Materi bahasa Indonesia Teks Moral dan Fabel Kelas 8 SMP Oleh: Alvian Kurniawan, S.Pd.

BAB II
TEKS CERITA MORAL/FABEL


1. Pengantar Materi
Mungkin selama ini kita sering mendengar kata moral. Secara defenisi moral merupakan suatu ajaran baik atau buruknya suatu budi pekerti ataupun akhlak yang dapat diterima oleh umum. Baik atau buruknya moral kita dapat menentukan sikap lingkungan terhadap kita. Sebab, pada prinsipnya setiap manusia membutuhkan lingkungan yang memiliki moral yang baik dan berkualitas. Untuk itu sudah selayaknya apabila moral kita, kita arahkan ke hal-hal yang positif.
Pada pelajaran kali ini, kita akan mendalami tentang pembentukan moral melalui cerita moral atau fabel. Untuk itu, simak dan pahamilah pelajaran yang akan diberikan oleh gurumu nanti!

2. Dasar-Dasar Cerita
Ada banyak jenis cerita yang dapat kita baca. Tentu saja cerita-cerita tersebut harus disesuaikan dengan usia si pembaca. Dengan penyesuaian antara cerita dan usia si pembaca, maka seseorang akan lebih mempermudahkan diri untuk dapat memahami dan mengambil pesan yang tersirat di dalamnya. Berdasarkan sifatnya, cerita dibedakan menjadi dua, yaitu: cerita fiksi (tidak nyata) dan cerita nonfiksi (nyata).
Cerita diibaratkan sebagai bangunan. Sebab, suatu bangunan tidak akan berdiri apabila tidak dilengkapi dengan unsur pembangun. Unsur pembangun yang dimaksudkan ada dua, yaitu: unsur yang membangun dari dalam (intrinsik), seperti: tema, amanat, latar, gaya bahasa, alur, sudut pandang, tokoh dan penokohan. Serta unsur yang membangun dari luar (ekstrinsik), seperti: lingkungan penulis, tingkat pendidikan, dan lain sebagainya.

3. Jenis-Jenis Cerita
Banyak jenis cerita berdasarkan isinya, diantaranya:
a. Fabel adalah cerita tentang hewan.
b. Legenda adalah cerita tentang terjadinya suatu tempat.
c. Mite atau mitos adalah cerita tentang kegaiban atau kepercayaan.
d. Sage adalah cerita tentang sejarah atau kepahlawanan.
e. Tambo adalah cerita tentang silsilah raja.
f. Cerita pelipur lara adalah cerita tentang hiburan.
g. Cerita dikdaktik adalah cerita tentang pendidikan.
h. Cerita jenaka adalah cerita tentang hal yang lucu.
i. Cerita parabel adalah cerita tentang perumpamaan yang mengandung nilai pendidikan.
h. Cerita rakyat adalah cerita yang tumbuh berkembang disuatu wilayah.
i. Hikayat adalah cerita tentang kehidupan raja-raja masa lampau yang bercorak Islam.

4. Ciri-Ciri Bahasa Teks Cerita Moral
Bahasa pada teks cerita moral memiliki kekhasan tersendiri, adapun cirinya adalah sebagai berikut.
a. Memuat kata-kata sifat untuk mendeskripsikan pelaku, penampilan fisik, atau
kepribadiannya.
b. Memuat kata-kata keterangan untuk menggambarkan latar.
c. Memuat kata kerja untuk menunjukan peristiwa-peristiwa yang dialami pelaku.
d. Memuat sudut pandang pengarang .
Contoh cerita moral:

