PROPOSAL PENELITIAN: PENGEMBANGAN BUKU TEKS PELENGKAP MEMPRODUKSI TEKS BERITA TELEVISI UNTUK PESERTA DIDIK KELAS XI MIPA DI SMA BINA SRIWIJAYA INDONESIA (BSI) PALEMBANG
1 Latar Belakang
Lingkungan mengandung beragam peristiwa yang dapat dijadikan sumber berita. Berita dapat memberikan pengetahuan dan wawasan tentang lingkungan sekitar. Berita juga dapat meningkatkan kepekaan seseorang terhadap peristiwa yang terjadi di lingkungannya, sehingga berita sangatlah penting untuk diproduksi dan disebarluaskan.
Pada umumnya, setiap orang mampu menyampaikan berita. Namun, tidak semua orang dapat menyampaikan berita dengan baik. Sebagian orang merasa bingung saat akan menyampaikan berita, sehingga sering terdapat penambahan ataupun pengurangan isi informasi yang disampaikan. Hal tersebut terjadi karena kemampuan menyampaikan berita secara lisan dan tertulis kurang baik.
Kemampuan seseorang dalam menyampaikan berita juga berbeda, sebab banyak faktor yang memengaruhi kemampuan tersebut. Hidayatullah (2016) menjelaskan bahwa faktor yang dapat memengaruhi kemampuan menyampaikan berita ada dua, yaitu 1) faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri seseorang atau timbul secara spontan dari hati nurani seseorang, seperti minat menyampaikan berita, kemampuan menuangkan ide, dan kegemaran membaca atau menulis; 2) faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar atau lingkungan sekitar, seperti intensitas pemberian tugas menulis, motivasi dari guru atau orang tua, dan lain-lain.
Kemampuan memproduksi teks berita tergolong ke dalam kemampuan berbahasa yang bersifat ekspresif dan produktif. Hal ini dikemukakan oleh Indrawati dan Subadiyono (2008:97) yang menyatakan bahwa menulis/memproduksi (sebuah teks) merupakan suatu keterampilan berbahasa yang bersifat ekspresif dan produktif. Untuk menguasai kemampuan ini, peserta didik harus memiliki kemauan dan pengalaman untuk menggali hal-hal penting mengenai teks, terutama teks berita. Hal-hal penting tersebut akan diperoleh melalui tahapan belajar. Oleh sebab itu, untuk menumbuhkembangkan keterampilan memproduksi teks berita, peserta didik harus diajarkan hal-hal yang berhubungan dengan kegiatan memproduksi teks berita.
Pembelajaran memproduksi teks berita awalnya ditemukan pada standar isi KI dan KD Permendikbud Nomor 59 tahun 2014. Pada Permendikbud tersebut,dirumuskan bahwa teks berita diajarkan sebagai materi pada kompetensi inti (KI) dan kompetensi dasar (KD) kelas XII Sekolah Menengah Atas dan sederajat. Namun, setelah terbit Permendikbud Nomor 24 tahun 2016, pembelajaran teks berita tidak lagi terdapat pada kompetensi inti (KI) dan kompetensi dasar (KD) untuk kelas XII ataupun tingkatan kelas di bawahnya.
Mengingat pentingnya pembelajaran memproduksi teks berita bagi peserta didik, sehingga pengajaran memproduksi teks berita dianggap perlu untuk tetap diajarkan sebagai materi tambahan atau pelengkap dalam proses KBM ataupun ekstrakurikuler. Hal ini didukung dengan pernyataan guru bahasa Indonesia yang mengajar di SMA BSI Palembang. Menurut Thosi Amelia, S.Pd, materi teks berita tetap perlu diajarkan pada KBM di kelas atau dijadikan sebagai materi pada ekstrakurikuler jurnalistik sekolah, sebab materi ini dapat melatih peserta didik untuk menyampaikan gagasan berdasarkan peristiwa faktual yang terjadi di sekitar mereka.
Pada kenyataannya, kegiatan memproduksi teks berita hingga saat ini menjadi masalah yang harus dicarikan solusi pemecahannya. Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan kepada peserta didik di kelas XI MIPA 1 dan 2 di SMA Bina Sriwijaya Indonesia (BSI) Palembang, peserta didik masih kurang memahami cara-cara memproduksi teks berita. Selain itu, ketika peserta didik diminta memproduksi teks berita, mereka cenderung menggunakan bahasa tutur, seperti sedang menceritakan suatu pengalaman. Padahal berita harus ditulis dengan ragam bahasa jurnalistik yang salah satu karekteristiknya menghindari bahasa tutur (Sumadiria, 2014:19). Selain itu, peserta didik juga mengalami kesulitan dalam menuangkan gagasan ke dalam bentuk kata-kata.
Salah satu solusi untuk mengatasi masalah dalam kegiatan memproduksi teks berita di SMA BSI Palembang adalah dengan memberikan pembelajaran khusus mengenai cara memproduksi teks berita. Dalam pembelajaran tersebut, peserta didik diberikan kesempatan belajar dan berlatih memproduksi jenis teks berita yang mereka ingini. Berdasarkan data awal yang diperoleh, secara dominan peserta didik mengingini belajar dan berlatih memproduksi teks berita televisi. Hal tersebut tersebut terjadi karena peserta didik mengaku kurang memahami jenis teks berita tersebut. Berita jenis ini masih sangat asing bagi peserta didik, sehingga materi memproduksi teks berita televisi diharapkan dapat memberi kontribusi pengetahuan dan keterampilan tambahan bagi peserta didik dan guru-guru di sekolah.
Pembelajaran memproduksi teks berita televisi ini disambut positif oleh guru dan peserta didik. Berdasarkan wawancara yang dilakukan kepada Serli Lestari, S.Pd selaku guru yang mengajar mata pelajaran bahasa Indonesia di kelas XI SMA Bina Sriwijaya Indonesia (BSI) Palembang. Beliau berpendapat bahwa materi memproduksi teks berita televisi penting untuk dipelajari karena materi tersebut jarang diajarkan kepada peserta didik. Sama halnya dengan pendapat NF selaku peserta didik kelas XI MIPA 1 di SMA BSI Palembang yang mengungkapkan bahwa materi memproduksi teks berita televisi penting diajarkan karena banyak peserta didik yang belum menguasai keterampilan ini dengan baik.
Untuk merealisasikan pembelajaran memproduksi teks berita televisi, ternyata tidaklah mudah. Ada beberapa kendala yang muncul dalam merealisasikan pembelajaran ini. Salah satu kendalanya adalah ketersediaan bahan ajar. Berdasarkan hasil wawancara dengan Serli Lestari, S.Pd selaku guru yang mengajar bidang studi bahasa Indonesia, sekaligus petugas perpustakaan di SMA BSI Palembang, bahan ajar khusus memproduksi teks berita di sekolah tersebut sangat minim. Sekolah tersebut hanya menyediakan buku pelajaran bahasa Indonesia umum yang diterbitkan Kemendikbud dan Erlangga. Buku tersebut hanya membahas teks berita secara umum, tidak spesifik membahas teks berita televisi. Buku-buku tersebut lebih banyak menyajikan teori dan tidak banyak memberikan latihan-latihan bagi peserta didik untuk berlatih menulis teks berita secara langsung. Selain itu, buku-buku tersebut tidak menyajikan indikator hasil belajar yang diperoleh dari kompetensi inti (KI) dan kompetensi dasar (KD) yang jelas. Buku tersebut juga tidak terdapat petunjuk cara pemakaiannya dan tidak menyajikan teks-teks yang kontekstual bagi peserta didik.
Berdasarkan permasalahan di atas, peneliti berpendapat bahwa pengembangan bahan ajar berbentuk buku teks memproduksi teks berita televisi sangat diperlukan di sekolah tersebut. Hal ini disebabkan ketersediaan buku referensi yang terbatas, sehingga proses pembelajaran tidak dapat berjalan dengan lancar. Selain itu, buku yang cenderung membahas teori secara umum akan mengakibatkan peserta didik hanya dapat memahami konsep-konsep belaka, tanpa memiliki kemampuan dalam memproduksi teks berita secara langsung. Buku-buku yang tidak memiliki struktur yang lengkap juga tidak dapat memberikan hasil yang maksimal, sehingga perlu dilakukaan pengembangan buku teks.
Pengembangan buku teks dapat memberikan manfaat yang besar dalam proses pembelajaran. Hal ini disebabkan buku teks memiliki fungsi-fungsi yang positif. Hal ini sesuai dengan pandangan yang dikemukakan Nasution (dalam Prastowo 2015:169)
fungsi buku teks sebagai bahan ajar adalah 1) sebagai bahan referensi atau bahan rujukan oleh peserta didik, 2) sebagai bahan evaluasi, c) sebagai alat bantu pendidik dalam melaksanakan kurikulum, d) sebagai salah satu penentu metode atau teknik pengajaran yang akan digunakan pendidik, dan e) sebagai sarana untuk peningkatan karir dan jabatan.
Buku teks yang dikembangkan juga disambut positif oleh peserta didik kelas XI MIPA 1 dan 2 di sekolah tersebut. Berdasarkan data awal yang diperoleh peneliti menyatakan bahwa sebagian besar peserta didik tertarik mempelajari teks berita televisi melalui buku pengembangan.
Penelitian mengenai pengembangan bahan ajar teks berita pernah dilakukan oleh Ridho Andi Sucipto (2016) yang berjudul “Pengembangan Modul Matakuliah Bahasa Indonesia Jurnalistik Jurusan Ilmu Komunikasi Stisipol Candradimuka Palembang”. Fokus masalah dalam penelitian ini ialah “Bagaimana hasil uji keefektifan pengembangan modul matakuliah bahasa Indonesia jurnalistik hasil pengembangan?”. Penelitian tersebut menghasilkan data bahwa hasil pengembangan tersebut efektif dipergunakan mahasiswa. Hal tersebut terlihat dari nilai yang mengalami peningkatan rata-rata dari 56,54 menjadi 72,47.
