Artikel Penelitian Sikap Bahasa dan Sastra Indonesia

ARTIKEL PENELITIAN
SIKAP BERBAHASA DAN BERSASTRA INDONESIA SISWA KELAS XI MIPA SMA BINA SRIWIJAYA INDONESIA


disusun oleh:

ALVIAN KURNIAWAN
Nomor Induk Mahasiswa 06012681519029
Bidang Kajian Utama Pendidikan Bahasa Indonesia
Program Studi Magister Pendidikan Bahasa

Mata Kuliah : Seminar Bahasa dan Sastra Indonesia
Dosen Pengasuh :
1. Prof. Dr. Nurhayati., M.Pd.
2. Prof. Dr. Mulyadi Eko Purnomo, M.Pd.





FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
PALEMBANG
2016
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

SIKAP BERBAHASA DAN BERSASTRA INDONESIA SISWA KELAS XI SMA BINA SRIWIJAYA INDONESIA
Alvian Kurniawan
Universitas Sriwijaya
alviankurniawan85@yahoo.com

ABSTRAK: Penelitian ini bertujuan untukmendeskripsikan mengenai sikap berbahasa dan bersastra Indonesia siswa kelas XI di SMA Bina Sriwijaya Indonesia (BSI) Palembang. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif analisis dengan teknik pengumpulan data melalui angket. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa sikap siswa kelas XI SMA Bina Sriwijaya Indonesia (BSI) Palembang terhadap bahasa Indonesia tergolong positif dan sangat positif. Angka indeks menunjukan bahwa semua aspek sikap bahasa dan sastra Indonesia siswa telah melampaui 50%. Adapun rincian rata-rata setiap aspek sikap bahasa, yaitu: (1) aspek penerimaan sebesar 76%, (2) aspek sambutan sebesar 78%, (3) aspek apresiasi sebesar 78%, (4) aspek internalisasi sebesar 72%, dan (5) aspek karakterisasi sebesar 66%.

Kata Kunci: sikap bahasa, sikap sastra, positif, angket

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

PENDAHULUAN

Bahasa sebagai alat komunikasi dan alat interaksi yang dapat dikaji secara internal maupun eksternal. Kajian secara internal meliputi struktur: fonologi, morfologi, dan sintaksis. Kajian internal menghasilkan perihal bahasa tanpa ada kaitannya dengan masalah di luar bahasa. Sebaliknya, kajian secara eksternal berarti kajian terhadap hal-hal atau faktor-faktor yang berada di luar bahasa yang berkaitan dengan pemakaian bahasa oleh para penutur di dalam kelompok-kelompok sosial masyarakat.Pengkajian secara eksternal akan menghasilkan kaidah-kaidah yang berkenaan dengan kegunaan dan penggunaan bahasa dalam segala kegiatan manusia di dalam masyarakat.

Kajian bahasa secara internal dan eksternal dapat diperoleh dari pengajaran bahasa Indonesia. Fasila (2013) menyatakan bahwa pengajaran bahasa Indonesia memiliki tujuan agar penuturnya memiliki (a) keterampilan berbahasa Indonesia; (b) pengetahuan yang baik mengenai bahasa Indonesia, dan (c) sikap positif terhadap bahasa Indonesia, termasuk sastranya.

Untuk mengetahui ketercapaian tujuan tersebut, maka diperlukan tes khusus mengenai sikap berbahasa dan bersastra pada siswa. Menurut Nurgiyantoro (1987:325), “Tes kompetensi kebahasaan adalah tes yang dimaksudkan untuk mengungkapkan pengetahuan kebahasaan peserta didik”. Tes tersebut dapat menjadi bahan evaluasi, sehingga pada akhir pengajaran akan dapat diketahui tujuan yang dirumuskan tercapai atau tidak. Hasil ketercapaian tersebut dapat dijadikan oleh guru untuk mengembangkan pembelajaran bahasa dan sastra selanjutnya.

Berdasarkan uraian di atas, penulis menganggap perlu melakukan penelitian mengenai sikap berbahasa dan bersastra Indonesia siswa kelas XI MIPA SMA Bina Sriwijaya Indonesia. Adapun rumusan masalah yang akan dikaji pada penelitian ini adalah “Bagaimanakah sikap berbahasa dan bersastra Indonesia siswa kelas XI MIPA di SMA Bina Sriwijaya Indonesia (BSI) Palembang?”.Selain itu, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendeskripsikan mengenai sikap berbahasa dan bersastra Indonesia siswa kelas XI MIPA di SMA Bina Sriwijaya Indonesia (BSI) Palembang.