Bayangan
Oleh: Alvian Kurniawan

Rotasi hari menjilma pada kokokan ayam, aku tahu kalau tak lama dari itu mungkin akan ada perapian di sudut timurku. Aku terbangun dan segera bersiap menulis dairy hariku dengan tinta lakuku. Segera ku tinggalkan selimut malasku dan kusandarkan pada rangka ranjang mimpiku.
"Bu, hari ini aku ingin pergi ke taman", tekasku pada ibu. seraya membalikan badan,
ibuku bertanya, "Seorang dirikah?";
"Yah, seorang diri. Untuk apa aku harus ajak orang-orang lain, jika mereka hanya bisa menggangu saja". Aku ingin bercenta dengan alam.Karena alamlah yang mau menggandengku dalam setiap hariku.Aku tak percaya kamu, bahkan ia, mereka ataukah siapa itu. Aku mulai meninggalkan ibu dan segeralah mungkin ku berlari pada alam.
Angka 7 ditunjuk oleh jarum kecil jam perakku, aku segera berlari dan ku rasakan sesegaran pagi dibawah peraduan angin segar.
"Ohaaaaaaaaaaaaammmmmm..." kuhembuskan nafas dengan sertamerta.Lekukkan pagi seakan menyulik perhatianku. Aku terus berdiri bahkan mungkin tak kukenakkan rasa bosan yang ku sulam pada bebaitan saat itu. Bagiku alam adalah sahabatku, bukan kamu, ia, mereka ataukah siapa itu.
Belum lepas tetalian akrab dengan alam saat itu, tiba-tiba ku dengar suara lirih dibawah tongkat penyanggaku.
"Selamat pagi teman !!!" Perhatianku dicuri benda itu. Ia adalah hitam dan bahkan ia menjilma mengikuti tubuhku. Dengan rasa penuh debar ku beranikan bertanya kepadanya,
"Siapa kamu ?" Tak ku temukan bahasa tubuhnya menjawab.Namun yang ku dengar ia berkata lirih kepadaku,
"Akutemanmu."
"Temanku?" dengan penuh pesona tanya ku coba balikkan pernyataannya padaku.
"Aku menyayangimu, bahkan aku selalu menemanimu," tekasnya ulang,
"Arrghh, kamu ini siapa?aku tidak mengenalmu! Aku jua tak pernah punya teman. Aku hanyalah si cacat kaki yang telah ditakdirkan pincang dalam bergaul," ku menjawab seraya mencari keanehan tubuhnya.Sekali lagi ku tak melihat bentuk rupanya,
"Baiklah, namaku bayangan. Aku diciptakan untuk temanimu.Aku selalu ada didekatmu.Jika kau bergerak, maka aku bergerak.Jika kau merangkak, maka aku merangkak. Yah sekali lagi ini adalah aku. Aku adalah bayangan."
Dahiku mengkerut mendengar jawaban itu, Namun aku juga tak mudah percaya. yang ku tahu cacatku ini hanyalah bahan penghinaan saja bukan bahan untuk Dapat diakrapi.
"Kau binggung wahai badanku?", tanyanya padaku.
"Yah, aku binggung!"
"Pasti kau bertanya mengapa aku justru ingin berteman dengan cacatmu itu?"
Aku tercengang tiada berbalas.Ku coba mencari tahu darimanakah ia dapat menjawab dengan benar itu.
"Kau tak perlu bertanya darimana aku tahu apa yang ada dipikiranmu!karena aku adalah temanmu.Dimana-mana aku mengikutimu. Serta seluruh keluh kesahmu itu aku telah mengetahuinya."
"Tapi.....", segera ia memotong kalimatku,
"Aku juga cacat, aku tak punya bibir, aku tak punya mata dan aku tak punya mulut, lihatlah aku juga cacat. aku juga bertongkat. Berarti tak ada juga yang mau berteman denganku, demikian kau juga tak ada yang mau berteman denganmu. Kita sama, bahkan aku lebih cacat daripada kamu. Sekali lagi buka ketidakmungkinan itu! Ini mungkin, sahabatku." lirihnya meyakinkan.
Aku tergugah, pemikiran yang ku pikirkan selama ini hanyalah ketakutanku semata. Aku tak habis pikir, ternyata masih ada orang yang hendak berteman denganku. Aku mulai bercakap dengannya saat ini.
Tak terasa, peraduan sore telah menjemput. Ku merasa asik berceloteh dengan teman baruku. Aku tidak kesepian saat itu.Namun, kali ini aku semakin bingung. lantaran sahabat baruku semakin pudar bentuk tubuhnya.
"Ada apa denganmu sahabatku?" tanyaku pelan.
"Aku harus pergi.",
"Pergi?"
"Ya..aku harus pergi."
"Lalu kau tega meninggalkanku?"
"Ya aku tega. Aku akan mati beberapa jam, dan aku akan bermimpi dibalik gelapnya cahaya pada saat itu.Namun, aku tetap ada denganmu.Hanya saja aku akan mengabstrak.".
"Aku tak mengerti maksudmu apa?"
"Kau akan tahu nanti."
"Nanti?",
"Ya nanti.",
"Kapan?",
"Sampai kau benar-benar tahu."
"Aku tak mengerti!"
"Ya, kau tak akan mengerti."
"Maksudmu?",
"Kau tetap takkan mengerti, jadi simpanlah pertanyaan itu. Kini aku harus pergi. Aku hanya seusia matahari. Kau masih punya sahabat lain diluar. Mungkin ibumu, ayahmu atau pembantumu. Esok aku akan kembali, aku hanya ingin tidur sementara saja.Aku ingin bermimpi,dan tak ada kamu bersamaku."
"Tapi......"
Belum sempat ia menjawab pertanyaanku dan kucermati ia semakin mengecil, sangat kecil dan hilang tiada berbekas.


Contoh cerita fabel:

Kisah Sura dan Baya

Dahulu, di lautan luas sering terjadi perkelahian antara ikan hiu Sura dengan buaya. Mereka berkelahi hanya karena berebut mangsa. Keduanya sama-sama kuat, sama-sama tangkas, sama-sama cerdik, sama-sama ganas dan sama-sama rakus. Sudah berkali-kali mereka berkelahi belum pernah ada yang menang atau pun yang kalah. Akhirnya mereka mengadakan kesepakatan. Kesepakatan itu adalah dengan membagi daerah kekuasaan menjadi dua. Sura berkuasa sepenuhnya di dalam air dan harus mencari mangsa di dalam air, sedangkan Buaya barkuasa di daratan dan mangsanya harus yang berada di daratan. Sebagai batas antara daratan dan air adalah tempat yang dicapai oleh air laut pada waktu pasang surut. Kesepakat itu disetujui oleh keduanya.
Dengan adanya pembagian wilayah kekuasaan, maka tidak ada lagi perkelahian antara Sura dan Buaya. Keduanya telah sepakat untuk menghormati wilayah masing-masing. Tetapi pada suatu hari, ikan hiu Sura mencari mangsa di sungai. Hal ini dilakukandengan sembunyi-sembunyi agar buaya tidak mengetahui. Mula-mula hal ini memang tidak ketahuan. Tetapi pada suatu hari, buaya memergoki perbuatan ikan hiu Sura ini.Tentu saja Buaya sangat marah melihat hiu Sura melanggar janjinya. Ikan hiu Sura yang merasa tak bersalah tenang-tenang saja.
"Aku melanggar kesepakatan? Bukankah sungai ini berair? Bukankah aku sudah bilang, bahwa aku adalah penguasa di air? Nah, sungai ini kan ada airnya, jadi juga termasuk daerah kekuasaanku," Kata Ikan Hiu Sura.
"Apa? Sungai itu kan tempatnya di darat, sedang daerah kekuasaanmu ada di laut, berarti sungai itu adalah darerah kekuasaanku!" Buaya ngotot.
"Tidak bisa. Aku kan tidak pernah bilang kalau di air itu hanya air laut, tetapi juga air sungai" jawab hiu Sura.
"Kau sengaja mencari gara-gara, Sura?"
"Tidak! Kukira alasanku cukup kuat dan aku memang dipihak yang benar!" kata Sura.
"Kau sengaja mengakaliku. Aku tidak sebodoh yang kau kira!" kata Buaya mulai marah.
"Aku tidak perduli kau bodoh atau pintar, yang penting air sungai dan air laut adalah kekuasaanku!" Sura tak mau kalah.
Karena tidak ada yang mau mengalah, maka pertempuran sengit antara Ikan Hiu Sura dan Buaya terjadi lagi.Pertarungan kali ini semakin seru dan dahsyat. Saling menerjang dan menerkam, saling menggigit dan memukul. Dalam waktu sekejap, air disekitarnya menjadi merah oleh darah yang keluar dari luka-luka kedua binatang tersebut. Mereka terus bertarung mati-matian tanpa istirahat sama sekali. Dalam pertarungan dahsyat ini, Buaya mendapat gigitan hiu Sura di pangkal ekornya sebelah kanan. Selanjutnya, ekornya itu terpaksa selalu membengkok kekiri. Sementara ikan Sura juga tergigit ekornya hingga hampir putus, lalu ikan Sura kembali ke lautan. Buaya puas telah dapat mempertahankan daerahnya.
Pertarungan antara ikan Hiu yang bernama Sura dan Buaya ini sangat berkesan di hati masyarakat Surabaya. Oleh karena itu, nama Surabaya selalu dikait-kaitkan dengan peristiwa ini. Dari peritiwa inilah kemudian dibuat lambang Kota Surabaya yaitu gambar "ikan sura dan buaya".


