disarankanagardapatmengembangkanprodukbahan ajar teks berita televisi yang lebihluascakupannya, seperti: memproduksi jenis teks berita pandangan mata, wawancara udara, komentar, dan lain-lain.Selain itu, lebih banyak memberikan contoh-contoh teks berita televisi yang ditunjang dengan pengadaan video berita televisi.
DAFTAR PUSTAKA
Baksin, Askurifai. 2009. Jurnalistik Televisi. Bandung: Simbiosa Rekatama. Media.
Chaer, Abdul. 2010. Bahasa Jurnalistik. Jakarta: Rineka Cipta.
Darmadi, Hamid. 2013. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta,
Fadely, Muhammad. 2015. Pengembangan Modul Menulis Feature pada Siswa Kelas XII SMA YPI Tunas Bangsa Palembang dengan Pendekatan Saintifik. Tesis: Palembang. Magister Pendidikan Bahasa Universitas Sriwijaya.
Harkat. 2014. Pengembangan Bahan Ajar Menyimak Berita dan Nonberita Berbentuk DVD pada Siswa Kelas X SMA Negeri Kandis. Tesis: Palembang. Magister Pendidikan Bahasa Universitas Sriwijaya.
Hidayatullah, Syarif. 2016. Pengembangan Keterampilan Menulis.http://www.google.co.id/amp/s/wismasastra.wordpres.com. Diaksestanggal 27 April 2017.
Indrawati, Sri dan Subadiyono. 2008. Pengembangan Model Pembelajaran Keterampilan Menulis Siswa SMP Negeri Kota Palembang Melalui Pemetaan Pikiran dan Pengenalan Struktur Teks. LINGUA, Volume 9, Nomor 2, Palembang Juni 2008.
Junaedi, Fajar. 2014. Jurnalisme Penyiaran dan Reportase Televisi. Jakarta: Kencana Prenada
Media Grup.
Mukmin, Amirul. 2015. Pengembangan Modul Menulis Reportase untuk Siswa Kelas XII SMA
Srijaya Negara Palembang dengan Pendekatan Saintifik. Tesis. Palembang: Magister
Pendidikan Bahasa Universitas Sriwijaya.
Prastowo, Andi. 2015. Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif: Menciptakan Metode
Pembelajaran yang Menarik dan Menyenangkan. Yogyakarta: Diva Press.
Purnomo, Mulyadi Eko. Nurhayati, dan Agus Sarifudin. 2006. “Pengembangan Buku Teks Bahasa Indonesia SMP Berdasarkan Pendekatan Kontekstual”. Forum Kependidikan, Volume 26, Nomor 1, September 2006.
Sumadiria, AS Haris. 2014. Bahasa Jurnalistik. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.
Sobandi. 2015. Bahasa Indonesia untuk SMA/MA Kelas XII. Jakarta: Erlangga.
Sucipto, Ridho Andi. 2016. Pengembangan Modul Matakuliah Bahasa Indonesia Jurnalistik
Jurusan Ilmu Komunikasi Stisipol Candradimuka Palembang. Tesis. Palembang:
Magister Pendidikan Bahasa Universitas Sriwijaya.
Tomlinson, Brian. 1999. Materials Development in Language Teaching. United Kingdom: Cambridge University Press.
Tessmer, Martin. 1998. Planning and Conducting Formative Evaluation. London: Kogan Page.
Komentar
Posting Komentar