Contoh soal MID atau UTS Bahasa Indonesia Kelas 11 SMA Sumsel Jaya Palembang Kurikulum 2013 (2014)
KELAS XI
Bacalah naskah cerpen di bawah ini dengan seksama!
Adikku dan Guruku
Matahari menyinar dengan begitu menerik. Butir-butir keringat seolah tak kuasa tertahan oleh tebalnya kulitku ini. Aku segera bergegas mengendarai motorku dengan kecepatan tinggi. Ingin rasanya aku segera sampai ke rumah dan segera ku rebahkan badanku ini di ranjang tidurku yang selalu tak pernah terlihat rapi. Di sepanjang jalan, aku merasa kesal kepada guru-guru di sekolahku hari ini. Aku berfikir, kalau guru-guru di sekolahku adalah sekelompok makhluk yang bisa marah-marah saja termasuk rajin sekali kalau memberiku hukuman.
Bayangkan saja! gara-gara aku cuma terlambat sepuluh menit, aku harus diberdirikan Pak Alvian di depan kelas. Tidak tanggung-tanggung pula. Aku harus berdiri selama dua jam pelajaran. Ugh, pokoknya guru yang satu ini paling menyebalkan buatku. Tidak hanya itu, sewaktu istirahat, aku ketahuan ngerokok di belakang sekolah. Ya, terpaksa aku harus diseret guru piketku ke kantor. Aku lupa, kalau hari ini yang piket adalah Miss Aisyah Rani guru bahasa Inggrisku sewaktu kelas sepuluh kemarin. Kalau aku ingat Miss Aisyah yang piket hari ini, mending aku ngak ngerokok di belakang sekolah, karena aku tahu kalau beliau piket pasti jeli sekali menggrebek sindikat siswa-siswa bermasalah yang sedang beraksi saat itu. Terpaksa deh aku harus berbaris di depan kantor sembari mendengar ceramah singkat dari Bapak Andri Susantri selaku wakil kepala sekolah di SMA Sumsel Jaya ini.
Aku berfikir, mengapa mereka sampai begitu ketatnya memberikan peraturan dan larangan buatku? Lagi pula aku beli rokok kan bukan dari uang mereka, melainkan uang jajan pemberian orang tuaku sendiri. Aku terus terniang dengan rokokku yang disita pihak sekolah. Padahal rokok tersebut masih ada sekitar sebelas batang lagi.
Tak lama kemudian, aku pun sampai di rumah. Baru saja mau menyetandarkan motor. Tiba-tiba adik ku yang bernama Tita berlari keluar dengan membawa pisau. Dia keluar dengan senangnya sambil mengayunkan pisau itu berulang kali. Yah, namanya juga anak usia 1,5 tahun. Mana mungkin ia dapat berfikir kalau pisau itu akan membahayakannya.
Melihat Tita yang berlari kecil di depan rumah sambil menuju ke jalan besar. Aku segera berlari mengejarnya.
“Aduh Tita, kamu nakal sekali!” gertakku kepada Tita sembari membopongnya kembali ke rumah. Aku mulai mengambil paksa pisau yang ada di tangan Tita. Tentunya, mengambil barang demikian dari tangan anak usia 1,5 tahun tidaklah susah bagiku. Tita pun menangis dengan kencang,
“Kakak jahat! Kakak jahat! Kakak tidak sayang Tita! Kakak ambil mainan Tita!” teriak adikku sembari mencakar-cakar wajahku.
“Tita, ini pisau dek. Barang ini berbahaya! Nanti tangan Tita terluka kalau bermain dengan barang ini!” teriakku meyakinkan Tita yang masih berusaha keras memintaku untuk mengembalikan pisau itu ke dia.
“Tidak! Kakak jahat, Tita mau main dengan mainan itu. Itu mainan Tita!” kali ini Tita menangis dengan menjadi-jadi. Tangannya berusaha mengambil pisau tersebut dari tanganku. Berulang kali pula Tita memukul mukaku dengan tangan kecilnya. Sepertinya, ia mulai merasa kesal kepadaku, karena aku tidak mau mengembalikan benda yang dianggapnya mainan. Hentakan tangan kecil Tita tidak serta merta mengenai pipiku saja. Kali ini pukulan kecilnya mengenai mata kananku. Serentak aku pun dibuat marah kala itu.
