Resume "Jenis-Jenis Wacana Pada Mata Kuliah Analisis Wacana"

PEMBAHASAN

Jenis-jenis Wacana
Wacana dapat diklasifikasikan dengan berbagai cara; antara lain :

A. Wacana berdasarkan Media penyampaiannya.

1. Wacana Tulis (Written discourse)
adalah wacana yang disampaikan secara tertulis, melalui media tulis. Untuk memahami wacana tulisan penerima harus membacanya. Wacana jenis ini bersifat satu arah.
Contoh : “ Kelas VI E Progam studi Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia Universitas PGRI Palembang terdiri atas 26
mahasiswa, ketua tingkat dari kelas ini adalah Ridho Andi
Sucipto dan wakilnya adalah Amin Syahril.”

2. Wacana Lisan (Spoken Discourse)
adalah wacana yang disampaikan secara lisan, melalui media lisan. Untuk memahami wacana lisan penerima harus menyimak atau mendengarkan.Wacana jenis ini dapat bersifat satu arah atau dua arah.
Contoh : “Pendengar. Mahasiswa semester VI E mengadakan diskusi mata
kuliah analisis wacana yang dilakukan pada hari ini, Kamis, 17
Maret 2011. Dikusi yan diketuai oleh Alvian Kurniawan ini
berlansun dengan tertib.”

B. Wacana berdasarkan pengungkapan wacana.

1. Wacana Langsung (Direct discourse)
Adalah kutipan wacana yang sebenarnya dibatasi oleh intonasi atau pungtuasi. (Kridalaksana, 1984: 208).
Contoh : Ibu Nursalamah berkata, “ Untuk menjadi terkenal, sesuatu/
seseorang itu haruslah menjadi yang pertama, terbaik dan
berbeda.”

2. Wacana Tidak Langsung (Indirect Discourse)
Adalah pengungkapan kembali wacana tanpa mengutip harfiah kata-kata yang dipakai oleh pembicara dengan mempergunakan kontruksi gramatikal atau kata tertentu, antara lain dengan klausa subordinatif, kata bahwa dan sebagainya. (Kridalaksana, 1964 : 208 – 9 ).
Contoh : Ibu Nursalamah pernah berkata bahwa untuk menjadi terkenal,
sesuatu/ seseorang itu haruslah menjadi yan pertama, terbaik dan
berbeda.

C. Wacana Berdasarkan Penempatan Penuturannya.

1. Wacana Pembeberan (Ekspository discourse)
Adalah wacana yang tidak mementingkan waktu dan penutur, berorientasi pada pada pokok pembicaraan dan bagian-bagian diikat secara logis.(Kridalaksana, 1984 : 208).
Contoh : “ Ibu Nursalamah itu memang dosen yang perlu diteladani,
Hingga pertemuan ke-5 beliau tidak pernah absen sama sekali,
Masuk kelaspun sangat tepat waktu, dengan penampilan yang
Sederhana dan alakadarnya, ia mampu menyihir perhatian
mahasiswanya, selain itu bahasa yan digunakan sangat
komunikatif sehingga penjelasannya mudah sekali
dipahami. Wajar saja dosen berprestasi seperti beliau mengajar
di kelas berprestasi seperti VI.E ini.”

2. Wacana Penuturan (Narative discourse)
Adalah wacana yang mementingkan urutan waktu, dituturkan oleh persona pertama atau ketiga dalam waktu tertentu, berorientasi pada pelaku, dan seluruh bagian diikat oleh kronologi (Kridalaksana, 1984: 208).
Contoh : “ Pada pukul 05.00 WIB, Widya bangun tidur. Dengan
meninggalkan sholat subuh ia segera smsan dengan pacarnya.
Setelah satu jam sibuk berpacaran melalui sms, iapun segera
mandi dan sarapan. Pukul 06.30 WIB ia siap bermake up, setelah
usai bermake up ia berangkat ke kampus, ia sampai kampus pukul
07.30WIB. Sesampainya di kampus ternyata tak ada satu orangpun
yang kuliah. Ternyata hari itu merupakan tangal merah, akhirnya
Widyapun pergi ke rumah pacarnya untuk berpacaran.”