Penelitian serupa pernah dilakukan oleh Muhammad Fadely (2015) yang berjudul “Pengembangan Modul Menulis Feature pada Siswa Kelas XII SMA YPI Tunas Bangsa Palembang dengan Pendekatan Saintifik”. Fokus masalah dalam penelitian ini ialah “Bagaimana hasil pengembangan bahan ajar menulis teks berita khususnya feature kelas XII SMA YPI Tunas Bangsa Palembang dengan pendekatan saintifik?” Penelitian tersebut menghasilkan data bahwa setelah menggunakan modul tersebut pencapaian nilai peserta didik mengalami peningkatan rata-rata dari 42,4 menjadi 71,57.
Penelitian serupa dengan jenis penelitian ini pernah dilakukan juga oleh Amirul Mukmin (2015) yang berjudul “Pengembangan Modul Menulis Reportase untuk Siswa Kelas XII SMA Srijaya Negara Palembang dengan Pendekatan Saintifik”. Fokus masalah dalam penelitian ini ialah “Bagaimana efek potensial modul menulis reportase setelah digunakan produk tersebut?” Penelitian tersebut menghasilkan data bahwa modul menulis repotase hasil pengembangan peneliti efektif digunakan untuk siswa kelas XII terutama di SMA Srijaya Negara Palembang.
Penelitian selanjutnya yang menyerupai penelitian ini adalah penelitian yang pernah dilakukan oleh Harkat (2014) dengan judul “Pengembangan Bahan Ajar Menyimak Berita dan Nonberita Berbentuk DVD pada Siswa Kelas X SMA Negeri Kandis”. Fokus masalah dalam penelitian ini ialah “Bagaimana efek potensial bahan ajar hasil pengembangan terhadap kemampuan menyimak siswa?” Penelitian tersebut menghasilkan data bahwa bahan ajar hasil pengembangan memiiki efek potensial dan berpotensi efektif dalam meningkatkan kemampuan menyimak siswa.
Persamaan keempat penelitian di atas dan penelitan ini adalah sama-sama tergolong ke dalam jenis penelitian dan pengembangan (research and development). Selain itu, sasaran dan tujuan pengembangan ini dengan keempat pengembangan di atas adalah untuk memenuhi kebutuhan bahan ajar bagi guru dan peserta didik di sekolah masing-masing.
Perbedaan secara umum antara penelitian ini dan keempat penelitian sebelumnya adalah bentuk dan sasaran pengembangan bahan ajar. Bentuk bahan ajar yang dikembangkan pada beberapa penelitian sebelumnya berbentuk modul, sedangkan bentuk bahan ajar yang akan dikembangkan dalam penelitian ini berbentuk buku teks. Selain itu, sasaran pengguna bahan ajar pada pengembangan pertama dipergunakan untuk mahasiswa STISIPOL Candradimuka Palembang. Sasaran pengembangan bahan ajar kedua dipergunakan untuk peserta didik kelas XII dan guru di SMA YPI Tunas Bangsa Palembang. Pengembangan bahan ajar ketiga dipergunakan untuk guru dan peserta didik kelas X di SMA Srijaya Negara, dan pengembangan terakhir dipergunakan untuk peserta didik kelas X di SMA Kandis, sedangkan sasaran pengembangan bahan ajar dalam penelitian ini ditujukan kepada guru dan peserta didik kelas XI MIPA di SMA BSI Palembang.
Perbedaan selanjutnya terletak pada objek kajian ragam teks berita yang dikembangkan. Pada penelitian dan pengembangan pertama, ragam teks berita yang dikembangkan adalah teks berita jurnalistik secara umum. Penelitian dan pengembangan kedua membahas tentang ragam teks berita feature. Penelitian dan pengembangan ketiga membahas ragam teks berita reportase. Penelitian dan pengembangan keempat membahas rekaman berita dan nonberita, sedangkan pengembangan ini akan membahas ragam teks berita televisi.
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas, maka penelitian ini memfokuskan padapengembangan buku teks pelengkap keterampilan memproduksi teks berita televisi untuk peserta didik kelas XI MIPA di SMABina Sriwijaya Indonesia (BSI) Palembang.Buku teks yang dimaksud diberi judulBerlatih Memproduksi Teks Berita Televisi.Meskipun fokus penelitian dan pengembangan adalah memproduksi teks berita televisi, namun hal lain yang berhubungan dengan pemahaman teks berita pun tetap menjadi penelitian dan pengembangan bagi peneliti.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian-uraian pada bagian latar belakang, peneliti merumuskan beberapa masalah sebagai berikut.
1) Bagaimana kebutuhan bahan ajar peserta didik kelas XI MIPA dan guru di SMA Bina Sriwijaya Indonesia (BSI) Palembang terhadap buku teks pelengkap Berlatih Memproduksi Teks Berita Televisi?
2) Bagaimana rancangan buku teks Berlatih Memproduksi Teks Berita Televisi hasil pengembangan?
3) Bagaimana hasil validasi ahli terhadap pengembangan buku teks Berlatih Memproduksi Teks Berita Televisi?
4) Bagaimana efek potensial buku teks hasil pengembangan terhadap kegiatan pembelajaran memproduksi teks berita televisi pada peserta didik kelas XI MIPA di SMA Bina Sriwijaya Indonesia (BSI) Palembang?
3. Tujuan
Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1) Mendeskripsikan kebutuhan bahan ajar peserta didik kelas XI MIPA dan guru di SMA Bina Sriwijaya Indonesia (BSI) Palembang terhadap buku teks pelengkap Berlatih Memproduksi Teks Berita Televisi.
2) Mendeskripsikan dan menghasilkan rancangan buku teks pelengkap Berlatih Memproduksi Teks Berita Televisi hasil pengembangan.
3) Mendeskripsikan hasil validasi ahli terhadap pengembangan buku teks pelengkapBerlatih Memproduksi Teks Berita Televisi.
4) Mendeskripsikan efek potensial bahan ajar hasil pengembangan berbentuk buku teks terhadap pembelajaran memproduksi teks berita televisi pada peserta didik kelas XI MIPA di SMA Bina Sriwijaya Indonesia (BSI) Palembang.
4. Manfaat
Hasil penelitian dan pengembangan ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik bagi guru maupun bagi peserta didik. Bagi guru, hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu para guru dalam mengajarkan materi memproduksi teks berita televisi dengan menggunakan buku teks yang telah dikembangkan. Bagi peserta didik, melalui pembelajaran dengan menggunakan buku teks ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan memproduksi teks berita televisi.
Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik secara teoretis ataupun praktis. Secara teoretis, penelitian ini bermanfaat untuk menyumbang pengetahuan tentang bidang bahasa, terutama materi teks berita televisi. Secara praktis, penelitian ini bermanfaat untuk pedoman guru dalam mengembangkan bahan ajar dan dapat menjadi pedoman peserta didik dalam mengaplikasikan kegiatan memproduksi teks berita televisi secara langsung.
5. Bahan Ajar
5.1 Pengertian Bahan Ajar
Para ahli mendefinisikan istilah bahan ajar dengan berbagai macam pengertian. Bahan ajar merupakan segala bahan yang disusun secara sistematis, yang menampilkan sosok utuh dari kompetensi yang akan dikuasai peserta didik dan digunakan dalam proses pembelajaran dengan tujuan perencanaan, penelaahan implementasi pembelajaran (Prastowo, 2015:17). Setiawan (2007:15) menyatakan bahwa bahan ajar adalah bahan atau materi pelajaran yang disusun secara sistematis yang digunakan guru dan peserta didik dalam proses pembelajaran. Selain itu, bahan ajar juga dapat didefinisikan sebagai seperangkat garis besar yang terdiri dari pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dipelajari peserta didik dalam rangka mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan (Abidin, 2012:33).
Bahan ajar juga merupakan media dan sumber belajar yang memiliki kedudukan strategis sebagai subsistem pembelajaran atau diartikan juga sebagai informasi atau alat yang diperlukan guru untuk perencanaan pembelajaran. Selain itu, bahan ajar termasuk segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru atau instruktur dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas (National Center for Competency Based Training, 2007). Pendapat lain juga dikemukan Depdiknas (2008:4) yang menyatakan bahwa bahan ajar merupakan informasi, alat, atau teks yang diperlukan guru/instruktur untuk perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa bahan ajar merupakan segala bahan berupa informasi, alat, maupun teks yang dibuat secara sistematis, dan menampilkan sosok utuh dari kompetensi yang akan dikuasai peserta didik dan digunakan dalam proses pembelajaran. Bahan ajar yang dimaksud bisa berupa tertulis ataupun tidak tertulis.
5.2 Pengembangan Bahan Ajar
Pengembangan bahan ajar merujuk pada segala sesuatu yang dilakukan oleh penulis, guru, dan peserta didik dalam menyediakan sumber belajar untuk memaksimalkan pengalaman yang dirancang untuk meningkatkan pembelajaran, (Tomlinson, 1999:2). Dengan demikian, pengembangan bahan ajar sudah selayaknya dilakukan oleh para guru untuk memaksimalkan kegiatan pembelajaran. Penelitian-penelitian mengenai pengembangan juga dapat membantu guru sebagai perancang bahan ajar.
Bahan ajar yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah buku teks memproduksi teks berita pada media televisi. Produk pengembangan ini akan digunakan melalui kegiatan pembelajaran tatap muka di kelas dan tugas di rumah.
Penelitian dan pengembangan ini secara umum mengadaptasi model pengembangan Jolly and Bolitho (dalam Tomlinson, 2007:108) yang terdiri atas tujuh tahapan, yaitu: identification of need for materials,exploration of need, contextual realization of materials, pedagogical realization of materials, production of materials, student use of materials, dan evaluation of materials.
Selain itu, untuk evaluasi mempergunakan teori Tessmer (1998:16) yang menyatakan tahapan self evaluation yang terdiri atas expert review, one-to-one, small group dan field test. Semua tahapan tersebut akan dipaparkan lebih detil pada bagian metodologi penelitian.