“Tita, kamu ini nakal sekali ya!” Aku membentak Tita dengan begitu kerasnya sembari memukul pantat adik kecilku itu. Merasa sakit dengan pukulan itu, Tita pun berhenti memukuli wajahku dan ia menangis semakin menjadi sembari menempelkan wajahnya kebagian pundak kananku. Sejenak pundak kananku terasa basah kala itu oleh air mata Tita. Aku mulai merasa bersalah kepada adik kecilku itu. Ku dekap ia dengan penuh kasih sayang.
“Ssst.. Tita sayang! Jangan nangis lagi ya dek. Nanti Kakak beliin Tita boneka barbie. Tapi Tita jangan nangis lagi ya?” ucapku meyakinkan adikku agar ia tidak menangis lagi. Aku kembali mendekap adikku itu semakin erat. Aku melakukan ini karena aku sayang kepada adikku. Aku mengambil pisau dari tangan adikku, lalu memukul pantat adikku itu karena aku tidak mau adikku mengalami suatu petaka.
Sejenak pikiranku mulai tertuju dengan guru-guruku di sekolah. Aku mulai berfikir bahwa apa yang dilakukan guru-guruku di sekolah kepadaku sama halnya dengan apa yang ku lakukan untuk adikku, Tita. Aku mulai melihat Tita sebagai sudut pandang diriku. Rasanya Tuhan begitu adil menegurku sebagai umpan balik rasa kesalku kepada guruku hari ini.
“Tuhan, terima kasih Kau telah menegurku hari ini. Aku tahu, Engkau sedang memperlihatkan suatu maksud dari kesalah pahamanku terhadap guru-guruku. Aku berjanji bahwa aku tidak akan mengulangi kesalahanku hari ini. Aku tidak akan datang terlambat lagi dan aku tidak akan merokok di belakang sekolah lagi.”
Oleh: Alvian Kurniawan, S.Pd.
1. Jelaskan arti dari istilah-istilah di bawah ini!
a. Cerpen
b. Faktual
c. Unsur Intrinsik
d. Unsur ekstrinsik
e. Imajinatif
2. Sebutkan lima ciri cerpen yang kamu ketahui!
3. Berdasarkan cerita pendek berjudul “Adikku dan Guruku”, analisislah unsur
intrinsik yang terkandung di dalamnya!
4. Sebutkan dan jelaskan unsur ekstrinsik cerpen“Adikku dan Guruku”!
5. Abstraksikan cerpen “Adikku dan Guruku” ke dalam bentuk abstrak/ikhtisar!
6. Konversikan naskah cerpen “Adikku dan Guruku” ke dalam bentuk naskah drama!
Bacalah penggalan ke-2 cerpen di bawah ini!
Penggalan cerpen I
....
“ibu, ini nanda bawakan obat untuk ibu. Ibu minum obat ini ya biar ibu cepat pulih,” sembari menyodorkan obat dan segelas air minum kepada ibu.
“dari mana nanda dapat uang untuk membeli obat ini!” tanya ibu kepada Nanda,
“nanti nanda jelaskan, bu. Sekarang ibu minum obat ini!” Nanda mendesak ibu yang sepertinya ragu-ragu untuk meminum obat itu.
“Tidak! Kamu pasti merampok lagi kan?” sambil membanting gelas ke arah dinding. Suasana menjadi senyap seketika. Penggalan cerpen II
Berulang kali Ayu terlihat duduk dan berdiri di dalam halte tersebut. Dilihatnya jarum jam tangan peraknya menunjuk ke pukul sbelas siang.
“Duh di mana sih Gilang nih. Sudah dua jam gue nungguin dia ngak muncul-muncul juga. Kalau ngak niat jemput mending ngak usah janji deh. Gue males banget kalau nunggu lama seperti ini!” kata Ayu sambil berusaha menghubungi nomor handphone Gilang yang sedari tadi tidak bisa dihubungi.
.....
7. Berdasarkan kedua penggalan cerpen di atas, analisislah perbedaan unsur
intrinsik dan fitur bahasanya!
8. Suntinglah penggalan teks cerpen pertama menjadi tulisan yang benar!
9. Sebutkan 10 kata yang tidak baku dari penggalan teks cerpen kedua dan
tuliskan kata bakunya!
