cerpen "Teratai"
Cerpen
Embun dan teratai
Fajar menyingsing dari ufuk timur, dibawah mentari yang telah menyapa dunia. Konon ada setangkai bunga teratai yang tumbuh dan kembang di suatu kolam. Pagi itu seperti biasanya teratai itu memekarkan mahkotanya. Sungguh terkejut bunga teratai itu dibuat oleh suatu benda kecil dan putih yang menumpangi daunnya. Sang bunga teratai bertanya,
“ Hai benda kecil, siapakah namamu? Kamu begitu kecil dan indah.senang sekali aku berjumpa denganmu”
“Oh, namaku adalah embun. Maaf jika aku telah lancang menumpangi tubuhmu !”
“ Embun? Nama yang aneh. Kamu dating darimana?”Tanya teratai
Embun menjawab, “ Kamu tidak akan tahu !”
“Kok aku tidak boleh tahu?”Tanya teratai pada embun.
Embun hanya diam dan tiba-tiba tubuhnya mengecil mengecil dan akhirnya hilang begitu saja.
Dihari selanjutnya, di pagi yang cerah jua kembali teratai terbangun dari kantupannya. Sungguh senang hati sang teratai melihat temannya kemarin si embun kembali ia lihat.
“Hai embun sahabatku, senang sekali hari ini aku kembali melihatmu. Mengapa kau kemarin menghilang begitu saja ?” sapa sang teratai. Embun itu hanya diam dan melihat teratai saja. Pandangannya kosong, seakan ia tak mengetahui apa tujuan sang teratai berbicara seperti itu. Terataipun bertanya,
“Kok, kamu diam, mbun? Mengapa kamu tidak menjawab pertanyaanku tadi?”
“Maksud kamu apa?”Tanya embun,
“Lho, kamu lupa ya?, bukankah kemarin kita saling berkenalan dan kita juga sempat bercerita sejenak.”
“Lho, saya saja baru menyenderkan badanku ke daunmu baru sekarang. Bagaimana kita bisa bertemu kemarin?” bantah embun
Sejenak Mentari semakin memanas. Tubuh embun itu semakin mengecil mengecil dan kembali menghilang. Keesokan hari berikutnya, kembali lagi teratai bertemu embun yang ia kira adalah teman-temannya kemarin.
“Kamu embun temanku kan?” sapa teratai,
“Bukan, aku baru saja hinggap didaunmu. Bagaimana aku bisa kenal kamu?”
“Tapi, berapa kali kita telah bertemu lho?” teratai mulai binggung.
Demikian kejadian itu berlangsung secara terus menerus setiap harinya. Teratai yang selalu menganggap embun-embun yang menempel didaunnya setiap pagi hari itu sebagai temannya. Namun, tak satupun embun yang disapanya tiap hari itu mengenal teratai tersebut.
(Dirangkum dari kegiatan mendengarkan Cerita Embun dan teratai di Radio Smart
Embun dan teratai
Fajar menyingsing dari ufuk timur, dibawah mentari yang telah menyapa dunia. Konon ada setangkai bunga teratai yang tumbuh dan kembang di suatu kolam. Pagi itu seperti biasanya teratai itu memekarkan mahkotanya. Sungguh terkejut bunga teratai itu dibuat oleh suatu benda kecil dan putih yang menumpangi daunnya. Sang bunga teratai bertanya,
“ Hai benda kecil, siapakah namamu? Kamu begitu kecil dan indah.senang sekali aku berjumpa denganmu”
“Oh, namaku adalah embun. Maaf jika aku telah lancang menumpangi tubuhmu !”
“ Embun? Nama yang aneh. Kamu dating darimana?”Tanya teratai
Embun menjawab, “ Kamu tidak akan tahu !”
“Kok aku tidak boleh tahu?”Tanya teratai pada embun.
Embun hanya diam dan tiba-tiba tubuhnya mengecil mengecil dan akhirnya hilang begitu saja.
Dihari selanjutnya, di pagi yang cerah jua kembali teratai terbangun dari kantupannya. Sungguh senang hati sang teratai melihat temannya kemarin si embun kembali ia lihat.
“Hai embun sahabatku, senang sekali hari ini aku kembali melihatmu. Mengapa kau kemarin menghilang begitu saja ?” sapa sang teratai. Embun itu hanya diam dan melihat teratai saja. Pandangannya kosong, seakan ia tak mengetahui apa tujuan sang teratai berbicara seperti itu. Terataipun bertanya,
“Kok, kamu diam, mbun? Mengapa kamu tidak menjawab pertanyaanku tadi?”
“Maksud kamu apa?”Tanya embun,
“Lho, kamu lupa ya?, bukankah kemarin kita saling berkenalan dan kita juga sempat bercerita sejenak.”
“Lho, saya saja baru menyenderkan badanku ke daunmu baru sekarang. Bagaimana kita bisa bertemu kemarin?” bantah embun
Sejenak Mentari semakin memanas. Tubuh embun itu semakin mengecil mengecil dan kembali menghilang. Keesokan hari berikutnya, kembali lagi teratai bertemu embun yang ia kira adalah teman-temannya kemarin.
“Kamu embun temanku kan?” sapa teratai,
“Bukan, aku baru saja hinggap didaunmu. Bagaimana aku bisa kenal kamu?”
“Tapi, berapa kali kita telah bertemu lho?” teratai mulai binggung.
Demikian kejadian itu berlangsung secara terus menerus setiap harinya. Teratai yang selalu menganggap embun-embun yang menempel didaunnya setiap pagi hari itu sebagai temannya. Namun, tak satupun embun yang disapanya tiap hari itu mengenal teratai tersebut.
(Dirangkum dari kegiatan mendengarkan Cerita Embun dan teratai di Radio Smart
Komentar
Posting Komentar