D. Wacana Berdasarkan Bentuknya.

1. Wacana Prosa
Adalah wacana yang disampaikan dalam bentuk prosa. Wacana ini dapat tertulis dan lisan, dapat berupa wacana lansung atau tidak langsung, dapat pula dengan pembeberan atau tuturan. Novel, novelette, cerita pendek, artikel, kertas kerja. Skripsi, tesis, disertasi, surat dan sebagainya merupakan contoh-contoh wacana prosa.
Contoh : “Matahari terbit terang bahkan mungkin teramat terang dibanding
hari-hari biasanya. Motor, becak, mobil dan seluruh corak
kendaraan berhulu halang mengitari aktifitas tunjuk jarum di pagi
hari. Kokokan ayam yang biasanya gemuruh menyapa dan
membangunkan tidur malasku pun justru hari itu terasa hilang
perlahan satu per satu. Kotaku teramat ramai saat itu dan bisa
dipastikan hari ini mungkin akan menjadi goresan anyar yang
menyulam diary hidup kecilku.Aku bergegas menyingsing barunya
catatan tatangan yang tak tertulis sejak cerita-cerita yang lalu telah
habis terputar pada rotasi detik, menit, jam, hari hingga tahun yang
dimakan masa yang benar begitu cepat.Tapi hidup hanya satu hari
yakni hari ini, karena kemarin adalah kenangan dan besok adalah
masa depan. Akh, tak ada gunanya berlama bersandar di atas
tempat tidur. Saatnya untukku menjemput peradapan dihari ini.”
(Novellet “Ketika Aku Harus” Karya Alvian Kurniawan).

2. Wacana Puisi
Adalah wacana yang disampaikan dalam bentuk puisi secara tertulis ataupun lisan.
Contoh : Teratai-Teratai Mekar
(Oleh : Alvian Kurniawan)

Teratai-teratai mekar,
Menguncup dipagi hari tanpa sebab,
Mungkinkah layu tapi tak tua,
Ataukah mimpi tapi tak manusia,
Aku gerah melihatnya,
Ingin ku petik tapi tak mengerti,
Hanya diam beribu patri,
Menunggu jawab yang mudah-mudahan tiba.

3. Wacana Drama
Adalah wacana yang disampaikan dalam bentuk drama, dalam bentuk dialog, baik secara tertulis maupun secara lisan.
Contoh :
….
Kendil : “ Bukannya kendil kemarin sudah cari kayu banyak, masa
cepet banget habis.”
Si Mbok : “ Lha kemarinkan simbok masak banyak.”
(Naskah Perubahan Pementasan Drama Mata Kuliah PPD kelas V E “Jaka Kendil Mencari Cinta” Karya Heru Subrata.
Tujuan Wacana
Pada prinsipnya, wacana mempunyai fungsi atau tujuan anda, yaitu :
(a) Memerikan teks-teks sedemikian rupa agar kita mudah mengatakan
sesuatu yang bermanfaat mengenai teks-teks secara individual dan juga
kelompok-kelompok teks;
(b) Berupaya untuk menghasilkan suatu teori wacana, (Berry, 1981: 121)

Struktur Kalimat
Dengan mempergunakan istilah yang lebih bersifat teknis, dapatlah kita katakan bahwa perbedaan gaya bahasa seseorang ditentukan oleh mikrostruktur, yang mencangkup teks dan kalimat,

1.Segmentasi Kalimat
Berbicara mengenai segmentasi kalimat suatu wacana, maka perlu kita membedakan dan jenis, yaitu :
a) Kalimat Ortografis adalah serentetan kata-kata yang terdapat antara huruf
kapital dan titik, tanda tanya, atau tanda seru.
Contoh : Saya datang dan bertanya dengan baik dan sopan. Ternyata dia
Menaruh syak wasangka kepada saya. Mengapa dia harus
menaruh syak wasangka seperti itu ? sungguh di luar dugaan
saya. Kurang ajar dia ! Mentang-mentang sudah sudah jadi
orang, menggap semua yang datang sebagai pengemis!

b) Kalimat gramatikal adalah serentetan potensial dapat diawali dengan
huruf kapital dan diakhiri dengan tanda baca.
Contoh :
- Yuli marah, Putri diam, Intan tertawa, Arifin terpesona.
( Kalimat tersebut tergolong kalimat ortografis, tetapi terdiri atas empat kaliamat gramatikal).