10. Tulislah sebuah kerangka cerpen berdasarkan pengalaman faktual!
Bacalah naskah cerpen di bawah ini dengan seksama!
Adikku dan Guruku
Matahari menyinar dengan begitu menerik. Butir-butir keringat seolah tak kuasa tertahan oleh tebalnya kulitku ini. Aku segera bergegas mengendarai motorku dengan kecepatan tinggi. Ingin rasanya aku segera sampai ke rumah dan segera ku rebahkan badanku ini di ranjang tidurku yang selalu tak pernah terlihat rapi. Di sepanjang jalan, aku merasa kesal kepada guru-guru di sekolahku hari ini. Aku berfikir, kalau guru-guru di sekolahku adalah sekelompok makhluk yang bisa marah-marah saja termasuk rajin sekali kalau memberiku hukuman.
Bayangkan saja! gara-gara aku cuma terlambat sepuluh menit, aku harus diberdirikan Pak Alvian di depan kelas. Tidak tanggung-tanggung pula. Aku harus berdiri selama dua jam pelajaran. Ugh, pokoknya guru yang satu ini paling menyebalkan buatku. Tidak hanya itu, sewaktu istirahat, aku ketahuan ngerokok di belakang sekolah. Ya, terpaksa aku harus diseret guru piketku ke kantor. Aku lupa, kalau hari ini yang piket adalah Miss Aisyah Rani guru bahasa Inggrisku sewaktu kelas sepuluh kemarin. Kalau aku ingat Miss Aisyah yang piket hari ini, mending aku ngak ngerokok di belakang sekolah, karena aku tahu kalau beliau piket pasti jeli sekali menggrebek sindikat siswa-siswa bermasalah yang sedang beraksi saat itu. Terpaksa deh aku harus berbaris di depan kantor sembari mendengar ceramah singkat dari Bapak Andri Susantri selaku wakil kepala sekolah di SMA Sumsel Jaya ini.
Aku berfikir, mengapa mereka sampai begitu ketatnya memberikan peraturan dan larangan buatku? Lagi pula aku beli rokok kan bukan dari uang mereka, melainkan uang jajan pemberian orang tuaku sendiri. Aku terus terniang dengan rokokku yang disita pihak sekolah. Padahal rokok tersebut masih ada sekitar sebelas batang lagi.
Tak lama kemudian, aku pun sampai di rumah. Baru saja mau menyetandarkan motor. Tiba-tiba adik ku yang bernama Tita berlari keluar dengan membawa pisau. Dia keluar dengan senangnya sambil mengayunkan pisau itu berulang kali. Yah, namanya juga anak usia 1,5 tahun. Mana mungkin ia dapat berfikir kalau pisau itu akan membahayakannya.
Melihat Tita yang berlari kecil di depan rumah sambil menuju ke jalan besar. Aku segera berlari mengejarnya.
“Aduh Tita, kamu nakal sekali!” gertakku kepada Tita sembari membopongnya kembali ke rumah. Aku mulai mengambil paksa pisau yang ada di tangan Tita. Tentunya, mengambil barang demikian dari tangan anak usia 1,5 tahun tidaklah susah bagiku. Tita pun menangis dengan kencang,
“Kakak jahat! Kakak jahat! Kakak tidak sayang Tita! Kakak ambil mainan Tita!” teriak adikku sembari mencakar-cakar wajahku.
“Tita, ini pisau dek. Barang ini berbahaya! Nanti tangan Tita terluka kalau bermain dengan barang ini!” teriakku meyakinkan Tita yang masih berusaha keras memintaku untuk mengembalikan pisau itu ke dia.
“Tidak! Kakak jahat, Tita mau main dengan mainan itu. Itu mainan Tita!” kali ini Tita menangis dengan menjadi-jadi. Tangannya berusaha mengambil pisau tersebut dari tanganku. Berulang kali pula Tita memukul mukaku dengan tangan kecilnya. Sepertinya, ia mulai merasa kesal kepadaku, karena aku tidak mau mengembalikan benda yang dianggapnya mainan. Hentakan tangan kecil Tita tidak serta merta mengenai pipiku saja. Kali ini pukulan kecilnya mengenai mata kananku. Serentak aku pun dibuat marah kala itu.
