Mengenal Berita Televisi

A. Mengenal Berita Televisi

Apakah Anda pernah menyaksikan tayangan berita di televisi? Jika pernah, tahukah Anda arti kata berita? Ternyata istilah berita secara etimologi berasal dari bahasa Sansekerta yang berbunyi “vrit” yang dalam bahasa Inggris disebut “write” yang berarti “ada” atau “terjadi”. Ada juga yang menyebut dengan istilah “vritta” yang artinya “kejadian” atau “yang telah terjadi”. Istilah “vritta” dalam bahasa Indonesia kemudian menjadi “berita” atau “warta”. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (daring), kata berita berarti keterangan tentang peristiwa yang hangat.

Berita televisi erat kaitannya dengan istilah jurnalistik televisi. Junaedi (2013:21) menjelaskan bahwa berita televisi merujuk pada praktik penyam-paian berita terbaru dari beragam peristiwa melalui media televisi.

Berita televisi merujuk kepada format berita yang dikemas secara audio-visual. Artinya, berita televisi disampaikan kepada masyarakat dalam bentuk suara dan gambar. Karena disampaikan dalam dua format, maka berita televisi tidak hanya mempertimbangkan ketersediaan data saja, melainkan ketersediaan gambar juga harus dimiliki sebagai arsip di televisi.

B. Jenis-jenis Berita Televisi

Banyak sumber yang menjelaskan jenis-jenis berita secara beragam. Menurut Effendy (dalam Baksin, 2009:83—92), jenis berita televisi ada empat, yaitu sebagai berikut.
1) Warta berita (straight newscast/spot newscat/spot news) adalah jenis berita yang merupakan laporan tercepat mengenai suatu peristiwa yang terjadi di masyarakat yang disiarkan setiap satu jam sekali selama kira-kira 15 menit.
2) Pandangan mata (on the spot telecast) adalah jenis berita yang disiarkan langsung dari tempat yang diberitakan. Kemudian, karena memperhatikan perkembangan peristiwa, maka penyiarannya diundur beberapa waktu tanpa proses editing atau pembuangan bagian peristiwa tertentu.
3) Wawancara udara (interview on the air) adalah jenis berita yang dilakukan pewawancara dan dengan terwawancara yang umumnya berlangsung rata-rata 10 menit.
4) Komentar (commentary) adalah jenis berita yang berisi uraian analisis mengenai fakta yang telah disiarkan sebelumnya pada program warta berita (straight newscast).

Pendapat lain mengenai jenis-jenis berita televisi dikemukakan oleh Wahyudi (dalam Bakhsin, 2009: 93—99), yang menjelaskan bahwa berita televisi dibagi menjadi dua, yaitu sebagai berikut.
1) Berita terkini adalah berita yang di dalamnya berisi uraian peristiwa yang terjadi hari ini.
2) Berita berkala adalah berita yang penyajiannya tidak terikat oleh waktu.

Berdasarkan kedua sumber di atas, dapat disimpulkan bahwa jenis berita televisi berdasarkan sifatnya terbagi menjadi dua, yaitu: a) berita terkini; dan b) berita berkala. Untuk lebih rincinya, perhatikan bagan jenis-jenis berita televisi berikut ini!







Bagan 1.1
Jenis-jenis Berita Televisi













C. Karakteristik Televisi

Menurut Sumadiria (2014:128), televisi memiliki karakteristik sebagai berikut.
1) Bersifat tidak langsung, karena beberapa berita terjadi proses pengeditan agar dapat memperkecil dampak negatif tayangan acara-acara yang dinilai meresahkan masyarakat.
2) Bersifat satu arah, maksudnya siaran televisi hanya bisa diterima oleh pemirsa. Pemirsa tidak bisa menyela ataupun melakukan interupsi saat itu.
3) Bersifat terbuka, maksudnya tidak ada pembatasan letak geografis, usia biologis, bahkan tingkat akademis pemirsa.
4) Publik tersebar, maksudnya khalayak televisi tidak berada di suatu wila-yah, tetapi tersebar di berbagai wilayah dalam lingkup lokal, regional, nasional, bahkan internasional.
5) Bersifat selintas, maksudnya pesan-pesan yang disampaikan televisi hanya dapat didengar dan dilihat secara sepintas. Siarannya tidak dapat dilihat atau didengar ulang oleh pemirsa, kecuali dalam hal-hal khusus seperti pada adegan ulang secara lambat.