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara teoretis maupun praktis.Secara teoretis, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk memberikan sumbangan dalam penerapan disiplin ilmu bahasa dan sastra.Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat (1) dijadikan sebagai salah satu referensi bagi mahasiswa yang berminat meneliti sikap berbahasa dan bersastra Indonesia; (2) bagi metode pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia, agar dapat menjadi petunjuk metode pratikum ketika melakukan penelitian yang serupa, dan (3)tindak lanjut pengembangan yang harus dilakukan guru selanjutnya.


METODE PENELITIAN

Tujuan dapat tercapai dengan suatu metode. Pendapat ini juga dikemukan oleh Muda (2008: 32) yang menyatakan bahwa metode adalah cara sistematis dan berfikir secara baik untuk mencapai tujuan, prinsip, dan praktek-praktek pengajaran bahasa.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kuantitatif. Sudartha (2015) menyatakan bahwa metode deskriptif kuantitatif merupakan metode yang datanya diperoleh dari sampel populasi penelitian yang kemudian dianalisis sesuai dengan metode statistik yang digunakan kemudian diinterpretasikan.

Penelitian ini dilakukan di SMA Bina Sriwijaya Indonesia (BSI) Palembang tahunajaran 2015—2016. Subyek penelitian ini mengambil populasi siswa kelas XI Mipa 1 dan XI Mipa 2. Sugiyono (2008:115) menyatakan bahwa populasiadalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu. Poopulasi yang diambil sebanyak 50 (lima puluh) siswa.
Data Penelitian berupa pengetahuan empiris tentang sikap bahasa dan sastra pada siswa dan faktor-faktor penyebab sikap bahasa dan sastra pada siswa. Data sikap bahasa dan sastra berkaitan dengan 1) Sikap siswa terhadap bahasa dan sastra Indonesia dan 2) Sikap siswa dalam berbahasa dan bersastra Indonesia di sekolah dan di luar sekolah.

Menurut Setyosari (2015:232), Skala dapat didefinisikan sebagai suatu kumpulan atau kategori yang memuat pernyataan terhadap respon yang diberikan kepada responden pada pernyataan, objek atau nilai tertentu. Angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner model skala Likert. Respon pernyataan sikap berbahasa dalam penelitian ini ada empat, yaitu kategori Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS). Angket sikap berbahasa disusun sebanyak dua puluh butir soal, yaitu empat butir pernyataan komponen penerimaan, empat butir pernyataan komponen sambutan, empat butir pernyataan komponen apresiasi, empat butir soal komponen internalisasi, dan empat butir soal komponen karakterisasi.

Angket faktor-faktor yang mempengaruhi sikap berbahasa siswa terdiri atas sepuluh pertanyaan. Dua pertanyaan berkaitan dengan pengalaman siswa, dua pertanyaan berkaitan dengan emosional, dua pertanyaan tentang pengaruh lingkungan, dan dua pertanyaan tentang pengaruh media massa. Berikut adalah tabel rincian kisi-kisi soal faktor yang mempengaruhi sikap berbahasa.

Respons pernyataan sikap bersastra Indonesia dalam penelitian ini ada empat, yaitu kategori Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS). Angket sikap bersastra disusun sebanyak sepuluh butir soal, yaitu dua butir pernyataan komponen penerimaan, dua butir pernyataan komponen sambutan, dua butir pernyataan komponen apresiasi, dua butir soal komponen internalisasi, dan dua butir soal komponen karakterisasi. Berikut adalah tabel rincian kisi-kisi soal sikap bersastra Indonesia.

Angket faktor-faktor yang mempengaruhi sikap bersastra siswa terdiri atas sepuluh pertanyaan. Dua pertanyaan berkaitan dengan pengalaman siswa, tiga pertanyaan berkaitan dengan emosional, tiga pertanyaan tentang pengaruh lingkungan, dan dua pertanyaan tentang pengaruh media massa. Berikut adalah tabel rincian kisi-kisi soal faktor yang mempengaruhi sikap bersastra.