5.3 Fungsi, Tujuan, dan Manfaat Pengembangan Bahan Ajar
Prastowo (2013:24—26) menyatakan bahwa fungsi pengembangan bahan ajar diklasifikasikan ke dalam dua bagian, yaitu menurut pihak yang memanfaatkan bahan ajar, dan menurut strategi pembelajaran yang digunakan. Adapun pihak yang memanfaatkan bahan ajar adalah pendidik dan peserta didik.
Fungsi bahan ajar bagi pendidik adalah sebagai berikut. 1) Bahan ajar dapat menghemat waktu pendidik dalam mengajar; 2) Mengubah peran pendidik sebagai fasilitator; 3) Meningkatkan proses pembelajaran menjadi lebih efektif dan interaktif; 4) Menjadi pedoman bagi pendidik; dan 5) Sebagai alat evaluasi pencapaian atau penguasaan hasil belajar.
Fungsi bahan ajar bagi peserta didik yaitu sebagai berikut. 1) Bahan ajar dapat mengatasi hambatan tempat, waktu, dan kecepatan belajar; 2) Peserta didik dapat belajar sesuai urutan yang dikehendaki; 3) Peserta didik dapat belajar mandiri; dan 4) Sebagai pedoman kompetensi yang harus dipelajari atau dikuasai peserta didik.
Prastowo (2013: 26—27) menyatakan bahwa tujuan pengembangan bahan ajar ada empat, yaitu sebagai berikut. 1) Membantu peserta didik dalam mempelajari sesuatu; 2) Menyediakan berbagai jenis pilihan bahan ajar, sehingga mencegah timbulnya rasa bosan pada peserta didik; 3) Memudahkan peserta didik dalam melaksanakan pembelajaran; 4) Kegiatan pembelajaran menjadi lebih menarik.
Menurut Depdiknas (2008:10) manfaat penulisan bahan ajar dibedakan menjadi dua macam, yaitu manfaat bagi guru dan peserta didik. Manfaat bagi guru yaitu sebagai berikut. 1) Diperoleh bahan ajar yang sesuai dengan tuntutan kurikulum dan kebutuhan peserta didik; 2) Tidak lagi tergantung pada buku teks yang terkadang sulit diperoleh; 3) Bahan ajar menjadi lebih kaya, karena dikembangkan dengan berbagai referensi; 4) Menambah khazanah pengetahuan dan pengalaman guru dalam menulis bahan ajar; 5) Bahan ajar akan membantu komunikasi pembelajaran yang efektif antara guru dan peserta didik karena peserta didik akan lebih percaya kepada gurunya; 6) Diperoleh bahan ajar yang dapat membantu pelaksanaan kegiatan pembelajaran; 7) Dapat diajukan sebagai karya yang dinilai mampu menambah angka kredit untuk keperluan kenaikan pangkat; dan 8) menambah penghasilan guru jika hasil karyanya diterbitkan.
Manfaat bagi peserta didik yaitu sebagai berikut. 1) Kegiatan pembelajaran akan menjadi lebih menarik; 2) Peserta didik lebih banyak mendapatkan kesempatan untuk belajar secara mandiri dengan bimbingan guru; dan 3) Peserta didik mendapatkan kemudahan dalam mempelajari setiap kompetensi yang harus dikuasai.
5.4 Jenis-jenis Bahan Ajar
Pemilihan dan ketersediaan bahan ajar bermutu sangat penting dalam membantu guru dan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. Untuk itu, pemilihan jenis bahan ajar sangat diperlukan. Berdasarkan hasil survei, jenis bahan ajar yang digunakan oleh guru ada beberapa macam, diantaranya sebagai berikut. 1) buku wajib/pokok, 2) buku penunjang, 3) lembar kerja siswa (LKS), 4) buku bacaan, 5) bahan pembelajaran buatan guru (Purnomo, Nurhayati, dan Saripudin, 2006:7.
Prastowo (2012:40) membedakan bahan ajar menjadi empat macam, yaitu 1) bahan ajar cetak, 2) bahan ajar dengar atau audio, 3) bahan ajar pandang dengar (audio visual), dan 4) bahan ajar interaktif. Bahan ajar cetak meliputi handout, buku, modul, lembar kerja peserta didik, brosur, leaflet, wallchart, foto atau gambar, dan model atau maket. Bahan ajar dengar, seperti: kaset, radio, piringan hitam, dan compact disk audio. Bahan ajar pandang dengar, seperti: video compact disk dan film. Bahan ajar interaktif, seperti:compact disk interactive.
Menurut Setiawan (2007:7—14), bahan ajar dapat dikelompokan ke dalam dua kelompok besar, yaitu: 1) bahan ajar cetak, dan 2) bahan ajar noncetak. Bahan ajar cetak meliputi modul, handout, dan lembar kerja peserta didik (Setiawan, 2007:10). Rowntree (dalam Setiawan, 2007:10) memberikan contoh beberapa bahan ajar yang dapat dikategorikan sebagai bahan ajar cetak, seperti: buku, pamflet, panduan belajar peserta didik, bahan belajar mandiri, buku kerja guru maupun peserta didik, dan panduan pratikum. Bahan ajar noncetak meliputi bahan ajar display, overhead transparencies (OHT), audio, video, dan bahan ajar berbasis komputer.
Menurut Dick and Carey (dikutip Yaumi, 2013:271), “Bahan pembelajaran di sini mencangkup banyak jenis, diantaranya adalah petunjuk bagi instruktur, modul peserta didik, overhead transparancies (OHP), video tapes, format multimedia berbasis komputer, dan web pages untuk jarak jauh“.
Berdasarkan pengertian dari para pakar di atas dapat disimpulkan bahwa bahan ajar dibagi ke dalam dua bagian besar, yaitu bahan 1) ajar cetak dan 2) bahan ajar noncetak. Bahan ajar berupa audio video, overhead transparancies, dan multimedia lainnya digolongkan ke dalam bahan ajar noncetak.
5.5Faktor-Faktor yang Dipertimbangkan dalam Pengembangan Bahan Ajar
Pengembangan bahan ajar merupakan kegiatan yang dapat dipertanggung-jawabkan. Setiawan (2007:40—49) menyatakan bahwa pengembangan bahan ajar oleh guru, selain membutuhkan kreativitas unik, juga membutuhkan pengetahuan guru tentang lingkungan sekitarnya agar bahan ajar yang dikembangkan sesuai dengan ketersediaan bahan/materi di sekitarnya (akrab lingkungan, berwawasan budaya). Para pengembang bahan ajar harus mempertimbangkan faktor-faktor pengembangan bahan ajar sebagai berikut.
Pertama, kecermatan isi adalah validitas atau kesahihan isi yang menunjukan kebenaran secara ilmiah dan keselarasan yang berdasarkan sistem nilai yang dianut oleh suatu masyarakat atau bangsa. Kedua, ketepatan cangkupan yang berhubungan dengan isi bahan ajar dari sisi keluasaan dan kedalaman isi atau materi, serta keutuhan konsep berdasarkan keilmuan. Ketiga, ketercernaan bahan ajar, artinya bahan ajar dapat dipahami dan isinya dapat dimengerti oleh peserta didik dengan mudah. Hal-hal yang mendukung ketercernaan bahan ajar, seperti pemaparan yang logis, penyajian materi yang sistematis, contoh dan ilustrasi yang memudahkan pemahaman, alat bantu yang memudahkan untuk mempelajari bahan ajar, format yang tertib dan konsisten, adanya penjelasan tentang relevansi antartopik dan manfaat bahan ajar. Keempat, penggunaan bahasa yang meliputi pemilihan ragam bahasa, pemilihan kata, penggunaan kalimat efektif, dan penyusunan paragraf yang bermakna sangat berpengaruh terhadap manfaat bahan ajar. Kelima, perwajahan atau pengemasan yang berperan dalam perencanaan atau penataan letak informasi dalam satu halaman cetak, serta pengemasan dalam paket bahan ajar multimedia.
6.Buku Teks sebagai Bahan Ajar
6.1 Pengertian Buku Teks
Nasution(dikutip Prastowo, 2011:165) mengemukakan bahwa buku teks pelajaran adalah bahan pengajaran yang paling banyak digunakan di antara bahan ajar lainnya. Buku teks sering disebut juga dengan istilah buku bahan ajar. Prastowo (2011:168) menjelaskan bahwa buku bahan ajar ialah buku yang disusun untuk proses pembelajaran dan berisi bahan-bahan atau materi pelajaran yang akan diajarkan. Rozak (2012) menambahkan bahwa buku teks adalah buku pelajaran yang disusun oleh para ahli atau pakar dalam bidangnya untuk menunjang program pengajaran yang telah digariskan oleh pemerintah. Abidin (2012:33) menyatakan bahwa bahan ajar buku teks adalah program yang disusun guru untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan sikap positif terhadap bahasa Indonesia yang diturunkan dari kurikulum yang berlaku.
Berdasarkan pengertian para pakar di atas, dapat disimpulkan bahwa buku teks adalah buku yang disusun berdasarkan bahan dan materi yang akan diajarkan guru kepada peserta didik, dan buku ini disusun oleh para pakar sebagai penunjang program pengajaran yang digariskan oleh pemerintah yang dapat dipelajari melalui tatap muka, dan mandiri oleh peserta didik. Hal ini jelas berbeda dengan modul yang telah disusun secara sistematis yang dapat dipelajari oleh peserta didik secara mandiri.
6.2 Manfaat atau Kegunaan Buku Teks
Rozak (2012) menjelaskan bahwa buku teks memiliki manfaat yaitu sebagai berikut. 1) Dapat meningkatkan perhatian dan motivasi belajar; 2) Memberikan variasi dalam belajar; 3) Memberikan struktur yang memudahkan dalam belajar; 4) Menyajikan inti informasi belajar; 5) Memberikan contoh yang lebih kongkret; 6) Merangsang untuk berpikir analisis, dan 7) dapat memberikan situasi belajar yang tanpa tekanan.