Contoh Cerita Pendek:

Cermin Sindiran


Dan matahari tak lagi bersahabat pada saat itu. Ia memancar dengan semakin menerik dan seakan menipiskan sunblock yang sengaja kupakai untuk gantikan jaket tebalku yang semakin hari semakin malas kukenakan oleh gerahnya seluruh badanku. Berulangkali kutengok jam stainllessku dan kurasai begitu cemasnya aku apabila ia terlalu cepat untuk bergerak meninggalkan detik dan menit yang sengaja kukejar tuk capai kantor tempatku mengais rezeki. Hari itu memang bukan jadwalku mengajar, namun pagi tadi staff pusat menelponku untuk memback up tiga kelas di Budiwijaya cabang Lemabang. Dengan segera, kupacu angka 45 dari vario yang setia menjadi sopirku tuk jalani rutinitas siang itu.
Sejenak fikirku mengarah kepada keluargaku, kurasai perasaan rindu kepada ibuku. Karena hari ini aku tak sempat pulang ke rumah tuk santapi menu sup kubis dan ayam goreng yang telah sengaja kupesan dari malam tadi. Tapi apa boleh buat. Ternyata kuliahku sampai siang. Dan aku tak mungkin bisa kejar waktu 30 menit yang tersisa untuk kembali ke rumah dan lantas kembali pergi.
“Argh, mengapa aku jadi melamun?” ucapku mengagetkan diriku sendiri. Aku lekas berkonsentrasi kembali dan terus bergegas mencapai meter per meter dari jejalanan itu.
Sepuluh menit melangkah dari pukul tigabelas siang. Varioku berhenti di depan kantor tempatku mengajar. Dengan seragam kuningku dan dasi panjang yang mengikat leherku, aku berjalan dengan tenang dan menyapa rekan kerjaku, Miss Sellayang merupakan bagian staff administrasi.
“Selamat siang, Miss,” sapaku padanya.
Ia membalas dengan senyum. Aku segera menuju ke bagian belakang. Seperti biasa membenahi rambut yang acak-acakan dan merapikan penampilan yang sudah mulai kurang rapi karena mengendarai motor. Merasa semuanya telah rapi, aku segera duduk di meja konsultasi belajar. Sepertinya hari itu tak ada siswa yang mempunyai pekerjaan rumah. Kesempatan kosong seperti itu ku pergunakan untuk menghela nafas dan sedikit menyenderkan lelah itu di tepian kursi berwarna kuning.
“Selamat siang, Sir, “ sapa seseorang kepadaku,
Kucoba tuk menoleh dan mencari sumber suara itu berasal. Kudapati seorang lelaki kurus, berbaju besar dan gaya rambut belah pinggir.
Ia adalah rekan kerjaku sekaligus seniorku, namanya Yanto. Beberapa bulan yang lalu ia baru usai menyelesaikan kuliahnya di jurusan FKIP Pendidikan Matematika Unsri.
“Oh, selamat siang juga, Sir, apa kabar?” sahutku basa-basi.
“Ya beginilah sir, Alhamdulillah masih diberi kesehatan,” jawabnya lirih.
Sejenak kami mulai membincangkan mengenai kelas khusus baru di progam progressif yang kami ajar. Yanto dan aku memang ditempatkan pada cabang mengajar yang berbeda. Aku mengajar kelas Progressif di cabang 16Ulu, sedangkan ia di cabang Lemabang. Jadi, wajar bila kami banyak cerita tentang kondisi belajar siswa di kelas khusus dua cabang itu, seperti: masalah perkembangan hasil try out dua mingguan, presensi siswa dan lain-lain.
“Teeeeeeeeeeeeeettttt……,” Bunyi bel mengingatkan kami untuk segera masuk ke kelas masing-masing. Keakrabpan itu kami hentikan segera. Lantas bergegaslah kami meninggalkan meja konsultasi. Kala itu, aku mengajar di ruang B lantai 2 dan Yanto mengajar di ruang D lantai 3. Ku amati dari kejauhan tubuh kecilnya tetap semangat menaiki satu per satu dari anak tangga itu.
Pikiranku mulai menyelinap tentang cerita-ceritanya beberapa waktu yang lalu ketika kami pulang kerja bersama. Kala itu, ia bercerita jikalau ia adalah seorang anak dari keluarga yang kurang mampu. Ayahnya hanya seorang pegawai tidak tetap.
Waktu itu, Yantobanyak bercerita denganku tentang bagaimana besarnya keinginannya untuk mengangkat keluarganya kejenjang ekonomi yang lebih mapan.
“Bermula dari sebuah mimpi, Sir. Saya berjuang dan bekerja. Dari seorang pengangkat kayu, guru ngaji sampai kuli bangunan pun saya jalani guna bekal saya meraih sarjana.”
Kalimat itu masih terniang ditelingaku. Aku berfikir, mungkin seribu satu macam remaja di sini, hanya secuil saja remaja-remaja yang berfikiran sama dengannya. Ku ingat remaja-remaja sebayaku banyak sekali yang hanya kuliah, jalan-jalan, senang-senang dan lain sebagainya. Aku mulai mengoreksi diri dan perlahan memulai membuat pertanyaan-pertanyaan yang mengena ke pribadiku.
Selama ini aku sering mengeluh tentang rasa lelahku yang kerap kali ku rasai. Ternyata semua aktivitasku selama ini hanya biasa saja. Ternyata benar, di atas langit masih ada langit. Kesibukanku kuliah di pagi hari, mengajar di siang hari, mengerjakan tugas kampus atau membuat soal-soal modul di malam hari serta ikut lomba-lomba yang selalu menggangu jadwal liburku setiap hampir hari minggu dan tanggal merah. Namun,ternyata sekali lagi, kesibukan itu menurutku masih jauh lebih ringan daripada kesibukannya sebagai seorang yang harus bekerja dengan fisik dan stamina yang kuat, tanpa kendaraan sepertiku, tanpa uang bantuan dari orang tua dan lain sebagainya.
Aku mulai merasa tersindir saat itu. Lantas aku mulai menoleh pada diriku sendiri. Ternyata aku masih cukup terlalu sombong tuk lupai nikmat yang telah diberi-Nya padaku.
“Hai Sir, saatnya masuk kelas?” sapa Miss Sella kepadaku.Mendengar suara itu, aku tergugah dari lamunan singkatku.
“Astaga, akukan harus mengajar! “


