RPP KELAS X KD 3.8 DAN 4.8 BAHASA INDONESIA KURIKULUM 2013 REVISI

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Sekolah                       :
Mata Pelajaran            : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester           : X /1
Materi Pokok            : Hikayat
Alokasi Waktu            : 6 JP (6 x 45 menit)

A.  Kompetensi Inti (KI)
Kompetensi Sikap: Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
          Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
KI 3  Memahami ,menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah
KI 4 Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak  terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan

B.  Kompetensi Dasar (KD) dan Indikator
Kompetensi Dasar
Indikator
3.8      Membandingkan nilai-nilai dan kebahasaan cerita rakyat (hikayat) dan cerpen.
3.8.1    Mengidentifikasi karakteristik bahasa hikayat.
3.8.2    Membandingkan bahasa dalam    hikayat dengan bahasa cerpen.
3.8.3    Membandingkan nilai-nilai dalam   teks hikayat dan dalam cerpen.
3.8.4    Membandingkan alur cerita dalam hikayat dan cerpen.
4.8      Mengembangkan cerita rakyat (hikayat) ke dalam bentuk cerpen dengan memerhatikan isi dan nilai-nilai.
4.8.1      Menyusun kembali isi hikayat ke dalam bentuk cerpen
4.8.2   Menceritakan kembali isi hikayat ke dalam bentuk cerpen.

C.  Tujuan Pembelajaran
Melalui model pembelajaran inquiry learning, peserta didik menggali informasi dari berbagai sumber belajar diharapkan peserta didik dapat membandingkan nilai-nilai dan kebahasaan cerita rakyat (hikayat) dan cerpen dan mengembangkan cerita rakyat (hikayat) ke dalam bentuk cerpen dengan memerhatikan isi dan nilai-nilai dengan rasa ingin tahu, teliti,  bertanggung jawab dan disiplin.
D.  Materi Pembelajaran
1.      Teks hikayat dan cerpen
2.      Karakteristik bahasa hikayat dan cerpen
3.      Nilai-nilai dalam hikayat dan  cerpen
4.      Unsur intrinsik teks hikayat dan cerpen
5.      Menyusun teks hikayat ke dalam bentuk cerpen
E.  Model, Metode, dan Pendekatan Pembelajaran
     Model Pembelajaran  : Pembelajaran Inkuiri (Inquiry Learning)
Metode Pembelajaran : Diskusi, penugasan

F.   Media dan Bahan Pembelajaran
1. Media/alat               :  LCD/papan tulis    
2. Bahan                     : Teks hikayat dan teks cerpen

G. Sumber Belajar
a.    Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2016. Buku Siswa Bahasa Indonesia Kelas X.  Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
b.    Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2016. Buku Guru Bahasa Indonesia Kelas X. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
c.    Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.2013. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. 

H.  Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan Pertama: 2JP
3.8.1   Mengidentifikasi karakteristik bahasa hikayat.
3.8.2   Membandingkan bahasa dalam  teks hikayat dengan bahasa cerpen.
Tahapan
Deskripsi
Waktu
Pendahuluan
1.    Peserta didik merespons salam pembuka.
2.    Pendidik mempersiapkan kondisi peserta didik.
3.    Peserta didik berdoa dipandu ketua kelas.
4.    Pendidik memotivasi peserta didik.
1.    Pendidik melakukan apersepsi  melalui tanya jawab tentang materi yang telah dipelajari pada pertemuan sebelumnya.
5.    Pendidik menyampaikan tujuan, manfaat materi pembelajaran yang akan dicapai, dan strategi pembelajaran.

10 menit
Inti
1.    Peserta didik membaca contoh teks hikayat.
2.    Peserta didik membaca contoh cerpen.
3.    Peserta didik mengidentifikasi karakteristik bahasa hikayat.
4.    Peserta didik mengidentifikasi bahasa yang digunakan dalam hikayat dan dalam cerpen.
5.    Peserta didik membandingkan bahasa yang digunakan dalam hikayat dan dalam cerpen.
6.    Peserta didik mempresentasikan temuan dan simpulan berkenaan dengan karakteristik bahasa hikayat dan perbedaan bahasa yang digunakan dalam hikayat dan cerpen.
7.    Peserta didik (yang lain) menanggapi, dan menyampaikan masukan untuk memperbaiki  temuan atau simpulan yang berkenaan dengan  karakteristik  bahasa hikayat dan perbedaan bahasa yang digunakan dalam hikayat dan cerpen.