2. Leksikalisasi
Leksikalisasi hanyalah mengandung makna bagaimana caranya suatu kesatuan makna yang telah diruas-ruas dalam keseluruhan jaringan kesatuan-kesatuan gagasan yang abstrak itu akan dimanifiestaikan dalam kesatuan-kesatuan panjang kata.
Contoh :
Murid Menghargai Guru
(Orang yang pernah memperoleh pengajaran selama beberapa tahun secara teratur dibangku sekolah. Menyatakan rasa hormat dan pujiannya dengan setulus hati dan secara ikhlas kepada Sang pengajar dan pendidik yang telah membimbing serta mengasuhnya dengan sabar, setia dan penuh kasih sayang)

3. Manifestasi
Dengan seperangkat kata-kata potensial yang menggambarkan gagasan-gagasan yang abtrak di dalam hubungan-hubungan yang abstrak, yaitu gagasan-gagaan yang bebas dari setiap kata-kata khusus atau struktur gramatikal tertentu, maka kini kita dapat mengusut bagaimana caranya isi atau kadar yang abstrak ini direalisasikan dari kalimat-kalimat aktual, maka kita memerlukan beberapa istilah antara lain subjek, verba, objek, pronominal, klausa, frase, klausa, dan kalimat.
Tanpa menhiraukan rumitnya suatu kalimat, dapatlah kita katakan bahwa keranka struktur gramatikalnya hamper selalu terdiri dari subjek verba dan jika perlu ditambah denan komplen.
Contoh :

Subjek Verba (Komplemen)
Evi Mandi
Revi merasa cantik


Kelas-Kelas Struktur Kalimat (Klasikalisasi)

1.Struktur Gramatikal
Ini merupakan tingkatan yang paling lazim dan dapat dibatasi secara objektif. Struktur gramatikal dibagi menjadi 3 yaitu;

a. Subjek
Untuk mengenali subjek, kita dapat membuat pertanyaan dengan kata siapa. Contoh : Kemarin, Siti Mamalia terjatuh di got.
Pertanyaan : Siapa yang terjatuh di got ?
Jawab : Siti Mamalia.

b. Verba (kata kerja)
Biasanya terletak setelah subjek, Verba menerangkan perbuatan atau peristiwa yang dilakukan. Contoh : Mawar tertawa keras sekali.

c. Komplemen
apa-apa saja yang melengkapi pengertian structural verba, kalau memang verba itu membutuhkan pelengkap struktur tersebut. Dalam beberapa hal, komplemen merupakan objek langsung pula.
Contoh : Sugianto mendaki gunung Semeru.

2. Struktur Semantik
Ditinjau dari segi semantiknya, maka kalimat mempunyai struktur pelaku, laku, sasaran.
Contoh : Arifin (Pelaku) Membelai (laku) Amin (sasaran).

3. Struktur Retoris
Ditinjau dari segi retoris, maka kalimat mempunyai struktur : Pokok, sumbu dan tekanan. Pokok adalah topik yang ada dalam kalimat itu, sumbu adalah segala sesuatu yang berada di antara topic dan tekanan, sedangkan tekanan adalah posisi pada akhir kalimat.
Contoh : Yosi (Topik yang dibicarakan) adalah (sumbu) temanku (tekanan).

Daftar Pustaka

Tarigan, Henry Guntur. 1987. Pengajaran Wacana. Bandung : Angkasa.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Contoh Ulasan Artikel Jurnal Penelitian

Contoh Proposal Pengajuan Kegiatan Ekstrakurikuler

Contoh Proposal Kegiatan Bulan Bahasa di Sekolah