Prastowo (2011:170) menyatakan bahwa kegunaan buku teks sebagai berikut. 1) Membantu pendidik dalam melaksanakan kurikulum karena disusun berdasarkan kurikulum yang berlaku; 2) Menjadi pegangan guru dalam menentukan metode pengajaran; 3) Memberi kesempatan bagi peserta didik untuk mengulangi pelajaran atau mempelajari pelajaran baru; 4) Memberikan pengetahuan bagi peserta didik maupun pendidik; 5) Menjadi penambah nilai angka kredit untuk mempermudahkan kenaikan pangkat dan golongan; serta 6) menjadi sumber penghasilan jika diterbitkan.
6.3 Kelebihan Buku Teks
Tarigan (1994:16) mengemukakan bahwa manfaat buku teks yaitu sebagai berikut. 1) Buku teks dapat memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mempelajarinya disesuaikan dengan ketersediaan waktu belajar peserta didik; 2) Buku teks memberikan kecepatan mempelajari materi disesuaikan dengan kecepatan masing-masing; 3) Buku teks memungkinkan peserta didik untuk mengulangi dan meninjau kembali materi yang ada; 4) Buku teks membantu peserta didik membuat catatan-catatan penting tentang materi yang dipelajarinya; 5) buku teks memberi sarana penting tentang materi yang dipelajarinya; dan 6) buku teks dapat dipakai sebagai alat untuk mengecek ingatan peserta didik.
Prastowo (2011:171) mengemukakan bahwa buku teks pelajaran memiliki kelebihan-kelebihan, yaitu sebagai berikut. 1) Buku teks membantu pendidik dalam melaksanakan kurikulum; 2) Buku teks merupakan pegangan untuk menentukan metode pengajaran; 3) Buku teks memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengulangi pelajaran atau mempelajari pelajaran baru; 4) Buku teks dapat digunakan untuk tahun-tahun berikutnya, sehingga lebih ekonomis; 5) Buku teks memberikan kesamaan mengenai bahan dan standar dalam pengajaran; 6) Buku teks memberikan kontinuitas pelajaran yang berurutan, sekalipun pendidiknya berganti; 7) Buku teks memberikan pengetahuan dan metode mengajar yang lebih mantap jika pendidik menggunakannya dari tahun ke tahun.
6.4 Kriteria dan Komponen Buku Teks yang Baik
Buku teks yang baik harus ditulis dengan kriteria sebagai berikut. 1) Menggunakan bahasa yang baik dan mudah dimengerti; 2) Disajikan secara menarik dilengkapi dengan gambar dan keterangan-keterangannya; 3) Isi buku menggambarkan sesuatu yang sesuai dengan ide penulisan (Depdiknas, 2008:12.
Majid (2009:176) menjelaskan bahwa buku teks yang baik adalah buku yang ditulis dengan kriteria sebagai berikut. 1) Menggunakan bahasa yang baik dan mudah dimengerti; 2) Disajikan secara menarik dilengkapi dengan gambar dan keterangan-keterangan; 3) Isi buku juga menggambarkan sesuatu yang sesuai dengan ide penulisannya; 4) Buku teks berisi tentang ilmu pengetahuan yang lengkap.
Prastowo (2011:172) menyatakan bahwa buku teks yang baik sekurang-kurangnya harus memiliki komponen-kompenen, seperti: judul, kompetensi inti dan kompetensi dasar, informasi-informasi pendukung, latihan-latihan, dan penilaian. Senada dengan hal tersebut, Majid (2009:174) menyatakan bahwa sebuah bahan ajar paling tidak mencakup, komponen-komponen, seperti: petunjuk belajar, (petunjuk bagi peserta didik/guru), kompetensi yang akan dicapai, informasi pendukung, serta latihan-latihan.
7. Karakteristik Peserta Didik Tingkat SMA
Ditinjau dari usia, peserta didik tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) dapat dikelompokkan dalam kategori remaja akhir. Peserta didik tingkat SMA rata-rata memilliki rentang usia 15—18 tahun. Hal ini sesuai dengan pendapat
yang dikemukakan oleh Makmun (2009:130) yang menyatakan bahwa rentangan masa remaja itu berlangsung sekitar 11—13 sampai 14—15 tahun yang disebut dengan masa remaja awal dan rentang 14—16 sampai 18—20 tahun yang disebut masa remaja akhir.
Adapun perilaku dan pribadi remaja jika ditinjau dari berbagai aspek menurut Makmun (2009:133—134), adalah sebagai berikut.
1) Berkembang penggunaan bahasa sandi dan mulai tertarik mempelajari bahasa asing.
2) Menggemari literatur yang bernafaskan dan mengan-dung segi erotik, fantastik, dan estetik.
3) Pengamatan dan tanggapan masih bersifat realis kritis.
4) Proses berfikir sudah mampu mengoperasikan kaidah-kaidah logika formal dalam kerangka yang bersifat abstrak meskipun relatif terbatas.
5) Kecakapan dasar intelektual umumnya menjalani laju perkembangan yang terpesat (terutama bagi yang belajar di sekolah).
6) Kecakapan dasar khusus (bakat-bakat) atau aptitudes mulai menunjukkan kecenderungan-kecenderungan secara lebih jelas.
1) Lima kebutuhan dasar (fisik, rasa aman, afiliasi sosial, penghargaan, perwujudan diri) mulai menunjukkan kecenderungan-kecenderungannya.
2) Reaksi dan ekspresi emosinya masih belum terkendali, seperti: pernyataan marah, gembira, atau kesedihannya mungkin dapat berubah-ubah dalam tempo yang cepat.
3) Kecenderungan arah sikap nilai mulai tampak (teoretis, ekonomis, sosial, politis, dan religious), meskipun masih dalam taraf eksplorasi dan mencoba-coba.
4) Merupakan masa kritis dalam rangka menghadapi kritis identitasnya yang sangat dipengaruhi oleh kondisi psikososialnya yang membentuk kepribadiannya.
3 Perilaku sosial, moralitas, dan religius 1) Diawali dengan kecenderungan ambivalensi keinginan menyendiri dan keinginan bergaul dengan banyak teman.
2) Adanya ketergantungan yang kuat pada kelompok sebaya.
3) Adanya keinginan bebas dari dominasi pengaruh orang tua.
4) Mengidentifikasi diri dengan tokoh-tokoh moralitas yang dipandang tepat dengan tipe tokoh idolanya.
5) Penghayatan kehidupan agama dilakukan atas pertim-bangan adanya semacam tuntutan yang memaksa dari luar diri.
8. Pembelajaran
Pembelajaran dalam buku teks ini dirancang berdasarkan indikator yang dikembangkan penulis berdasarkan analisis kebutuhan guru dan peserta didik. Indikator tersebut dijabarkan dalam bentuk ringkasan materi atau konsep-konsep yang bersifat memberikan pemahaman kepada peserta didik terhadap teks berita televisi.
Untuk mengasah keterampilan peserta didik dalam memproduksi teks berita televisi, maka buku teks ini dilengkapi dengan soal-soal latihan pemahaman, dan tugas evaluasi yang menuntut peserta didik agar mampu mengidentifikasi/menganalisis dan memproduksi teks berita televisi secara mandiri.
9. Teks Berita Televisi
9.1 Pengertian Teks Berita
Istilah berita diambil dari bahasa Inggris news dari kata new yang berarti baru. Pendapat mengenai pengertian berita juga dikemukakan oleh beberapa ahli. Menurut Maeseneer (1999:7) berita merupakan informasi baru tentang kejadian penting dan bermakna. Nasir (2013:29) menyatakan bahwa berita merupakan informasi hangat dan menarik yang disajikan kepada masyarakat umum mengenai apa yang sedang terjadi.
Menurut Subandi (2015:39) “Teks berita adalah sebuah teks yang mengabarkan peristiwa yang berisi fakta atau informasi terkini (aktual). Suatu peristiwa dapat disebut berita apabila sudah dilaporkan. Sebaliknya, peristiwa yang terjadi di lapangan dan belum dilaporkan tidak dapat disebut sebagai berita”. Pendapat lain dikemukakan oleh Yustinah (2015:55) bahwa teks berita adalah teks yang berisi informasi atau laporan tentang hal atau peristiwa yang sedang terjadi, berupa fakta, menyangkut kepentingan umum, dan disusun berdasarkan prinsip 5W + 1 H.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa teks berita adalah sebuah teks yang berisi informasi terkini atau laporan yang berbentuk fakta menarik dan menyangkut kepentingan umum dan disusun berdasarkan prinsip 5W + 1 H.
9.2 Ihwal Berita Televisi
Berita televisi merujuk kepada format berita yang dikemas secara audio-visual. Artinya, berita televisi disampaikan kepada masyarakat dalam bentuk suara dan gambar. Karena disampaikan dalam dua format, maka berita televisi tidak hanya mempertimbangkan ketersediaan data saja, melainkan ketersediaan gambar juga harus dimiliki sebagai arsip di televisi. Sama halnya dengan kedua contoh teks berita di atas, kehadiran sebuah teks juga dilengkapi dengan ilustrasi gambar yang menunjang informasi dalam teks tersebut.
Berita televisi erat kaitannya dengan istilah jurnalistik televisi. Baksin (2009:50) menjelaskan bahwa jurnalistik berita televisi adalah proses penulisan dan penyebarluasan informasi berupa berita, feature, dan opini melalui media massa yaitu televisi. Junaedi (2013:21) menambahkan bahwa berita televisi merujuk pada praktik penyampaian berita terbaru dari beragam peristiwa melalui media televisi. Berdasarkan dua pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa berita televisi merupakan praktik penyebarluasan berita, feature, dan opini melalui media televisi.
9.3 Jenis-jenis Berita Televisi
Banyak sumber yang menjelaskan jenis-jenis berita secara beragam. Menurut Effendy (dalam Baksin, 2009:83—92), jenis berita televisi ada empat, yaitu sebagai berikut.