Teknik yang digunakan adalah angket dan observasi. Adapun langkah-langkah dalam menganalisis data adalah sebagai berikut. (1) Mendata dan menglasifikasikan jawaban responden. (2) Menghitung bobot nilai dengan rumus jumlah jawaban per pilihan dikali dengan nilai setiap pilihan. Adapun nilai setiap pilihan, yaitu: sangat setuju diberi nilai 4; setuju diberi nilai 3; tidak setuju diberi nilai 2; sangat tidak setuju diberi skor 1. (3) Menentukan nilai tertinggi (Y) dan nilai terendah (X). (4) Menghitung total nilai per soal dengan cara menjumlahkan bobot nilai pilihan A, B C, dan D. (5) Menghitung persentase (%) indeks dengan rumus = total nilai x nilai tertinggi (Y) : 100. (6) Menentukan kategori tolok ukur sikap bahasa dan sastra Indonesia dengan diwujudkan dalam rentang indeks 0% sampai 100% dengan pengertian bahwa angka 0%--50% menunjukkan sikap yang rendah atau negatif, sedangkan 51%--100% menunjukkan sikap yang paling positif. Untuk keperluan penafsiran indeks selanjutnya, ditetapkan rentang indeks seperti dalam tabel berikut. (7) Menafsirkan hasil penelitian. Selain itu, pada angket skala sikap perlu diperkuat dengan hasil pengamatan tentang penggunaanbahasa Indonesia saat siswa berkomunikasi dan berinteraksi dengan warga sekolah. Sedangkan, sikap sastra dilihat dari kebiasaan siswa selama ini terhadap kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan apresiasi sastra.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil analisis, siswa-siswi kelas XI SMA BSI Palembang menerima bahasa Indonesia secara positif dan sangat positif. Para siswa menyatakan sangat setuju bahwa bahasa Indonesia harus diterima melalui pendidikan formal dan nonformal. Selain itu, dengan pendidikan formal dan nonformal itulah siswa-siswi akan mendapat banyak pengetahuan mengenai kosa kata dan kaidah kebahasaan yang sangat membantu dalam penerimaan bahasa sebagai jalinan kognitif mereka. Hal tersebut dibuktikan dengan indeks presentase mencapai 85%. Kemudian, ketidaksetujuan juga banyak disampaikan para siswa terhadap pernyataan yang menyatakan bahwa mereka tidak peduli terhadap penerimaan bahasa Indonesia. Sebanyak 61% para siswa menganggap bahasa Indonesia penting diterima dalam aspek pengetahuan, meskipun di sisi lain, siswa juga harus menerima masukan mengenai bahasa asing dan daerah. Secara konaktif, sebanyak 72% responden mengemukakan bahwa mereka tidak setuju jika siswa tidak perlu bergabung dengan tempat les untuk mengetahui lebih detil mengenai bahasa Indonesia.

Dari aspek penyambutan, siswa menyambut bahasa Indonesia dengan sangat positif dan positif. Dalam hal ini, 86% siswa menyatakan sangat setuju dalam menyambut pelajaran bahasa Indonesia di sekolah, sebab melalui sikap tersebut siswa percaya bahwa mereka akan menguasai bahasa Indonesia dengan baik. Siswa juga menyambut dengan bangga terhadap pernyataan yang mengemukakan bahwa ada rasa bangga dalam diri siswa saat menggunakan bahasa Indonesia saat berkomunikasi dengan lingkungan sekitarnya. Para siswa juga menunjukan sikap positifnya dalam menolak pernyataan yang menyatakan bahwa banyak orang yang tidak bangga saat menggunakan bahasa Indonesia dalam berkomunikasi lisan. Pernyataan ini direspon dengan persentase indeks mencapai 61%. Lalu, sebanyak 76% siswa menyatakan ketidaksetujuan mereka terhadap pernyataan yang menyatakan bahwa banyak siswa yang tidak nyaman apabila diajak berkomunikasi lisan dengan bahasa Indonesia.