D. Syarat Kelayakan Berita
Junaidi (2013:7—10) menjelaskan bahwa kriteria kelayakan berita adalah sebagai berikut.
1) Timeliness dan immediacy, artinya peristiwa yang baru saja terjadi (aktual) merupakan peristiwa yang layak menjadi berita.
2) Proximity, artinya peristiwa yang mengandung unsur kedekatan dengan pemirsa seperti geografis dan emosional.
3) Conflict, artinya masalah yang berbentuk fisik (perseteruan antarkelompok) dan nonfisik (perbedaan pendapat) umumnya akan menarik perhatian khalayak.
4) Eminence and prominence, artinya menyangkut peristiwa orang yang terkenal.
5) Consequence and impact, artinya peristiwa yang memiliki konsekuensi pada kehidupan khalayak serta menimbulkan rangkaian peristiwa lain.
6) Human interest, artinya peristiwa yang menarik perhatian dan menyentuh perasaan khalayak.

F. Istilah-istilah Program Web dalam Berita Televisi

Pada sub pembahasan sebelumnya, telah dibahas bahwa berita bersifat audio-visual. Artinya, selain dapat diterima melalui bunyi-bunyi, berita juga diterima melalui gambar. Pada umumnya, gambar dalam berita televisi dilengkapi dengan istilah-istilah yang lazim dikenal dalam pemberitaan.

Istilah-istilah ini berlaku secara umum, tetapi tidak semua stasiun televisi dan program memakainya, tergantung keperluan dari tiap-tiap stasiun televisi. Berikut ini adalah istilah-istilah program web dalam berita.
1) OBB/CBB (Opening Bumper Break/Closing Bumper Break), yaitu iden-titas judul suatu program berupa animasi dan grafis dengan durasi 15–30 detik.
2) Bumper in/out, yaitu animasi grafis yang menjadi identitas program untuk masuk ke iklan ataupun sebaliknya pada saat program berlangsung.
3) Lower third, yaitu template grafis yang muncul di bagian sepertiga paling bawah dari layar televisi dengan informasi nama pembawa berita (anchor), reporter ataupun narasumber. Bisa juga berbentuk judul dari materi berita yang ditayangkan.
4) Highlight template, yaitu template yang berisi cuplikan dari materi di dalam program yang akan disajikan pada episode tersebut.
5) Sting, yaitu bumper di dalam program untuk menjelaskan segmen-segmen dalam sebuah program.
6) News ticker, yaitu template di bagian bawah seperti running text yang beri- si informasi singkat dari berbagai berita.
7) Virtual set, yaitu set presenter berita yang dibuat dengan compugraphic
dan dikomposisikan dengan presenter untuk keperluan on air berita.
8) Over the shoulder/picture box, yaitu gambar atau ilustrasi materi berita
yang dibawakan presenter. Biasanya terletak di pojok kanan atau kiri
presenter kira-kira di atas bahu presenter dengan tipe shooting medium
close up.
9) Window chit chat, yaitu template yang dipakai bila yang muncul di layar
televisi adalah presenter dan reporter di lapangan. Terdiri atas template
grafis dengan minimal dua window yang berisi gambar presenter di studio
dan gambar reporter yang melakukan peliputan langsung dari lokasi.
10) Beeper, yaitu template laporan telepon dari lokasi karena ketiadaan
gambar yang bisa di dapat dari lokasi. Biasanya berisi ilustrasi jenis
template dan foto serta nama narasumber atau reporter.
11) Flash bumper/transition, yaitu transisi singkat dengan durasi maksimal 1
detik untuk menyambung dari satu gambar ke gambar lain.
12) Graphic insert, yaitu berupa penjelasan grafis dalam sebuah program, bisa
berupa informasi peta, ilustrasi maupun graphic text.