1) Warta Berita (Straight Newscast/Spot Newscat/Spot News)
Warta berita adalah jenis berita yang merupakan laporan tercepat mengenai suatu peristiwa yang terjadi di masyarakat. Masa siaran warta berita yang disiarkan biasanya terdiri atas sejumlah berita yang disiarkan setiap satu jam sekali selama kira-kira 15 menit.
2) Pandangan Mata (On The Spot Telecast)
Pandangan mata adalah jenis berita yang disiarkan langsung dari tempat yang diberitakan. Kemudian, karena memperhatikan perkembangan peristiwa, maka penyiarannya diundur beberapa waktu. Pengunduran siaran (delayed broadcasting) ini tidak mengubah sifat acara itu, sebab tidak terjadi proses editing atau pembuangan bagian peristiwa tertentu.
3) Wawancara Udara (Interview on The Air)
Wawancara udara adalah jenis berita yang dilakukan pewawancara (interviewer) dan dengan terwawancara (interviewee). Wawancara udara umumnya berlangsung rata-rata 10 menit. Jenis berita ini dibedakan menjadi 2, yaitu a) informational interview adalah wawancara yang bersifat informatif antara interviewer (reporter) televisi dengan seseorang mengenai ide, pendapat, pandangan, atau informasi tentang suatu hal; b) personality interview adalah tanya jawab mengenai pribadi interviewee sendiri.
4) Komentar (Commentary)
Komentar adalah jenis berita yang berisi uraian analisis dengan titik tolak suatu fakta yang telah disiarkan sebelumnya pada program warta berita (straight newscast). Karena sifatnya analisis, maka orang yang menyampaikan komentator disebut commentator dan analyst.
Pendapat lain mengenai jenis-jenis berita televisi dikemukakan oleh Wahyudi (dalam Bakhsin, 2009: 93—99) yang menjelaskan bahwa berita televisi dibagi menjadi dua, yaitu sebagai berikut.
1) Berita Terkini
Berita terkini adalah berita yang di dalamnya berisi uraian peristiwa dan atau pendapat yang mengandung nilai berita yang terjadi hari ini. Berita ini penyajiannya terikat oleh waktu. Semakin cepat disajikan, maka semakin baik. Berita terkini dapat disajikan ke dalam dua bentuk, yaitu: a) berita langsung (straight news); dan b) berita mendalam (indepth news).
2) Berita Berkala
Berita berkala adalah berita yang di dalamnya berisi uraian fakta dan pendapat yang nilai beritanya kurang kuat, sehingga penyajiannya kepada khalayak tidak terikat oleh waktu. Berita berkala dapat disajikan ke dalam lima bentuk, yaitu: a) laporan eksploratif adalah uraian mengenai fakta dan atau pendapat yang diperoleh dengan cara menggali permasalahan dari topik yang telah ditentukan; b) laporan khas (feature) yaitu uraian fakta yang bersifat khas atau unik, seperti pemulung, pengamen dan lain-lain yang diuraikan secara terperinci; c) berita analisis yaitu uraian fakta dan pendapat yang bersifat analisis; d) human interest adalah uraian fakta yang dapat memberikan sentuhan rasa insani, misalnya pisang yang berbuah lebat, gajah yang melahirkan, dan lain-lain; e) majalah udara, yaitu gabungan uraian fakta dan atau pendapat yang dirangkai dalam satu acara yang di dalamnya lebih banyak menyajikan feature daripada berita kuat (hard news).
Berdasarkan kedua sumber di atas, dapat disimpulkan bahwa jenis berita televisi berdasarkan sifatnya terbagi menjadi dua, yaitu: a) berita terkini; dan b) berita berkala.
9.4 Struktur Teks Berita Televisi
Teks berita televisi memiliki struktur yang sedikit berbeda dibandingkan dengan teks berita media cetak. Junaedi (2013:41—47) mengatakan ada tiga unsur yang membangun sebuah berita televisi, yaitu lead in (bagian awal atau pembuka), tubuh berita (bagian tengah), dan penutup (bagian akhir).
Lead in (bagian awal) merupakan bagian terpenting dari keseluruhan data yang diperoleh reporter. Lead in terdiri dari dua bagian besar, yaitu bagian paling penting dan bagian uraian. Bagian paling penting ini disebut dengan top line yang harus menjawab unsur what, when, dan where dari berita, sedangkan uraian menjawab why dan how dari berita.
Tubuh berita (bagian tengah) berfungsi untuk memberikan penjabaran lebih detail tentang berita sebagai kelanjutan dari pembuka atau lead in. Dalam penulisan bagian tengah berita, sebaiknya mengutamakan hal-hal penting dari berita agar pemirsa lebih fokus. Tubuh berita akan lebih mudah untuk ditulis jika lead in sudah dibuat sebelumnya.
Penutup (bagian akhir) dalam berita televisi sebaiknya diakhiri dengan rangkuman dari berita sebagai penutup. Ini akan bermanfaat bagi pemirsa untuk mudah mengingat apa yang diberitakan.
9.5Langkah-langkah Memproduksi Berita Televisi
Memproduksi berita haruslah memiliki tahap-tahap yang harus dilakukan. Menurut Sobandi (2015:45), langkah-langkah memproduksi teks berita televisi sama dengan membuat teks lain, yaitu sebagai berikut.
1) Menentukan Tema
Tema yang ditentukan haruslah berkaitan dengan jenis peristiwa atau kejadian yang layak dijadikan berita, seperti: peristiwa politik, budaya, ekonomi, sosial, kriminal, dan sebagainya.
2) Mengumpulkan Bahan
Bahan berita dapat diperoleh dari berbagai sumber, seperti: dari peristiwa yang dialami, diamati, atau dengan mewawancarai narasumber yang mengalami peristiwa tersebut.
3) Menyusun Kerangka
Kerangka merupakan rancangan bangun sebuah teks. Kerangka dapat dipergunakan sebagai acuan agar berita yang disajikan teratur, kronologis, dan terhindar dari penggarapan secara berulang.
4) Mengembangkan Kerangka
Kembangkanlah kerangka tersebut menjadi teks berita yang lengkap yang diawali dari beberapa kalimat. Jangan lupa untuk mempergunakan bentuk kalimat berita, hindari penggunaan kalimat tanya dan seru! Hubungkanlah setiap kalimat menjadi rangkaian kalimat yang padu atau koheren!
5) Menentukan Judul
Judul berita harus menarik minat baca pembaca. Berbeda dengan judul yang dibuat pada teks narasi yang dapat diambil dari nama tokoh, perbuatan tokoh, tempat kejadian, judul teks berita haruslah sesuai dengan peristiwa yang dijadikan berita.
10. Metode Penelitian
Metode yang dipergunakan dalam penelitian ini ialah metode penelitian dan pengembangan (research and development). Peneliti merumuskan bahwa penelitian dan pengembangan adalah sebuah prosedur pemecahan suatu masalah yang sedang diselidiki dengan mengembangkan sebuah produk yang disertai dengan langkah-langkah untuk diujicobakan terlebih dahulu, baik uji coba kepada ahli yang meliputi ahli: materi, desain media, dan bahasa. Selain itu, juga diujicobakan dalam kelompok kecil.
Tahapan dalam penelitian dan pengembangan ini secara umum mengadaptasi model pengembangan Jolly and Bolitho (dalam Tomlinson, 2007:108), yaitu: 1) identifikasi kebutuhan bahan ajar (identification of need for materials); 2) eksplorasi kebutuhan terhadap bahan ajar (exploration of need); 3) realisasi kontekstual terhadap bahan ajar (contextual realization of materials); 4) realisasi pedagogik bahan ajar (pedagogical realization of materials); 5) memproduksi bahan ajar (production of materials); 6) penggunaan bahan ajar oleh peserta didik (student use of materials); dan 7) evaluasi terhadap bahan ajar (evaluation of materials).
Selain mengadaptasi model pengembangan Jolly and Bolitho (dalam Tomlinson, (2007:108), peneliti juga menambahkan beberapa tahapan yang dianggap penting berdasarkan teori yang dikemukakan Tessmer (2998:16), yaituself evaluationysng meliputi expert review, one-to-one, small group, dan field test. Namun, peneliti hanya menggunakan validasi ahli (expert review) dan revisi (revise) yang sebenarnya tergolong pada tahap evaluation of materials. Selain itu, pada tahap student use of materials, peneliti lebih memilih mengunakan istilahfield test. Alasan pemilihan model pengembangan ini karena model ini memiliki langkah-langkah yang lebih sederhana dan sangat tepat apabila digunakan untuk penyusunan tugas akhir yang telah dirancang oleh penulis untuk mengembangkan bahan ajar kebahasaan. Selain itu, produk yang dihasilkan dari hasil pengembangan hanya digunakan dalam skala kecil.
Dengan demikian, tahapan-tahapan dalam penelitian pengembangan ini ialah sebagai berikut.
1) Identification of Need for Materials
Identification of need for materials dapat diterjemahkan sebagai identifikasi kebutuhan bahan ajar. Langkah ini merupakan langkah awal dalam penelitian pengembangan. Pada tahapan ini, peneliti melakukan beragam kegiatan identifikasi kebutuhan bahan ajar pada peserta didik dan guru yang berhubungan dengan materi memroduksi teks berita televisi. Selain itu, peneliti juga melakukan identifikasi terhadap kesulitan-kesulitan dan masalah-masalah selama pem-belajaran memproduksi teks berita, selanjutnya dicarikan solusi pemecahannya melalui penelitian dan pengembangan bahan ajar ini.
2) Exploration of Need
Exploration of need dapat diterjemahkan sebagai eksplorasi kebutuhan terhadap bahan ajar. Tujuan eksplorasi kebutuhan ialah untuk mendalami hal-hal yang telah diperoleh dari tahapan sebelumnya. Pada langkah ini, peneliti terlebih dahulu melakukan analisis terhadap Kurikulum 2013 berdasarkan Permendikbud Nomor 24 Tahun 2016. Sehubungan tidak ditemukannya materi teks berita pada Permendikbud ini, maka akan dikembangkan KI-KD berdasarkan Kurikulum 2013 pada Permendikbud nomor 59 tahun 2014 sebagai acuan mengembangkan silabus pembelajaran materi memroduksi teks berita televisi untuk peserta didik kelas XI MIPA di SMA BSI Palembang dengan susunan materi yang sesuai dengan keperluan.