5. Memahami dan Menangkap Makna Teks Cerita Moral/Fabel
Dalam cerita moral ataupun fabel tentunya memiliki makna yang terkandung di dalamnya. Makna inilah yang dapat kita pergunakan sebagai pesan hidup yang dapat kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Pada teks cerita “Bayangan” mengandung pesan bahwa kita tidak boleh merasa kecil atau kerdil apabila kita memiliki suatu kelemahan. Terkadang apabila kita kaitkan dengan kehidupan nyata, masih banyak orang-orang yang memiliki kelemahan lebih dari pada kita. Untuk itu kita harus banyak bersyukur dan memanfaatkan kekurangan kita sebagai sesuatu hal yang dapat kita olah sebagai kelebihan.
Selain itu, pada teks bacaan “Kisah Sura dan Baya” juga memiliki banyak sekali makna positif yang dapat kita tiru. Kita ketahui, pada teks tersebut dijelaskan ikan hiu sura melakukan perjanjian dengan buaya untuk berbagi lahan kekuasaan. Di sini tersimpan sebuah makna bahwa kita tidak boleh tamak dalam hidup.Kita harus memerhatikan lingkungan sekitar yang juga membutuhkan untuk hidup. Jadi, kita harus berlaku adil terhadap sesama.
Berbeda lagi dengan cerpen “Cermin Sindiran”, cerita ini mengisyaratkan bahwa hidup adalah perjuangan. Perasaan lelah terkadang muncul dalam perjuangan itu sehingga kita sering sekali mengeluh. Namun, ternyata sesulit apapun tugas kita, ternyata masih ada orang yang jau lebih sulit dari pada kita. Sehingga kita harus senantiasa untuk selalu bersyukur.

6. Membedakan Teks Cerita Moral dengan Cerpen
Pada pelajaran kelas 7, pernah dibahas masalah cerpen atau cerita pendek. Tentunya, antara cerita moral/fabel dengan cerita pendek/cerpen memiliki kesamaan dalam bentuk prosa dan bersifat fiksi serta dikembangkan dengan imajinasi (daya khayal). Namun, apabila kita analisis lebih mendetil, ternyata keduanya memiliki perbedaan, baik itu perbedaan dalam bentuk
• Struktur Isi
Struktur isi dapat kita analisis berdasarkan judul, perkenalan, komplikasi, klimaks, penyelesaian, amanat/pesan.
• Fitur Bahasa
Fitur bahasa memiliki peranan yang penting untuk memberikan gambaran yang jelas. Oleh karena itu, fitur bahasa harus memergunakan kata sifat, kata keterangan, kata kerja yang jelas maupun tindakan-tindakan tokoh dalam merespon berbagai peristiwa yang dialami.

7. Menyusun Teks Cerita Moral
Pada subbab sebelumnya telah dibahas, bahwa untuk membentuk suatu cerita, haruslah dibangun dengan dua struktur, yaitu: struktur dari dalam (intrinsik) dan struktur dari luar (ekstrinsik). Kedua struktur tersebut haruslah ada dalam suatu cerita yang harus kita susun. Untuk dapat membantu kalian dalam membuat teks cerita moral/fabel berikut disajikan tentang penjelasan beberapa unsur intrinsik.

a. Pengembangan Tokoh Dalam Cerita
Watak tokoh bersifat universal, artinya seorang tokoh dapat memiliki watak yang sama meski dalam cerita yang berbeda. Karakter tokoh bisa jadi keras kepala, pencemburu, jujur, sabar, baik hati, penolong, pendiam dan lain-lain. Watak seperti ini tidak hanya dalam cerita-cerita yang ada di Indonesia, tapi juga cerita dari negara lain. Metode yang dipergunakan untuk mengembangkan tokoh adalah
• Metode Analitik
Metode ini melihat secara langsung dengan pemaparan watak tokoh dengan menyebutkan langsung sifat-sifatnya. Seperti: pintar, dungu, egois dan lain-lain.
• Metode Dramatik
Metode ini memergunakan teknik interpretasi/penafsiran pembaca,karena sifat tokoh dalam cerita diungkapkan secara tidak langsung.Seperti: cara berbicara, cara bereaksi terhadap sesuatu, reaksi dari tokoh lain, kebiasaan tokoh, bentuk tubuh dan lain-lain.