E. Karakteristik Bahasa Teks Berita Televisi

Bahasa dalam teks berita menggunakan kaidah bahasa jurnalistik. Sumadiria (2014:14—20) menjelaskan bahwa karakteristik bahasa jurnalistik berlaku untuk semua bentuk media, salah satunya adalah televisi. Adapun karakteristik kebahasaan pada teks berita televisi adalah sebagai berikut.
1) Sederhana, yaitu selalu mengutamakan dan memilih kata atau kalimat yang paling banyak diketahui maknanya oleh pemirsa secara umum. Contoh: Polisi masih mengidentifikasi korban (kalimat ini sulit dimengerti), seharusnya: polisi masih menyelidiki nama dan alamat korban (lebih sederhana).
2) Singkat, yaitu langsung kepada pokok masalah, tidak bertele-tele. Hindari kata atau ungkapan yang tidak perlu, seperti: bahwa, oleh, adalah, untuk, agar, supaya, dari, tentang, mengenai, dan lain-lain.
3) Padat, yaitu setiap kalimat dan paragraf yang ditulis memuat banyak informasi penting dan menarik. Contoh: SEORANG PENUMPANG BUS YANG MENGALAMI KECELAKAAN LALU LINTAS DI JEMBATAN MUSI DUA SUDAH TIDAK BERNYAWA LAGI// (kalimat ini terlampau panjang), seharusnya: SEORANG PENUMPANG BUS TEWAS DALAM KECELAKAAN LALU LINTAS DI JEMBATAN MUSI DUA//
4) Lugas, yaitu tegas, tidak ambigu, sekaligus menghindari ungkapan yang bisa membingungkan pembaca, contohnya: si jago merah, buah simalakama, bertekuk lutut, penyesuaian harga (seharusnya kenaikan harga), dirumahkan (seharusnya diskor), dinonaktifkan (seharusnya dipecat).
5) Jelas, yaitu mudah ditangkap maksudnya, tidak baur dan kabur.
6) Jernih, yaitu bening, tidak menyembunyikan sesuatu yang lain yang bersifat negatif seperti prasangka atau fitnah.
7) Menarik, yaitu mampu membangkitkan minat dan perhatian khalayak pembaca, memicu selera baca.
8) Demokratis, yaitu tidak mengenal tingkatan, pangkat, kasta, atau perbedaan yang terdapat dalam sekelompok masyarakat yang diberitakan.
9) Populis, yaitu setiap kata harus akrab ditelinga, dimata, dan dibenak pikiran pemirsa.
10) Logis, yaitu harus dapat diterima atau tidak bertentangan dengan akal
sehat.
11) Gramatikal, yaitu kata yang dipakai dan dipilih dalam bahasa jurnalistik harus mengikuti kaidah tata bahasa yang baku.
12) Menghindari kata tutur, yaitu tidak menggunakan kata-kata yang digunakan dalam percakapan sehari-hari secara informal.
13) Menghindari kata dan istilah asing, yaitu tidak menggunakan kata-kata yang kurang dipahami pemirsa.
14) Pilihan kata (diksi) yang tepat, yaitu kata yang dipilih sesuai dengan tujuan pesan pokok yang ingin disampaikan kepada pemirsa.
15) Mengutamakan kalimat aktif karena lebih memperkuat pemahaman khala-yak daripada kalimat pasif. Contoh: PARA POLISI LALU LINTAS DIMINTA TURUN LANGSUNG MERAZIA KELENGKAP SURAT-SURAT KENDARAAN PARA PENGENDARA MOTOR. PERMINTAAN INI DISAMPAIKAN KAPOLDA SUMSEL// (kalimat berita ini pasif), seharusnya: KAPOLDA SUMSEL MEMINTA PARA POLISI LALU LINTAS TURUN LANGSUNG MERAZIA KELENGKAPAN SURAT-SURAT KENDARAAN PARA PENGENDARA MOTOR//
16) Menghindari kata yang hanya dipergunakan dalam satu kelompok tertentu, namun jika kata-kata tersebut terpaksa digunakan, sertakan penjelasannya. Contoh: JPU (Jaksa Penuntut Umum), SPJ (Surat Perintah Jalan), BKO (Badan Koordinasi Operasi), dan lain-lain.
17) Tunduk kepada kaidah etika.
18) Menggunakan kata sesuai dengan konteks, maksudnya teks berita harus memperhatikan konteks lingkungan penggunaannya, seperti dalam berita yang terkait dengan hukum, maka harus menggunakan kata-kata kajian yang sering digunakan pada bidang tersebut. Contoh: istilah tersangka yaitu orang yang diduga kuat sebagai pelaku tindak pidana; terdakwa yaitu seorang tersangka yang diadili di pengadilan; terpidana yaitu terdakwa yang sudah dijatuhi hukuman oleh hakim; tergugat yaitu orang yang dituntut dalam kasus perdata.
19) Hindari ungkapan bombastis, yaitu ungkapan yang berlebih-lebihan (hiperbol). Contoh: hancur berantakan, ludes dilalap si jago merah, luluh lantak, pecah berkeping-keping, dan lain-lain.
20) Objektif, yaitu bahasa yang terkesan netral dan tidak memihak.
21) Jangan mengulangi informasi, maksudnya informasi yang sudah disampaikan dalam intro jangan diulang kembali pada bagian lain.
22) Istilah harus diuji kembali, maksudnya perlu peninjauan ulang terhadap istilah-istilah yang dipergunakan.
23) Jangan terlalu banyak angka di dalam kalimat, kecuali diberikan grafik khusus agar pemirsa dapat mencerna informasi yang disampaikan. Angka 0—11 sebaiknya ditulis dengan huruf; Angka 12—999 sebaiknya ditulis dengan angka; Di atas angka 999 sebaiknya ditulis dengan gabungan angka dan huruf. Contoh: 500.650 ditulis 500 ribu 650.
24) Hati-hati mencantumkan jumlah korban, sebaiknya menggunakan angka kisaran.