3) Contextual Realization of Materials
Contextual realization of materials dapat diterjemahkan sebagai realisasi kontekstual bahan ajar. Pada tahapan ketiga ini, peneliti melakukan analisis terhadap tujuan dan karakteristik materi pembelajaran yang akan dikembangkan. Lalu, melakukan analisis sumber-sumber belajar, serta melakukan analisis karak-teristik pembelajaran.
Hal-hal yang dapat dilakukan pada tahapan ini yaitu: merancang urutan belajar, memilih contoh yang dekat dengan kehidupan peserta didik, serta memilih bahasa yang mudah dimengerti. Selanjutnya, melibatkan pengalaman-pengalaman belajar peserta didik dengan tujuan pembelajaran. Kesemuanya itu dilakukan untuk menghasilkan bahan ajar yang bersifat kontekstual, terutama bagi peserta didik sebagai pengguna langsung bahan ajar itu.
4) Pedagogical Realization of Materials
Pedagogical realization of materials dapat diterjemahkan sebagai realisasi pedagogik bahan ajar. Pada tahapan ini, bahan ajar yang menjadi kebutuhan di lokasi penelitian mulai ditentukan strategi pengorganisasian isinya dan materi-materi pembelajarannya, pengelolaan pembelajarannya, serta penentuan latihan atau tugas-tugas secara terstruktur, baik tugas-tugas kelompok maupun tugas-tugas mandiri. Semua hal itu dilakukan untuk mendapatkan umpan balik berupa penguasaan peserta didik nantinya terhadap bahan ajar yang dikembangkan.
5) Production of Materials
Production of materials dapat diterjemahkan sebagai produksi bahan ajar. Pada tahapan ini, bahan ajar dikembangkan dalam bentuk buku ajar atau buku teks. Dalam buku teks itu setidaknya ada beberapa hal yang harus dicantumkan yaitu petunjuk belajar, judul, tujuan-tujuan dan indikator-indikator pembelajaran yang tercantum dalam kompetensi dasar, informasi pendukung, latihan-latihan, evaluasi atau penilaian, rubrik penilaian, rangkuman, latihan akhir. Selanjutnya juga dengan mencantumkan sumber-sumber rujukan yang digunakan dalam bahan ajar yang dikembangan ini. Pada langkah ini semua yang berkaitan dengan isi bahan ajar mulai disusun berdasarkan kebutuhan pemakainya. Selain itu, buku ini dikembangkan dengan kegiatan pembelajaran yang langsung mengarahkan kepada peserta didik untuk berlatih memproduksi teks berita televisi.
6)Expert Review
Expert reviewatau validasi ahli. Tahapan ini merupakan langkah awal dalam evaluasi sumatif yang dikemukakan oleh Tesmeer (1998:16). Validasi ahli ini dilakukan untuk mendapatkan saran dan kritik dari para ahli terhadap kualitas bahan ajar yang telah dikembangkan.
Validasi sendiri meliputi validasi kelayakan materi, desain media, dan kebahasaan. Kesemua ahli yang akan menilai bahan ajar hasil pengembangan ini merupakan dosen-dosen yang ahli dalam aspek-aspek yang telah dikemukakan sebelumnya. Hasil validasi ini akan dijadikan masukan untuk melakukan perbaikan terhadap bahan ajar yang dikembangkan. Selanjutnya baru bahan ajar dapat diujicobakan.
7) Revise of Materials
Revise of materials dapat diterjemahkan sebagai revisi bahan ajar. Revisi bahan dilakukan setelah bahan ajar divalidasi oleh para ahli yang telah dikemukakan sebelumnya. Bahan ajar akan direvisi sesuai dengan saran dan kritik dari para ahli. Saran dan krtitik dari masing-masing ahli dijadikan acuan dalam melakukan perbaikan-perbaikan pada bahan ajar yang dikembangkan. Tujuannya ialah untuk lebih menyempurnakan produk yang dikembangkan agar bahan ajar memproduksi teks berita televisi dapat efektif dipergunakan oleh peserta didik.
8) Field Test
Field test merupakan tahapan bagi penulis untuk melakukan tahapan uji coba lapangan (field test) secara terbatas. Uji coba lapangan ini merupakan tahap akhir dari evaluasi formatif yang dikemukakan oleh Tessmer (1998:16). Field test atau uji coba ini sendiri akan dilakukan pada sekelompok peserta didik yang menjadi sampel dalam penelitian terhadap bahan ajar hasil pengembangan. Peserta didik menggunakan bahan ajar tersebut setelah sebelumnya dilakukan analisis kebutuhan.
Uji lapangan sebagai bagian dari evaluasi formatif ini berfungsi untuk mengumpulkan data-data terkait dengan kekuatan dan kelemahan atau kelebihan dan kekurangan selama pembelajaran berlangsung dengan menggunakan bahan ajar hasil pengembangan. Hasil dari evaluasi formatif ini digunakan sebagai masukan atau input untuk memperbaiki draf bahan ajar yang dikembangkan.
Pada tahapan ini, peserta didik diberikan tes terlebih dahulu (pretest) untuk mengetahui kemampuan awal peserta didik terhadap materi yang dikembangan. Selanjutnya, peserta didik diberikan perlakuan pada saat pembelajaran. Perlakuan itu berupa pemberian bahan ajar hasil pengembangan. Berikutnya, peserta didik diberikan tes akhir (posttest) untuk mengetahui kemampuan peserta didik setelah menggunakan bahan ajar hasil pengembangan. Bentuk soal pretest dan posttestsama, yaitu unjuk kerja memproduksi teks berita televisi. Perbedaan nilai peserta didik, baik sebelum dan sesudah menggunakan bahan ajar dijadikan sebagai dasar untuk menentukan efek potensial produk yang dikembangkan.
11. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah 30 peserta didik kelas XI MIPA di SMA Bina Sriwijaya Indonesia (BSI) Palembang. Subjek penelitian untuk identifikasi kebutuhan bahan ajar dilakukan pada dua rombongan kelas (rombel) yang diambil sampel sebanyak 15 peserta didik dari kelas XI MIPA 1, dan 15 peserta didik dari kelas XI MIPA 2. Peneliti menyebarkan angket, observasi, dan melakukan wawancara pada kelas tersebut.
Guru yang menjadi subjek dalam penelitian ini berjumlah dua orang. Guru ini juga diberikan angket yang dijadikan sebagai masukan dalam mengembangkan bahan ajar memproduksi teks berita. Selain itu, peneliti juga melakukan wawancara kepada guru tersebut untuk memperkuat informasi yang telah diperoleh dari angket dan observasi.
12. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpuan data dipergunakan sebanyak tiga teknik yaitu, teknik angket, wawancara, dan tes.
1) Angket
Muda (2008:58) menjelaskan bahwa angket adalah daftar pernyataan tertulis mengenai masalah tertentu dengan ruang untuk memilih jawaban atau mengisi jawaban setiap pertanyaan. Angket dibagikan kepada peserta didik dan guru. Angket yang diberikan kepada peserta didik dan guru bersifat tertutup. Tujuan pembagian angket ini adalah untuk memperoleh informasi awal mengenai pembelajaran memroduksi teks berita, seperti: hambatan-hambatan dan kesulitan-kesulitan yang dialami peserta didik dan guru. Angket yang dibagikan ini juga dipergunakan untuk memperoleh informasi mengenai bahan ajar yang diharapkan peserta didik dan guru.
Selanjutnya, angket diberikan kepada tim ahli materi, desain media, dan kebahasaan dengan tujuan mendapatkan informasi mengenai kualitas bahan ajar memproduksi teks berita televisi hasil pengembangan sebelum diujicobakan. Angket disebarkan kepada beberapa ahli yang merujuk pada komponen penilaian bahan ajar yang bersumber dari Tessmer (1998:16).
2) Wawancara/Interview
Wawancara atau interview dilakukan kepada peserta didik dan guru. Tujuannya ialah untuk memperkuat informasi yang telah didapat melalui angket yang berkaitan dengan permasalahan dalam pembelajaran memproduksi teks berita televisi. Selain itu, wawancara dilakukan untuk mengetahui harapan atau keinginan peserta didik dan guru terhadap bahan ajar itu secara langsung. Hasil wawancara dapat dijadikan sebagai masukan untuk mengembangkan bahan ajar yang dimaksud. Jadi, bahan ajar yang dikembangkan sesuai dengan harapan peserta didik dan guru sebagai pihak yang akan menggunakannya dalam pembelajaran.
Wawancara juga dilakukan setelah peserta menggunakan bahan ajar hasil pengembangan. Tujuannya untuk mengetahui pendapat-pendapat peserta didik setelah menggunakan bahan ajar hasil pengembangan tersebut. Hasil wawancara ini dijadikan sebagai data bahan pembahasan dalam menjawab permasalahan yang diajukan dalam penelitian pengembangan ini.
3) Tes
Tes dilakukan untuk mengetahui efek potensial bahan ajar hasil pengembangan terhadap hasil belajar peserta didik. Tes berupa tes unjuk kerja memproduksi teks berita televisi. Tes ini sendiri bersifat praktik. Tes dilakukan sebanyak dua kali, baik sebelum maupun sesudah menggunakan bahan ajar hasil pengembangan. Dengan melakukan tes, dapat diketahui perbedaan hasil belajar peserta didik sebelum dan sesudah menggunakan bahan ajar hasil pengembangan.
Sehubungan dengan hal itu, peneliti menggunakan rubrik penilaian untuk mengetahui pemahaman peserta didik melaui tes memproduksi teks berita televisi.