b. PengembanganTema Dalam Cerita
Tema (sense) adalah permasalahan pokok (utama) yang merupakan landasan dalam penyusunan cerita sekaligus permasalahan yang ingin disampaikan pengarang melalui karya tersebut.Tema ada sebelum cerita dibuat.Tema merupakan unsur awal dalam membangun sebuah cerita.Tema dapat ditemukan setelah kita memahami seluruh isi cerita.Tema disaring dari motif-motif yang terdapat dalam karya yang bersangkutan yang menentukan hadirnya peristiwa-peristiwa, konflik, dan situasi tertentu. Tema dalam beberapa hal bersifat mengikat kehadiran dan ketidakhadiran peristiwa, konflik serta situasi tertentu termasuk berbagai unsur intrinsik yang lain. Tema menjadi dasar pengembangan seluruh cerita, maka tema pun bersifat menjiwai seluruh bagian cerita itu.Tema mempunyai generalisasi yang umum, lebih luas dan abstrak.


c. Pengembangan Latar Dalam Cerita
Latar atau setting merupakan waktu, suasana dan tempat terjadinya peristiwa. Dengan adanya latar, pembaca dapat menggambarkan keterangan yang berkenaan dengan apa, bagaimana dan kapan peristiwa dalam cerita itu terjadi.

d. Pengembangan Alur dalam Novel Remaja
Alur cerita adalah suatu jalannya suatu cerita, beberapa sumber juga mengatakan bahwa alur atau plot adalah jalinan peristiwa yang melatari sebuah prosa fiksi yang dihubungkan secara sebab-akibat. Alur cerita pada umunya memiliki tahapan-tahapan yang berbeda, yakni:

• Alur Lurus/ Maju
Alur ini bergerak dari:
- Perkenalan
- Konfliks
- Perumitan
- Klimaks
- Antiklimaks
- penyelesaian

Klimaks



Perumitan
Antiklimaks
Penyelesaian
Konfliks


Perkenalan

• Alur Sorot Balik/ Mundur (flashback)
Alur ini bergerak dari
- klimaks
- perkenalan
- konflik
- perumitan
- antiklimaks
- penyelesaian

Klimaks
Perumitan


Konfliks
Antiklimaks
Penyelesaian

Perkenalan


• Alur Campuran/ Gabungan (Maju-Mundur)
Alur ini bergerak dari
- Penyelesaian
- Klimaks
- Perkenalan
- Konfliks
- Perumitan
- Antiklimaks.


Klimaks

Perumitan antiklimaks


Konfliks

Penyelesaian
Perkenalan


8. Mengklasifikasi, Menelaah, dan Merevisi Teks Cerita Moral
Klasifikasi adalah suatu kegiatan mengelompokan sesuatu hal dalam bagian-bagian tertentu. Klasifikasi bertujuan untuk mempermudahkan kita untuk mengetahui jenis-jenis cerita yang kita baca.
Pada bagian ini, kita diminta untuk mengklasifikasi jenis cerita moral/fabel sesuai dengan sifatnya. Pengklasifikasian itu dapat berupa: pengklasifikasian cerita yang bersifat fantasi atau cerita yang bersifat fiksi ilmiah.
Menelaah dapat diartikan sebagai kegiatan yang berusaha memahami teks bacaan tersebut untuk mencari kelebihan yang bisa ditonjolkan dalam cerita tersebut dan kekurangan yang dapat untuk diperbaiki.
Setelah kita menemukan kelebihan dan kelemahan tersebut, kita dapat melakukan kegiatan perevisian yang berarti kita diminta untuk memperbaiki aspek-aspek yang kurang baik menjadi lebih baik lagi.

Contoh Soal:
1. Seperti biasanya, Tarno harus keluar dari rumahnya yang terbuat dari kardus bekas.Ia nampak pucat pasi, karena seharusnya ia masih harus istirahat setelah terserang penyakit demam berdarah. Tapi apa boleh buat, anak yang seharusnya duduk di kelas 6 SD itu harus membantu keluarganya untuk memungut benda-benda bekas yang berserakan dipenjuru ibu kota ini.
Makna moral yang tersurat dari cerita di atas adalah ...
a. Anak kelas 6 SD rajin bekerja.
b. Kerja keras dapat dimiliki oleh siapapun untuk dapat hidup.
c. Sakit adalah hal yang biasa saja.
d. Rajin membersihkan kardus-kardus bekas.
Jawaban : B
Pembahasan :
Dalam cerita tersebut seorang anak kecil harus rela bekerja meskipun kondisinya belum membaik. Hal tersebut dilakukannya untuk membantu kehidupan keluarganya.

2. …..Karen dan Jeffrey bergerak dengan mulus ke kerumunan para tamu. Suasananya menakbjubkan, sukar dipercaya. Semua orang menyapanya. Ia benar-benar Cinderella di pesta dansa ini. Setelah menghabiskan sebagian besar dalam hidupnya dengan membanting tulang di studio, maka malam ini ia mendapatkan imbalan serta pengakuan atas hasil karyanya.…..
Dikutip dari : Setelah Cinta Pergi, Olivia Goldsmith, Gramedia, 2000


Alur cerita dari kutipan novel remaja di atas adalah …
a.Campuran c. mundur
b.Maju d. lurus
Soal Siswa Berprestasi tingkat Sumsel tahun 2011
Jawaban: A
Pembahasan:
Cerita di atas diawali dengan masa sekarang, dibawa lagi kemasa lampau, lalu dikembalikan lagi dimasa kini.