Sikap positif dan sangat positif juga terlihat dari aspek apresiasi siswa terhadap bahasa Indonesia. Sebanyak 76%, siswa menyatakan ketidaksetujuan mereka terhadap pernyataan pelajaran bahasa Indonesia di sekolah tidak terlampau berpengaruh terhadap kecintaan siswa kepada bahasa Indonesia. Bahkan, 74% siswa menyatakan bahwa siswa paling menyukai pelajaran bahasa Indonesia di kelas. Siswa juga merasakan manfaat yang besar, saat mengapresiasi bahasa Indonesia. Hal ini didukung dengan fakta yang menyatakan bahwa 85%, kesenangan menggunakan bahasa Indonesia dalam kehidupan seharihari dapat memberikan manfaat dalam hidup siswa. Selain itu, apresiasi tinggi dari siswa terhadap kegiatan-kegiatan yang berorientasi pada bahasa Indonesia, seperti: pidato, menulis artikel, dan lain-lain.

Secara internalisasi atau penghayatan siswa terhadap bahasa Indonesia, menunjukan skala positif dan sangat positif. Sebesar 79% responden menyatakan setuju jika bahasa Indonesia harus dihayati karena bermanfaat dalam hidup. 79% responden pun menyatakan ketidaksetujuan terhadap sikap yang membandingkan bahasa Indonesia tidak seistimewa bahasa asing. Pelajaran bahasa Indonesia harus dihayati siswa, sebab 51% responden menyatakan bahwa bahasa Indonesia memiliki keunikan dalam bentuk struktur dan ciri dibanding bahasa lain seperti bahasa daerah. Penghayatan tersebut juga akan menjadikan penguat sebab apabila siswa sungguh-sungguh menghayati bahasa Indonesia, tidak ada yang tidak mungkin bahwa suatu saat nanti siswa dapat menjadi seorang pembicara ataupun penulis yang handal.

Banyak siswa juga merespon positif terhadap karakterisasi bahasa Indonesia. Sebanyak 74% responden menyatakan bahwa bahasa Indonesia itu unik. 74% siswa juga menyatakan bahwa bahasa Indonesia itu istimewa. Bahasa Indonesia memiliki struktur dan ciri yang berbeda dibanding bahasa lain, seperti bahasa daerah. Hal ini diperkuat dengan jawaban sebanyak 60% dari responden. Selain itu, sebanyak 87% responden menyatakan kekhawatiran mereka, terhadap keaslian bahasa Indonesia. Siswa mengaku bahwa saat menggunakan bahasa Indonesia, banyak istilah bahasa asing dan daerah sering tersisipkan dalam konteks percakapan.

Faktor lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi sikap bahasa Indonesia siswa. Sebanyak 87% indeks responden menyatakan sikap sangat setuju terhadap pendapat yang mengemukakan bahwa lingkungan yang terbiasa menggunakan bahasa Indonesia akan menjadikan siswa menjadi percaya diri saat menggunakan bahasa Indonesia. Jumlah indeks demikian jelasnya memperlihatkan bahwa siswa memiliki respon positif bahwa lingkungan akan mempengaruhi rasa percaya diri siswa itu sendiri. Selain itu, secara konantif sebanyak 67% indeks responden menyampaikan penolakan terhadap ungkapan yang menyatakan tidak perlu menggunakan bahasa Indonesia apabila lingkungan sekitar siswa tidak menggunakan bahasa Indonesia.

Faktor selanjutnya yang mempengaruhi sikap siswa terhadap bahasa Indonesia adalah emosional. Indeks menunjukan rasio yang sangat positif terhadap kekaguman siswa terhadap orang-orang yang berbicara bahasa Indonesia. Data mengungkapkan bahwa persentasi indeks mencapai 80%. Selain itu, sebanyak 49% ressponden menyatakan bahwa mereka kadang merasa malu apabila mencoba berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia dengan teman sebayanya. Namun, 61% indeks menyatakan bahwa responden merasakan tidak malu berbahasa Indonesia saat berkomunikasi dengan teman sebaya mereka.
Faktor pengaruh penggunaan bahasa Indonesia juga berasal dari faktor pengalaman. Indeks sebesar 29% menyatakan jika siswa pernah dicemooh teman mereka saat menggunakan bahasa Indonesia. Namun, persentase tersebut lebih kecil dibanding pernyataan positif bahwa cemooh teman tidak berpengaruh kepada rasa percaya diri mereka untuk menggunakan bahasa Indonesia. Di sisi lain, sebesar 84% indeks data mengemukakan hasil bahwa saat mereka berbahasa Indonesia dan dipuji oleh seseorang, maka pujian tersebut akan menambah percaya diri siswa untuk terus berkomunikasi dengan bahasa Indonesia.