“Tita, kamu ini nakal sekali ya!” Aku membentak Tita dengan begitu kerasnya sembari memukul pantat adik kecilku itu. Merasa sakit dengan pukulan itu, Tita pun berhenti memukuli wajahku dan ia menangis semakin menjadi sembari menempelkan wajahnya kebagian pundak kananku. Sejenak pundak kananku terasa basah kala itu oleh air mata Tita. Aku mulai merasa bersalah kepada adik kecilku itu. Ku dekap ia dengan penuh kasih sayang.
“Ssst.. Tita sayang! Jangan nangis lagi ya dek. Nanti Kakak beliin Tita boneka barbie. Tapi Tita jangan nangis lagi ya?” ucapku meyakinkan adikku agar ia tidak menangis lagi. Aku kembali mendekap adikku itu semakin erat. Aku melakukan ini karena aku sayang kepada adikku. Aku mengambil pisau dari tangan adikku, lalu memukul pantat adikku itu karena aku tidak mau adikku mengalami suatu petaka.
Sejenak pikiranku mulai tertuju dengan guru-guruku di sekolah. Aku mulai berfikir bahwa apa yang dilakukan guru-guruku di sekolah kepadaku sama halnya dengan apa yang ku lakukan untuk adikku, Tita. Aku mulai melihat Tita sebagai sudut pandang diriku. Rasanya Tuhan begitu adil menegurku sebagai umpan balik rasa kesalku kepada guruku hari ini.
“Tuhan, terima kasih Kau telah menegurku hari ini. Aku tahu, Engkau sedang memperlihatkan suatu maksud dari kesalah pahamanku terhadap guru-guruku. Aku berjanji bahwa aku tidak akan mengulangi kesalahanku hari ini. Aku tidak akan datang terlambat lagi dan aku tidak akan merokok di belakang sekolah lagi.”
Oleh: Alvian Kurniawan, S.Pd.
1. Jelaskan arti dari istilah-istilah di bawah ini!
a. Cerpen
b. Faktual
c. Unsur Intrinsik
d. Unsur ekstrinsik
e. Imajinatif
2. Sebutkan lima ciri cerpen yang kamu ketahui!
3. Berdasarkan cerita pendek berjudul “Adikku dan Guruku”, analisislah unsur
intrinsik yang terkandung di dalamnya!
4. Sebutkan dan jelaskan unsur ekstrinsik cerpen“Adikku dan Guruku”!
5. Abstraksikan cerpen “Adikku dan Guruku” ke dalam bentuk abstrak/ikhtisar!
6. Konversikan naskah cerpen “Adikku dan Guruku” ke dalam bentuk naskah drama!
Bacalah penggalan ke-2 cerpen di bawah ini!
Penggalan cerpen I
....
“ibu, ini nanda bawakan obat untuk ibu. Ibu minum obat ini ya biar ibu cepat pulih,” sembari menyodorkan obat dan segelas air minum kepada ibu.
“dari mana nanda dapat uang untuk membeli obat ini!” tanya ibu kepada Nanda,
“nanti nanda jelaskan, bu. Sekarang ibu minum obat ini!” Nanda mendesak ibu yang sepertinya ragu-ragu untuk meminum obat itu.
“Tidak! Kamu pasti merampok lagi kan?” sambil membanting gelas ke arah dinding. Suasana menjadi senyap seketika. Penggalan cerpen II
Berulang kali Ayu terlihat duduk dan berdiri di dalam halte tersebut. Dilihatnya jarum jam tangan peraknya menunjuk ke pukul sbelas siang.
“Duh di mana sih Gilang nih. Sudah dua jam gue nungguin dia ngak muncul-muncul juga. Kalau ngak niat jemput mending ngak usah janji deh. Gue males banget kalau nunggu lama seperti ini!” kata Ayu sambil berusaha menghubungi nomor handphone Gilang yang sedari tadi tidak bisa dihubungi.
.....
7. Berdasarkan kedua penggalan cerpen di atas, analisislah perbedaan unsur
intrinsik dan fitur bahasanya!
8. Suntinglah penggalan teks cerpen pertama menjadi tulisan yang benar!
9. Sebutkan 10 kata yang tidak baku dari penggalan teks cerpen kedua dan
tuliskan kata bakunya!
10. Tulislah sebuah kerangka cerpen berdasarkan pengalaman faktual!
Komentar
Posting Komentar