Berilah tanda silang (X) pada salah satu huruf a, b, c dan d sebagai jawaban yang benar!
Soal Pembahasan
1. Setiap melihat Rosmiati, aku jadi teringat dengan adik kecilku dulu. Rasanya hati ini merasa belum bisa menerima seutuhnya tentang kepergiannya. Meskipun masih kecil, namun adikku itu malah seperti kakakku sendiri yang selalu menegurku ketika aku salah. Dan selalu menghiburku ketika aku sedih. Pekara inilah yang kulihat dari sosok Rosmiati yang saat ini tengah memelukku erat ketika ia melihatku menagis karena teringat almarhummah adikku.
Cerita di atas mengisyaratkan bahwa ...
a. Tak selamanya hidup itu menetap, adakalanya ia di bawah dan ada kalanya ia di atas. Jadi tetaplah jalani hidup itu apa adanya dan selalu berfikir positif ke depan.
b. Kedewasaan bukan dinilai dari usia, namun lebih ke tingkah laku. Bahkan seorang anak kecil pun akan dapat berfikir dewasa melebihi orang-orang yang usianya lebih dewasa daripadanya.
c. Harus selalu bersyukur karena sahabat akan selamanya berada di samping kita. Jangan pernah mencaci mereka, karena belum tentu kita lebih baik dari padanya.
d. Sahabat yang baik itu bagaikan keluarga sendiri dan keluarga yang baik bagaikan sahabat sendiri. Jadi jangan sia-siakan mereka. Karena kita butuh keberadaan mereka saat ini.

2. (1) Anak kecil itu masih duduk sendiri di atas gundukan sampah yang menjulang. (2) Ditangannya tergenggam kertas-kertas bekas, sementara disebelah kanannya tumpukkan kertas-kertas, (3) kardus pilihan yang dikumpulkannya. (4) Matanya yang kecil dan manis itu melihat ke atas, memandang fajar yan pelan-pelan memacarkan sinar.
Dikutip dari: Pengantar Apresiasi Karya Sastra
Kalimat yang unsur latar tempatnya yang menonjol dalam nukilan novel remaja di atas ditandai dengan nomor …
a. 1 b. 2 c. 3 d. 4

3 Keempat bersaudara sedang dilanda duka. Ramli anak tertua itu sangat terpukul dengan kematian ibunya. Ruslan adiknya, dari kemarin tak lepas dari tasbihnya, bibirnya basah dengan zikir-zikirnya. Anak ketiga yang bernama Rafiah mengurung diri di kamar menelungsup di atas sprei. Si bungsu, Ramdan bergelayut di lengan ayahnya tapi tak tahu apa yang harus diperbuatnya.
Tokoh yang memiliki karakter tegar dan tabah dalam menghadapi musibah adalah ….
a. Ramli c. Ruslan
b. Rafiah d. Ramdan

4. Perhatikan kedua teks cerita di bawah ini!
Teks Fabel
Di tengah padang rumput yang sangat luas, terdapatlah sebuah kolam yang dihuni oleh berpuluh-puluh katak. Di antara katak-katak tersebut, ada satu anak katak yang bernama Kentus. Dia adalah anak katak yang paling besar dan kuat. Karena kelebihannya itu, Kentus menjadi sangat sombong. Dia merasa kalau tidak ada anak katak lainnya yang dapat mengalahkannya.

Teks Cerpen
Sudah dua hari ini Imah tidak ke sekolah. Padahal, dia itu anak yang rajin dan sebelumnya tak pernah begini. Oleh karena itu, aku, Ana, dan Afga berencana mengunjungi usia pulang sekolah.
Perbedaan struktur isi yang sesuai dari penggalan fabel dan cerpen di atas adalah ...
a. Fabel memperkenalkan tokoh hewan Cerpen memperkenalkan tokoh cerita manusia biasa.
b. Klimaks memuncak dengan pertentangan antartokoh hewan yang sulit terselesaikan. Klimaks memuncak dengan pertentangan antartokoh yang sulit terselesaiikan.
c. Konflik terpecahkan dan menemukan penyelesaian. Ketegangan antar tokoh mulai menurun, tetapi tidak selalu terselesaikan.
d. Amanat ditegaskan pada akhir cerita. Amanat disamarkan sehingga tidak terkesan menggurui pembaca.


5. Bukankah sekaliannya itu bergantung kepada untung nasib satu-satunya orang? Jika baik untungnya, tak pandai pun, tetapi akan mendapat pangkat juga. Tetapi apabila tak baik nasib, walaupun melangit kepandaiannya, jatuhnya kepelimbahan juga.
Cuplikan cerita tersebut menyiratkan bahwa tokoh itu memiliki keyakinan bahwa…
a. Hidup itu untung-untungan.
b. Jalan hidup manusia ditentukan oleh nasib.
c. Orang mujur biasanya orang yang biasa-biasa saja.
d. Untuk menjadi orang yang berpangkat tidak harus
pandai.

6. Sambil melingkarkan tas lusuh itu dipundaknya, Andika menenteng tas kresek hitam berisi lima puluh potong pisang goreng hangat. Semua juga sudah tahu, Andika selalu menitipkan gorengan dari ibunya ke warung tempat ia bersekolah. Cibiran teman-teman yang tak bersimpati kepadanya seperti tak pernah sanggup menggoyahkan prinsipnya. Baginya, hanya dengan berdagang gorengan itulah ia tetap dapat sekolah.
Sebuah nilai kehidupan dalam cuplikan cerpen tersebut yaitu…..
a. Seorang ibu menggoreng pisang setiap pagi untuk dijual ke sekolah.
b. Seorang anak bersekolah setiap hari sambil membawa tas kresek.
c. Sekolah membawa tas yang sudah lusuh dan tas kresek berwarna hitam.
d. Demi cita-cita, ke sekolah sambil menjual gorengan tidak masalah.