1. Isi teks Menguasai topik tulisan; Substan-tif; Pengembangan pembuka, judul teras, badan, dan penutup lengkap serta relevan dengan topik/gambar yang dibahas/disajikan dalam vi-deo; Memperhatikan unsur aktual-itas dan faktualitas.Cukup menguasai permasalahan; Substansi cukup memadai; Pe-ngembangan pembuka, judul, teras, badan, dan penutup relevan dengan topik dalam video, tetapi kurang lengkap; Memperhatikan unsur ak-tualitas dan faktualitas.Penguasaan permasalahan terbatas; Substansi kurang; Pengembangan pembuka, judul, teras, badan, dan penutup tidak memadai; Kurang memperhatikan unsur aktualitas dan faktualitas. Tidak menguasai permasalahan; Tidak ada substansi; Pengembang-an pembuka, judul, teras, badan, dan penutup tidak relevan; Tidak memperhatikan unsur faktualitas dan aktualitas; Tidak layak dinilai.
Amat Baik
2. Struktur Teks Strukur lengkap dan sistematis; Gagasan terungkap padat dengan jelas; Tertata dengan baik; Urutan logis; Kohesif.
Struktur lengkap; Kurang terorgan-isasi, tetapi ide utama ternyatakan; Pendukung terbatas; Logis.Struktur kurang lengkap; Gagasan kacau atau tidak terkait; Urutan dan pengembangan kurang logis. Struktur tidak lengkap; Tidak komunikatif; Tidak terorganisasi; Tidak layak dinilai.
3. Kosa Kata Penguasaan kata canggih; Me-nguasai pembentukan kata; Peng-gunaan register tepat; Kata-kata ditulis ketat, ringkas, dan lugas sesuai asas ekonomi kata. Penguasaan kata memadai; Pilihan, bentuk, dan penggunaan kata/ung-kapan kadang-kadang salah, tetapi tidak mengganggu; Kata-kata ditulis ketat, ringkas, dan lugas se-suai asas ekonomi kata. Penguasaan kata terbatas; Sering terjadi kesalahan bentuk, pilihan, dan penggunaan kosa-kata/ungkap-an; Makna membingungkan atau tidak jelas; Terdapat beberapa kata yang tidak ringkas, dan lugas sesuai dengan ekonomi kata.Pengetahuan tentang kosakata, ungkapan, dan pembentukan kata rendah; Tidak mengandung eko-nomi kata; Tidak layak nilai.
4. Kalimat Konstruksi kompleks dan efektif; Terdapat hanya sedikit kesalahan penggunaan bahasa (urutan/fungsi kata, artikel, pronomina, preposi-si). Konstruksi sederhana, tetapi efektif; Terdapat kesalahan kecil pada konstruksi kompleks; Terjadi sejumlah kesalahan penggunaan bahasa (fungsi/urutan kata, artikel, pronomina, preposisi), tetapi mak-na cukup jelas.
Terjadi kesalahan serius dalam konstruksi kalimat tunggal/kom-pleks (sering terjadi kesalahan pada kalimat negasi, urutan/fungsi kata, artikel, pronomina, kalimat fragmen, pelesapan; makna mem-bingungkan atau kabur. Tidak menguasai tata kalimat; Terdapat banyak kesalahan; Tidak komunikatif; tidak layak dinilai.
5. Mekanik Menguasai aturan penulisan; Ter-dapat sedikit kesalahan ejaan, tan-da baca; Penggunaan huruf kapital semua; Penggunaan spasi rangkap; dan penataan paragraf tepat. Kadang-kadang terjadi kesalahan ejaan, tanda baca, penggunaan hu-ruf kapital, penggunaan spasi rangkap dan penataan paragraf, tetapi tidak mengaburkan makna. Sering terjadi kesalahan ejaan, tanda baca, penggunaan huruf kapital, penggunaan spasi rangkap dan penataan paragraf; Tulisan tangan tidak jelas; Makna mem-bingungkan atau kabur.Tidak menguasai aturan penulisan; Terdapat banyak kesalahan ejaan, tanda baca, penggunaan huruf kapital, spasi rangkap dan penataan paragraf; Tulisan tidak terbaca; Tidak layak dinilai. Amat Baik
13. Teknik Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif diperoleh dari data hasil penyebaran angket yang telah dibagikan. Setelah itu, data hasil wawancara juga dianalisis secara kualitatif. Lalu, data hasil belajar peserta didik, baik sebelum maupun setelah menggunakan bahan ajar dianalisis secara kuantitatif.
13.1 Teknik Analisis Data Angket
Ketiga kategori angket yang dibagikan ditujukan untuk peserta didik, guru, dan tim ahli. Angket untuk peserta didik dan guru dianalisis secara bersama-sama. Hasil analisis tersebut, dideskripsikan sebagai identifikasi awal terhadap kebutuhan bahan ajar yang akan dikembangkan. Ada beberapa tahapan yang akan dilakukan peneliti dalam menganalisis data angket ini, yaitu sebagai berikut.
1) Data angket diperiksa dan diklasifikasikan.
2) Data dianalisis berdasarkan aspek-aspek yang telah ditentukan.
3) Data dideskripsikan sebagai data awal dalam penelitian ini.
4) Menarik kesimpulan umum dari deskripsi data yang ada.
Berbeda dengan hal sebelumnya, angket yang dibagikan kepada tim ahli (expert) dianalisis secara deskriptif. Caranya dengan menganalisis setiap butir penilaian yang dipilih oleh ahli. Lalu, nilai tersebut dikonversikan dalam bentuk nilai konversi. Sesuai dengan pendapat Darmadi (2013:121), skala pengukuran yang digunakan ialah menggunakan skala 5, sebagai berikut.
Tabel 3
Skala Pengukuran Angket Validasi Ahli
No Indikator Nilai (Skala)
1 Bahan ajar hasil pengembangan sangat baik 5
2 Bahan ajar hasil pengembangan baik 4
3 Bahan ajar hasil pengembangan cukup 3
4 Bahan ajar hasil pengembangan kurang baik 2
5 Bahan ajar hasil pengembangan tidak baik 1
Sugiyono (2012:414) menyatakan bahwa validasi produk atau bahan ajar hasil pengembangan dilakukan dengan cara menghadirkan beberapa pakar atau tenaga ahli yang sudah berpengalaman untuk menilai produk baru yang dirancang tersebut. Kriteria para ahli itu sudah dijelaskan sebelumnya. Validasi terhadap bahan ajar hasil pengembangan meliputi: 1) aspek bahasa, 2) aspek materi, dan 3) aspek desain media.
Pada validasi aspek kelayakan materi, terdapat sepuluh hal yang akan dinilai, yaitu: 1) relevansi antara judul, kompetensi dasar, dan tujuan;2) ketepatan materi dengan kompetensi dasar; 3) ketepatan materi dengan tujuan pembelajaran; 4) ketepatan materi dengan petunjuk;5) ketepatan substansi materi, contoh, latihan dan evaluasi; 6) ketepatan isi materi dan desain memotivasi cara belajar peserta didik; 7)kesesuaian gambar dengan materi; 8) kesesuaian dengan perkembangan peserta didik; 9) kekontekstualan isi materi, contoh, dan latihan soal/ evaluasi; dan 10) ketepatan materi dan contoh penggunaan bahasa jurnalistik. Untuk lebih jelas, dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4
Validasi Kelayakan Materi
No. Aspek yang Dinilai Skor Jumlah
1 2 3 4 5
1. Relevansi antara judul, kompetensi dasar, dan tujuan.
2. Ketepatan materi dengan kompetensi da-sar, tujuan pembelajaran.
3. Ketepatan materi dengan tujuan pembe-lajaran.
4. Ketepatan materi dengan petunjuk.
5. Ketepatan substansi materi, contoh, latihan dan evaluasi.
6. Kesesuaian gambar dengan materi.
7. Kesesuaian contoh teks dengan perkembangan peserta didik.
8. Kekontekstualan isi materi, contoh, dan la-tihan soal/ evaluasi.
9. Ketepatan materi dan contoh penggunaan bahasa jurnalistik.
Validasi aspek kebahasaan bahan ajar terdapat tujuh hal yang akan dinilai, yaitu: 1) ketepatan penulisan ejaan (huruf kapital/kecil, tanda baca, dan lain-lain); 2) keefektifan penggunaan kalimat; 3) ketepatan penggunaan gramatikal (tata bahasa); 4) ketepatan cara pengutipan; 5) kejelasan redaksi dan kepraktisan untuk dipahami; 6) kesesuaian bahasa yang digunakan dengan karakter perkembangan peserta didik; 7) keterbacaan (kesalahan redaksi, tanda baca, dan lain-lain). Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 5
Validasi Kebahasaan
No. Aspek yang Dinilai Skor Jumlah
1 2 3 4 5
1. Ketepatan penulisan ejaan (huruf kapital/kecil, tanda baca, dan lain-lain).
2. Keefektifan penggunaan kalimat.
3. Ketepatan penggunaan gramatikal (tata bahasa).
4. Ketepatan cara pengutipan.
5. Kejelasan redaksi dan kepraktisan untuk dipahami.
6. Kesesuaian bahasa yang digunakan berdasarkan karakter perkembangan peserta didik.
7. Keterbacaan (kesalahan redaksi, tanda baca, dan lain-lain).
Validasi aspek desain media meliputi lima belas hal yang dinilai, yaitu: 1) kemenarikan bahan ajar; 2) kemenarikan desain dalam memotivasi cara belajar; 3) cover (kesesuaian ilustrasi, ukuran dan jenis huruf, dan tata letak); 4) kesesuaian gambar dengan materi; 5) kejelasan teks, gambar, dan teori; 6) variasi ukuran dan jenis gambar (kartun/animasi/riil); 7) keserasian dan kejelasan modul yang dikembangkan; 8) kesesuaian antara nomor urut dan penyajian; 9) ketepatan pemilihan warna yang dipergunakan; 10) variasi ukuran dan jenis huruf; 11) kesesuaian grafik (tabel, diagram, bagan) dengan tujuan dan isi materi; 12) ketepatan pemilihan icon dalam bahan ajar yang digunakan; 13) kekonsistensian penggunaan huruf, warna, ilustrasi, icon, dan lain-lain; 14)tata letak (layout); 15) kesesuaian struktur desain buku teks.Untuk lebih jelas, dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 6