Faktor media massa pun menjadi faktor selanjutnya yang memengaruhi sikap berbahasa Indonesia siswa. Sebesar 53% indeks data menyatakan bahwa siswa setuju jika bahasa gaul yang sering dipergunakan artis dapat memengaruhi sikap bahasa Indonesia. Siswa akan mengikuti bahasa gaul tersebut dan terkadang akan mencampurkan dengan bahasa Indonesia yang benar. Selain itu, kebakuan bahasa Indonesia pada mediia cetak mendapatkan respon sebesar 78% sebagai faktor yang mempengaruhi penggunaan bahasa Indonesia yang benar dalam tulisan. Selain itu, 68% data indeks mengemukakan bahwa kemampuan siswa akan terlatih saat menulis dengan bahasa Indonesia apabila melihat tulisan-tulisan di berbagai media sosial seperti facebook, tweeter dan lain-lain.

Dari hasil penelitian, diketahui bahwa aspek penerimaan sastra menunjukan indeks positif dan sangat positif. Sebesar 67% responden menyatakan ketidaksetujuan siswa apabila siswa menolak penerimaan hal-hal yang berhubungan dengan sastra dalam diri siswa. Disamping itu, 80% responden menyatakan sangat setuju apabila siswa memerlukan pelajaran sastra untuk pengetahuan siswa terhadap sastra.

Indeks positif juga dapat diketahui dari aspek penyambutan siswa terhadap sastra. Sebesar 73%, indeks menyatakan bahwa siswa merasa tertarik apabila dihadapkan dengan hal-hal yang berhubungan dengan sastra. Selain itu, sebesar 71% siswa menyatakan kesiapannya untuk terlibat dalam perbincangan atau diskusi mengenai sastra.

Secara apresiasi, indeks menempatkan sikap siswa pada skala sangat positif. Sebesar 76% siswa menganggap perlu pelajaran yang berhubungan dengan apresiasi sastra masa kini, guna keperluan dalam kehidupan nyata. Di samping itu, 79% indeks menyatakan jika siswa berkeinginan untuk selalu terlibat dalam kegiatan mengapresiasi sastra, seperti: menonton pergelaran teater, drama, musikalisasi puisi dan lain-lain.

Aspek karakterisasi mendapatkan respon yang positif dari siswa. Indeks sebesar 72% menyatakan bahwa siswa cenderung sesekali memerhatikan keunikan yang dimiliki oleh sastra Indonesia. Sebanyak 70% siswa pun mengingini kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan menganalisis kandungan suatu sastra.

Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa faktor pertama yang memengaruhi sikap siswa terhadap sastra adalah pengalaman memberikan pengaruh kepada sikap siswa terhadap sastra. Tercatat sebesar 59%, siswa setuju apabila faktor minim pengalaman terhadap pembacaan sastra mengakibatkan siswa menjadi kurang menyukai karya sastra. Sedangkan, sebesar 67% berpendapat bahwa dengan memiliki pengalaman membaca sastra yang baik, maka akan memudahkan siswa memahami teks-teks sastra.

Faktor kedua yang memengaruhi sikap terhadap sastra adalah emosional. Sebesar 78%, sikap siswa terhadap pembacaan sastra dengan penuh penghayatan akan menambah cinta siswa terhadap karya sastra. Bagi sebanyak 65%, siswa menyadari bahwa terkadang siswa kurang menggemari membaca sastra sehingga siswa merasa malas untuk memulai. Namun, bagi 76% responden menyatakan kesetujuannya apabila sastra dapat memberikan hiburan bagi diri siswa itu sendiri.

Faktor ketiga yang memengaruhi sikap siswa terhadap sastra adalah lingkungan. 56% responden mengaku bahwa lingkungan sekitar siswa tidak terlampau menyukai kegiatan membaca sastra. Namun, meskipun kurang menyukai kegiatan membaca, sebesar 68% responden menyatakan bahwa mereka suka menyaksikan pertunjukan yang berhubungan dengan sastra. Siswa juga mengaku bahwa mereka sering mendapatkan ajakan dari siswa yang lain untuk menyaksikan pementasan-pementasan tentang sastra. Dari pementasan tersebut, sebanyak 76% menyatakan sering terlibat dalam pembicaraan-pembicaraan yang berhubungan dengan sastra.