G. Unsur-unsur Teks Berita Televisi

Junaedi (2013:11) menjelaskan bahwa untuk memahami jurnalisme terutama jurnalisme televisi, maka perlu mengetahui unsur berita yang dikenal dengan 5 W dan 1 H. Unsur-unsur ini dapat dijabarkan sebagai berikut.
1) What (apa) berkaitan dengan inti peristiwa atau tema yang diberitakan. Contoh: SMA BSI RAIH MEDALI DALAM TURNAMEN FUTSAL WALIKOTA CUP// Kalimat berita ini menunjukan yang terjadi adalah meraih medali.
2) Who (siapa) berkaitan dengan pihak yang melakukan atau yang terlibat dalam peristiwa. Contoh: POL PP TERTIBKAN PEDAGANG KAKI LIMA. Kalimat berita ini menunjukan who adalah POL PP dan pedagang kaki lima.
3) Where (di mana) berkaitan dengan tempat berlangsungnya peristiwa yang diberitakan. Contoh: MASYARAKAT KUNJUNGI PULAU KEMARO SAAT LIBUR IMLEK. Kalimat berita ini menunjukan where adalah Pulau Kemaro.
4) When (kapan) berkaitan dengan waktu terjadinya peristiwa yang diberitakan. Contoh: AKSI DEMO MAHASISWA TERJADI DI AMPERA PAGI TADI. Kalimat berita ini menunjukan when adalah pagi tadi.
5) Why (mengapa) berkaitan dengan keterangan mengenai penyebab
peristiwa itu bisa terjadi. Contoh lanjutan berita nomor 4, DEMO INI
TERJADI DALAM RANGKA MENOLAK KENAIKAN HARGA BBM//
6) How (bagaimana) berkaitan jalannya peristiwa yang terjadi.
Contoh: DEMO INI BERLANGSUNG SECARA TERTIB DAN TIDAK MENIMBULKAN
KEMACETAN JALAN RAYA//

H. Struktur Teks Berita Televisi

Junaedi (2013:41) menjelaskan bahwa struktur teks berita televisi dibagi menjadi empat, yaitu sebagai berikut.
1) Judul (headline) merupakan bagian yang penting dalam berita media cetak. Namun, dalam berita televisi judul tidak terlalu penting. Pada berita televisi, judul muncul setelah teras (lead in) berita dibaca oleh pembaca berita (anchor), dan muncul beberapa detik setelah gambar berita muncul. Judul berita televisi harus dibuat singkat, padat, dan jelas. Judul sebaiknya tidak lebih dari tujuh kata agar cepat dibaca dan dipahami oleh penonton.
2) Teras berita (lead in) merupakan bagian awal atau pembuka dalam
jurnalisme penyiaran televisi. Teras berita adalah kata, kalimat atau paragraf pertama dari keseluruhan naskah. Teras berita harus ditulis secara singkat dengan jumlah kata berkisar 20—30 kata. Teras berita (lead in) yang singkat ini berguna agar pemirsa mudah mencerna informasi yang dibaca oleh pembaca berita (anchor).
3) Badan berita (body) berfungsi memberikan penjabaran lebih detil tentang berita sebagai kelanjutan dari teras berita. Badan berita mengharuskan agar tidak terjadi pengulangan dari teras berita, baik dalam bentuk narasi maupun kutipan ucapan langsung narasumber.
4) Bagian akhir (ending) dari berita di televisi biasanya ditemukan pada tayangan feature. Bagian ini sebaiknya diakhiri dengan rangkuman dari berita sebagai penutup. Ini akan bermanfaat kepada pemirsa untuk lebih mudah mengingat informasi yang diberitakan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Contoh Ulasan Artikel Jurnal Penelitian

Contoh Proposal Kegiatan Bulan Bahasa di Sekolah

Novelet "“NOVELETE KETIKA AKU HARUS …” Oleh: Alvian Kurniawan