Validasi Desain Media
No. Aspek yang Dinilai Skor Jumlah
1 2 3 4 5
1. Kemenarikan bahan ajar.
2. Kemenarikan desain dalam memotivasi cara belajar.
3. Cover (kesesuaian ilustrasi, ukuran dan jenis huruf, dan tata letak).
4. Kesesuaian gambar dengan materi.
5. Kejelasan teks, gambar, dan teori.
6. Variasi ukuran dan jenis gambar (kartun/animasi/riil).
7. Keserasian dan kejelasan modul yang dikembangkan.
8. Kesesuaian antara nomor urut dan penyajian.
9. Ketepatan pemilihan warna yang diper-gunakan.
10. Variasi ukuran dan jenis huruf.
11. Kesesuaian grafik (tabel, diagram, bagan) dengan tujuan dan isi materi.
12. Ketepatan pemilihan icon dalam bahan ajar yang digunakan.
13. Kekonsistensian penggunaan huruf, war-na, ilustrasi, icon, dan lain-lain.
14. Tata letak (layout).
15. Kesesuaian struktur desain buku teks.
13.2 Teknik Analisis Data Wawancara
Hasil wawancara yang dilakukan pada guru dan peserta didik dianalisis secara objektif. Selanjutnya, dideskripsikan berdasarkan hasil yang diperoleh. Setelah dideskripsikan, langkah berikutnya ialah menyimpulkan. Hasil kesimpulannya digunakan untuk melengkapi data tes. Selain itu, hasilnya digunakan pula untuk mengembangkan dan merevisi bahan ajar yang akan dikembangkan.
13.3 Teknik Analisis Data Tes
Data tes dianalisis secara kuantitatif. Analisis data yang dilakukan berupa nilai pretest (sebelum menggunakan bahan ajar), dan nilai posttest (setelah menggunakan bahan ajar hasil pengembangan). Langkah-langkah yang akan dilakukan dalam penelitian ini ialah sebagai berikut.
1) Data dikelompokkan berdasarkan kategorinya, yaitu nilai pretest dan posttest.
2) Data selanjutnya dibandingkan satu sama lainnya.
3) Data dianalisis dengan menggunakan uji-t melalui aplikasi SPSS 17.
4) Hasil perhitungan secara kuantitatif dideskripsikan.
5) Langkah terakhir, menarik kesimpulan secara keseluruhan.
Rata-rata nilai peserta didik, baik sebelum menggunakan bahan ajar hasil pengembangan maupun setelah menggunakan dibandingkan satu sama lainnya. Hal itu dilakukan untuk melakukan uji-t. Tujuannya ialah untuk mengetahui efek potensial bahan ajar hasil pengembangan terhadap hasil belajar peserta didik, khususnya dalam memproduksi teks berita televisi. Dari hasil perhitungan itu, dapat diketahui perbedaan hasil belajar sebelum dan sesudah menggunakan bahan ajar hasil pengembangan.
Tahapan selanjutnya adalah menginterpretasi perbedaan tingkat pema-haman memproduksi teks berita televisi, baik sebelum dan sesudah menggunakan bahan ajar hasil pengembangan. Interpretasi atau penafsiran dilakukan dengan menggunakan ketentuan pada tabel signifikasi. Caranya ialah menghitung keseluruhan data pada taraf signifikansi 5%, (0,05), yaitu jika nilai t hitung lebih besar daripada t tabel, dapat disimpulkan bahwa bahan ajar memiliki efek potensial terhadap hasil belajar peserta didik.
14. DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Yunus. 2012. Pembelajaran Bahasa Berbasis Pendidikan Karakter.
Bandung: Refika Aditama.
Amri, Sofan dan Iif Khoiru Ahmadi. 2010. Konstruksi Pengembangan Pembelajaran: Pengaruhnya Terhadap Mekanisme dan Praktik Kurikulum. Jakarta: PT Prestasi Pustaka.
Apandi, Idris. 2015. Saya Guru Saya Bisa Menulis, Panduan Menulis Artikel Ilmiah Populer dan Artikel Jurnal Ilmiah Bagi Guru (Edisi Revisi). Bandung: CV. SMILE’s Indonesia Institute.
Baksin, Askurifai. 2009. Jurnalistik Televisi. Bandung: Simbiosa Rekatama
Media.
Chaer, Abdul. 2010. Bahasa Jurnalistik. Jakarta: Rineka Cipta.
Darmadi, Hamid. 2013. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta,
Daryanto. 2013. Menyusun Modul Bahan Ajar untuk Persiapan Guru dalam Mengajar. Yogyakarta: Gava Media.
Depdiknas. 2008. Pedoman Memilih dan Menyusun Bahan Ajar. Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas Dirjen Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional.
Dick, Walter, Lou Carey, dan James O. Carey. 2005. The Systematic Design of Instruction: Sixth Edition. Boston: Pearson.
Emzir. 2013. Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan Kualitatif. Jakarta: Rajawali Pers.
Fadely, Muhammad. 2015. Pengembangan Modul Menulis Feature pada Siswa Kelas XII SMA YPI Tunas Bangsa Palembang dengan Pendekatan Saintifik. Tesis: Palembang. Magister Pendidikan Bahasa Universitas Sriwijaya.
Harkat. 2014. Pengembangan Bahan Ajar Menyimak Berita dan Nonberita Berbentuk DVD pada Siswa Kelas X SMA Negeri Kandis. Tesis: Palembang. Magister Pendidikan Bahasa Universitas Sriwijaya.
Hidayatullah, Syarif. 2016. Pengembangan Keterampilan Menulis.http://www.google.co.id/amp/s/wismasastra.wordpres.com. Diaksestang-gal 27 April 2017.
Indrawati, Sri dan Subadiyono. 2008. Pengembangan Model Pembelajaran Keterampilan Menulis Siswa SMP Negeri Kota Palembang Melalui Pemetaan Pikiran dan Pengenalan Struktur Teks. LINGUA, Volume 9, Nomor 2, Palembang Juni 2008.
Junaedi, Fajar. 2014. Jurnalisme Penyiaran dan Reportase Televisi. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup.
Kementrian Pendidikan dan kebudayaan. 2015. Buku Siswa Bahasa Indonesia Eksperesi dan Akademik Kelas X. Jakarta: Politeknik Negeri Media Kreatif.
Mahsun. 2014. Teks dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Kurikulum 2013. Depok: Rajagrafindo Persada.
Majid, Abdul. 2008. Perencanaan Pembelajaran (Mengembangkan Standar Kompetensi Guru). Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Makmun, Abin Syamsuddin. 2009. Psikologi Kependidikan: Perangkat Sistem Pengajaran Modul. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Maesener, De Paul. 1999. Here The News Manual. Kuala Lumpur: AIBD Asia.
Majid, Abdul. (2009). Perencanaan Pembelajaran: Mengembangkan Standar Kompetensi Guru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Mukmin, Amirul. 2015. Pengembangan Modul Menulis Reportase untuk Siswa Kelas XII SMA Srijaya Negara Palembang dengan Pendekatan Saintifik. Tesis. Palembang: Magister Pendidikan Bahasa Universitas Sriwijaya.
Nasir, Muhammad. 2013. Siapapun Bisa Menjadi Wartawan. Palembang: Tunas Gemilang Pers.
Prastowo, Andi. 2015. Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif: Menciptakan Metode Pembelajaran yang Menarik dan Menyenangkan. Yogyakarta: Diva Press.
Purnomo, Mulyadi Eko. Nurhayati, dan Agus Sarifudin. 2006. “Pengembangan Buku Teks Bahasa Indonesia SMP Berdasarkan Pendekatan Kontekstual”. Forum Kependidikan, Volume 26, Nomor 1, September 2006.
Rahman, Anita. 2016. Teknik & Etik Profesi TV Presenter. Yayasan Pustaka
Obor Indonesia.
Rozak, Rahman Abdul, 2012. Manfaat dan Fungsi Buku Teks dalam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM).http://rahmanabdulrazak80.blogspot.com.Diakses tanggal 27 Juli 2016.
Setiawan, Denny dkk. 2007. Pengembangan Bahan Ajar Edisi 1. Jakarta:
Universitas Terbuka.
Sumadiria, AS Haris. 2014. Bahasa Jurnalistik. Bandung: Simbiosa Rekatama
Media.
Suhandang, Kustadi. 2004. Pengantar Jurnalistik Seputar Organisasi, Produk, dan Kode Etik. Bandung: Yayasan Nusa Cendikia.
Sobandi. 2015. Bahasa Indonesia untuk SMA/MA Kelas XII. Jakarta: Erlangga.
Sucipto, Ridho Andi. 2016. Pengembangan Modul Matakuliah Bahasa Indonesia
Jurnalistik Jurusan Ilmu Komunikasi Stisipol Candradimuka Palembang.
Tesis. Palembang: Magister Pendidikan Bahasa Universitas Sriwijaya.
Sugiyono. 2012. Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta.
Sutikno, M.S., dan Fathurrohman P. 2010. Strategi Belajar Mengajar: Melalui Penanama Konsep Umum dan Konsep Islami. Bandung: PT Refika Aditama.
Tarigan, Henry Guntur. 2008. Menulis: Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.
Tomlinson, Brian. 1999. Materials Development in Language Teaching. United Kingdom: Cambridge University Press.
Tessmer, Martin. 1998. Planning and Conducting Formative Evaluation. London:
Kogan Page.
Wardarita, Ratu. 2010. Kemampuan Menulis Karya Ilmiah: Pendekatan Pembelajaran Kontekstual dan Penalaran Verbal. Jakarta: Pararaton.
Yaumi, Muhamad. 2013. Prinsip-Prinsip Desain Pembelajaran. Jakarta: Kencana.
Yustinah. 2015. Produktif Berbahasa Indonesia 3 untuk SMK/MAK Kelas XII.
Jakarta: Erlangga.
Komentar
Posting Komentar