Faktor keempat yang memengaruhi sikap siswa terhadap sastra adalah media massa. Respon sangat positif dari responden yang menyatakan bahwa membaca wacana sastra di media massa dapat memberikan inspirasi dalam menulis karya sastra. Pernyataan tersebut didukung sebanyak 76% responden. Selain itu, penolakan terjadi pada 63% responden terhadap pernyataan yang mengungkapkan menulis karya sastra di media massa kurang digemari. Siswa mengaku sering membuat cerita atau puisi di media sosial seperti tweeter, facebook, dan lain-lain.

SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis terhadap lima puluh responden melalui angket dan observasi, dapat diketahui bahwa sikap siswa kelas XI SMA Bina Sriwijaya Indonesia (BSI) Palembang terhadap bahasa Indonesia tergolong positif dan sangat positif. Angka indeks menunjukan bahwa semua aspek sikap bahasa dan sastra Indonesia siswa telah melampaui 50%. Adapun rincian rata-rata setiap aspek sikap bahasa, yaitu: (1) aspek penerimaan sebesar 76%, (2) aspek sambutan sebesar 78%, (3) aspek apresiasi sebesar 78%, (4) aspek internalisasi sebesar 72%, dan (5) aspek karakterisasi sebesar 66%.

Selain sikap siswa terhadap bahasa, sikap siswa kelas XI SMA Bina Sriwijaya Indonesia (BSI) Palembang terhadap sastra Indonesia juga menunjukan skala positif dan sangat positif. Adapun rincian indeks setiap aspek yaitu: (1) aspek penerimaan sebesar 74%, (2) aspek sambutan sebesar 72%, (3) aspek apresiasi sebesar 78%, (4) aspek internalisasi sebesar 72%, dan (5) aspek karakterisasi sebesar 71%.
Sikap siswa kelas XI SMA Bina Sriwijaya Indonesia (BSI) Palembang terhadap bahasa dan sastra Indonesia dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti: (1) faktor pengalaman, (2) faktor emosional, (3) faktor lingkungan, dan (4) faktor media massa.

SARAN
Berdasarkan hasil uji coba sikap bahasa dan sastra Indonesia terhadap siswa kelas XI SMA Bina Sriwijaya Indonesia (BSI) Palembang, diharapkan bagi setiap siswa untuk meningkatkan rasa kepedulian terhadap bahasa dan sastra Indonesia. Demikian pula kepada guru-guru bidang studi bahasa dan sastra Indonesia untuk terus memotivasi siswa agar terus mencintai bahasa dan sastra Indonesia dan melakukan pengembangan pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia yang menarik.
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------



DAFTAR PUSTAKA

Muda, Ahmad AK. (2008).Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Jakarta, Indonesia: Reality Publisher.

Akaadiah, Sabarti. (1988). Evaluasi dalam Pengajaran Bahasa. Jakarta, Indonesia: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Fasila, Nur. (2013). “Sikap Berbahasa Indonesia Siswa Kelas IX dan Implikasinya Terhadap Pembelajaran Bahasa Indonesia”. Jurnal Program Studi Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Lampung. 1-12.

Nurgiyantoro, Burhan. (1987). Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. Yogyakarta, Indonesia: BPFE.

Sugiyono. (2015). Metodologi Penelitian Pendidikan:Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan RnD. Bandung, Indonesia:Alfabeta.

Setyosari, Punaji. (2015). Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan. Jakarta, Indonesia:Prenadamedia Group.


Sudartha, Widi. (2014). Metoodologi Penelitian. (diunduh tanggal 21 April 2010) dari http://widisudharta.weebly.com/metode-penelitianskripsi.html










Komentar

Postingan populer dari blog ini

Contoh Ulasan Artikel Jurnal Penelitian

Contoh Proposal Kegiatan Bulan Bahasa di Sekolah

Novelet "“NOVELETE KETIKA AKU HARUS …” Oleh: Alvian Kurniawan