7. Akhirnya Sabtu pun tiba. Tadinya, aku begitu semangat untuk merekam jalannya Pentas Mirip Bintang, namun kini menjadi hambar dan putus asa. Untuk apa direkam jika kami tak mungkin menang. Ya, tanpa kostum kami ngak akan mengalahkan peserta lainnya. Dan semua itu karena kesalahanku. Aku yang teledor membiarkan kostum tergeletak begitu saja dan dirusak Cinnamon.
Seharusnya kuperlakukan kostum kami dengan hati-hati.
Sudut pandang pada penggalan cerita di atas adalah....
a. Sudut pandang orang pertama
b. Sudut pandang oorang kedua
c. Sudut pandang orang ketiga
d. Sudut pandang orang pertama, kedua dan ketiga.

8. “Jadi apa yang kamu lakukan kepada Bapak tua itu?”
tanya Ibu kepada Vio.
“Ya, aku bilang saja kepada Bapak itu. Kalau aku tidak mengenal Bapak. Jadi, Bapak silakan pulang ke rumah!” jawab Vio dengan polos.
“Aduh Vio, Bapak itu kan bosnya ayahmu, kenapa kamu mengusirnya?” teriak ibu dengan nada kesal.
“Ya, salah ibu sih pakai bilang ke Vio kalau ada tamu yang tidak dikenal, jangan diterima siapa tahu dia penculik!”
Cuplikan cerita di atas merubakan bagian tahap ..... dalam cerita.
a. Pengenalan. c. Klimaks.
b. Konfliks . d. Antiklimaks.

9. Perhatikan ke dua cerita di bawah ini!

Cerita Pendek Cerita Fabel

Melihat Lisma datang dengan wajah yang lesu, Leni pun berusaha untuk mendekatinya.
“Kamu kenapa?”
“Tidak ada apa-apa kok.”
“Ayolah cerita, Lis!” paksa Leni kepada Lisma.
“Serius, aku lagi capek saja kok. Kamu pergi ke sana dulu ya! Aku lagi pengen sendirian.” Pinta Lisma kepada Leni.
“Baiklah kalau begitu,” jawab Leni sembari meninggalkan Lisma.
Leni nampak kecewa, karena teman terbaiknya selama ini tidak mau bercerita tentang permasalahan yang sedang dialaminya.

Hujan pun turun dengan begitu deras. Di balik gunung sana terlihat sang ular sedang tertidur pulas.
Melihat mangsanya sedang asik tidur, burung elang pun melihat dari kejauhan dengan maksud mengatur strategi untuk menerkam makan siangnya hari ini.
Melihat gelagat yang tidak baik dari sang burung elang. Semut yang sedang melintasi badan ular berusaha berlari untuk dapat menuju ke telinga sang ular agar ular dapat terbangun dari tidurnya dan bisa menyelamatkan diri.
Perbedaan dari dua cerita di atas adalah ....
a. Cerpen fitur bahasanya lebih resmi, sedangkan fabel
tidak resmi.
b. Cerpen fitur bahasanya bertele-tele, sedangkan
fabel singkat, padat dan jelas.
c. Cerpen fitur bahasanya lebih banyak dialog,
sedangkan fabel lebih ke uraian.
d. Cerpen fitur bahasanya tidak mudah dipahami,
sedangkan fabel lebih mudah dipahami.

10. Mungkin ini adalah suatu sesalku. Kuingat dikala ku tinggalkan Palembang. Ibuku terus menahanku. Ia selalu berkata kepadaku jika aku sampai meninggalkannya, maka hidupku tiadalah baik. Mungkin, inilah dampak dari doa ibuku. Hidupku hancur, karirku berantakan.
Unsur amanat pada penggalan cerpen di atas adalah...
a. Kita tidak boleh menyesal jika semua telah terjadi.
b. Jangan pernah membuat ibumu menangis.
c. Kita harus mematuhi nasihat ibu agar tidak menyesal.
d. Jangan mudah percaya dengan hukum karma.

11. Berikut merupakan persamaan antara cerpen dengan
cerita moral adalah ....
a. Keduanya merupakan prosa.
b. Keduanya merupakan karya sastra.
c. Keduanya merupakan karya ilmiah.
d. Keduanya bersifat fiktif.

12. Boneka kecil itu terus ia gendong, berulang kali ia nampak gembira dan tiba-tiba ia menagis mengerang. Rasa kehilangan yang teramat mendalam yang ia alami setelah meninggalnya adik kesayangannya yang digerogoti oleh kanker ganas beberapa minggu yang lalu.
Latar yang nampak dari nukilan cerita anak di atas adalah...
a. Latar tempat. c. Latar Suasana.
b. Latar waktu. d. Latar Sosial.

13. Unsur realitas yang tercermin dari penggalan cerita
anak di atas adalah, kecuali....
a. Anak kecil ada kalanya merasakan rasa kehilangan terhadap seseorang yang ia sayangi.
b. Anak kecil selalu menangis jika ia dalam keadaan sedih.
c. Semua orang akan merasa terpukul jika suatu hal yang berarti meninggalkan ia pergi, termasuk juga anak-anak.
d. Anak kecil tidak pernah merasakan dirinya bahagia.

14. Bacalah cerita anak di bawah ini!
Kancil berlari kencang. Ia takut menyebrangi sungai itu. “Wahai, buaya sahabatku! Tolonglah seberangkan aku sampai di sana! Kamu nanti akan aku beri hadiah.”
Relevansi kutipan fabel di atas dengan situasi sekarang, kecuali.....
a. Orang yang mencari pertolongan dengan menjanjikan imbalan.
b. Orang yang meminta pertolongan dengan pamrih.
c. Orang yang tulus memberi pertolongan.
d. Orang yang besar hati karena mau menolong.

15. Bacalah cerita anak di bawah ini!
Rena terdiam. Ucapan mama benar juga. Piano itukan mahal. Sayang banget kalau disia-siakan. Lagi pula yang lebih banyak waktu untuk setia main pianokan bukan cuma dia sendiri.
Ah, hati Rena jadi terusik. Kini dihatinya tertanam keinginan untuk lebih dalam lagi mempelajari musik.
Sikap tokoh yang juga ditemukan dalam realitas kehidupan, kecuali....
a. Menyia-nyiakan waktu luang.
b. Memiliki piano mahal.
c. Tidak memanfaatkan waktu dengan baik.
d. Menyia-nyiakan kesempatan yang ada.

16. Bacalah cerita anak di bawah ini!
“Dita mau ayam goreng!” rengek Dita. “Sebentar sayang, sabar ya!”, ibu masih sibuk di dapur. “Ibu, Dita lapar nih!” teriak Dita lagi. Ibu menggoreng ayam terburu-buru. Tiba-tiba penggorengan jatuh. Minyak panas mengenai ibu. “Allahuakbar!” Ibu menjerit. Dita turun dari bangkunya dan berlari ke dapur. “Ibu..!” teriak Dita. “Astagfirullah...” rintih Ibu. “Ibu maafkan Dita, ya Bu!” ucap Dita menyesal.
Hal negatif yang berada pada penggalan cerita di atas adalah....
a. Dapat menerima apapun pada orang tua sendiri.
b. Bicara dengan keras saat meminta sesuatu.
c. Bicara yang sopan kepada orang tua dan harus bersabar dalam menunggu.
d. Harus segera memenuhi keinginan anak.

17. Amanat yang terdapat dalam cuplikan cerita tersebut adalah...
a. Seseorang anak yang tidak sabar dalam meminta sesuatu pada ibunya.
b. Seorang ibu yang selalu menuruti keinginan anaknya.
c. Melakukan pekerjaan yang terlalu terburu-buru dapat mengakibatkan celaka.
d. Seorang anak yang menyukai ayam goreng.

18. Burung Cenderawasih

Ada seorang ibu yang memiliki seoranganak laki-laki pemalas. La Ane namanya. Ayahnya sudah lama meninggal. Tiap hari ibunya bekerja sendiri dari pagi sampai sore menanam ubi dan jagung di ladangnya. Setiap hari selama ibunya bekerja, La Ane hanya bermain gasing. Kalau sudah lapar, ia baru pulang untuk makan. Di rumah, ibunya sudah menyediakan makanan di piring.
Suatu hari, karena sudah kesal, si Ibu tidak lagi menyediakan makanan untuk La Ane. Ia mengganti makanan dengan potongan gasing dan tali gasing yang disimpan di dalam piring. Tentu saja La Ane sedih dan kelaparan. Kejadian menakjubkan terjadi. Tiba-tiba sekujur tubuh La Ane dipenuhi bulu berwarna-warni, indah dan berkilauan. Dalam sekejap ia pun berubah menjadi burung cendrawasih.
Ibu kaget melihat anaknya sudah menjadi seekor burung yang berbulu sangat indah. Ia sangat sedih, “Maafkan ibu, Nak. Kalau kamu tidak nakal mungkin kejadiannya tidak akan seperti ini,“kata ibunya sambil menangis. Cendrawasih lalu terbang jauh ke dalam hutan papua.
Berdasarkan jenisnya, cerita di atas tergolong ke dalam
...
a. Legenda c. Parabel
b. Fabel d. Hikayat

19.Ayam Jantan Milik Rubah

Ada seekor rubah yang sombong dan cerdik. Suatu hari, ia bertemu dengan seekor ayam jantan yang juga terkenal paling cerdik di peternakan.
”Katanya kau sangat cerdik, coba bisakah kau memejamkan matamu sambil berteriak!” tantang rubah. Tanpa curiga si ayam jantan memejamkan matanya. Tapi tiba-tiba rubah meneram dan mengigit lehernya. Saat hendak lari, petani melihatnya,
“Hei, lepaskan. Itu ayamku!”.
Dengan suara tercekik ayam jantan masih sempat menasehati si Rubah,
”Katakan pada petani jika aku adalah ayam milikmu!”
Saat rubah akan berkata seperti itu, ia pun melepaskan gigitannya, sehingga kesempatan itu tidak disia-siakan ayam jantan. Ia langsung lari dan terbang ke atas pohon.Ayam jantan pun selamat dan kali ini rubah mengakui kecerdikan si ayam jantan.

Pesan yang disampaikan dari fabel tersebut adalah . . .
a. Kecerdikan bukan untuk disombongkan.
b. Menantang seorang yang cerdik.
c. Ayam jantan milik rubah.
d. Rubah yang sombong dan cerdik

20. Laura anak yang sering membangkang perkataan orang tua, dia suka melakukan sesuatu sesukanya tanpa memikirkan akibatnya. Suatu hari ibunya sudah melarang Laura supaya segera mengerjakan pekerjaan rumah yang diberikan guru.Tetapi dia mengabaikannya. Akibatnya Laura dihukum oleh guru. Masalah yang terjadi pada cerita di atas adalah…..
a. Laura anak yang pembangkang.
b. Laura anak yang baik.
c. Laura anak yang rajin.
d. Laura anak yang dihukum guru.






1. Apa yang kamu ketahui tentang teks fabel, cerpen dan cerita moral?

2. Apa saja perbedaan yang kamu temukan dari cerita “Bayangan” dan “Kisah Sura dan
Baya” serta “Cermin Sindiran”?

3. Cerita moral/fabel dapat diklasifikasikan ke dalam 2 jenis, sebutkan dan jelaskan!

4. Baca, pahami dan revisilah cerita ”Cermin Sindiran”!

5. Identifikasilah kekurangan pada teks cerita fabel yang berjudul “Kisah Sura dan Baya”!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Contoh Ulasan Artikel Jurnal Penelitian

Contoh Proposal Kegiatan Bulan Bahasa di Sekolah

Ringkasan dan contoh soal Materi Bertelepon dengan kalimat yang sopan dan efektif, Modul Bahasa Indonesia Kelas 7SMP Semester 2 Budiwijaya Karangan Alvian Kurniawan