70 menit
Penutup
1.     Peserta didik melakukan refleksi tentang pembelajaran yang   telah dilakukan.
2.     Peserta didik bersama pendidik menyimpulkan pelajaran
3.     Peserta didik diberi tugas mencari  teks hikayat dan cerpen lain dari  berbagai sumber (internet, majalah, koran).
4.     Pendidik menyampaikan topik pembelajaran untuk pertemuan selanjutnya.
10    enit

Pertemuan Kedua: 2JP
3.8.3   Membandingkan nilai-nilai dalam teks hikayat dan dalam cerpen.
3.8.4   Membandingkan alur cerita dalam hikayat dan cerpen.
Tahapan
Deskripsi
Waktu
Pendahuluan
1.    Peserta didik merespons salam pembuka.
2.    Pendidik mempersiapkan kondisi peserta didik.
3.    Peserta didik berdoa dipandu ketua kelas.
4.    Pendidik memotivasi peserta didik.
5.    Pendidik melakukan apersepsi  melalui tanya awab tentang materi yang telah dipelajari pada pertemuan sebelumnya.
6.    Pendidik menyampaikan tujuan, manfaat materi pembelajaran yang akan dicapai, dan strategi pembelajaran.

10 menit
Inti
1.     Peserta didik membaca contoh teks hikayat.
2.     Peserta didik membaca contoh cerpen.
3.     Peserta didik mengidentifikasi nilai-nilai dalam teks hikayat dan dalam cerpen.
4.     Peserta didik membandingkan  nilai-nilai dalam teks hikayat dan dalam cerpen.
5.     Peserta didik membandingkan alur cerita dalam hikayat dan cerpen.
6.     Peserta didik mempresentasikan temuan dan simpulan berkenaan dengan nilai-nilai dan alur cerita dalam hikayat dan cerpen.
7.     Pserta didik (yang lain) menanggapi, dan menyampaikan masukan untuk memperbaiki  temuan atau simpulan yang berkenaan dengan  nilai-nilai dan alur cerita dalam hikayat dan cerpen.

70 menit
Penutup
1.    Peserta didik melakukan refleksi tentang pembelajaran yang   telah dilakukan.
2.    Peserta didik bersama pendidik menyimpulkan pelajaran
3.    Peserta didik diberi tugas mencari  teks hikayat dan cerpen lain dari  berbagai sumber (internet, majalah, koran), kemudian dianalisis  nilai-nilai dan alur hikayat dan cerpen.
4.    Pendidik menyampaikan topik pembelajaran untuk pertemuan selanjutnya.
10 menit

Pertemuan Ketiga: 2JP
4.8.1   Menyusun kembali isi hikayat ke dalam bentuk cerpen
4.8.2   Menceritakan kembali isi hikayat ke dalam bentuk cerpen.
Tahapan
Deskripsi
Waktu
Pendahuluan
1.     Peserta didik merespons salam pembuka.
2.     Pendidik mempersiapkan kondisi peserta didik.
3.     Peserta didik berdoa dipandu ketua kelas.
4.     Pendidik memotivasi peserta didik.
5.     Pendidik melakukan apersepsi melalui tanya jawab tentang materi yang telah dipelajari pada pertemuan sebelumnya.
6.     Pendidik menyampaikan tujuan, manfaat materi pembelajaran yang akan dicapai, dan strategi pembelajaran.

10 menit
Inti
1.    Peserta didik membaca contoh teks hikayat.
2.    Peserta didik menanya tentang cara dan langkah-langkah penyusunan kembali isi hikayat ke dalam bentuk cerpen.
3.    Peserta didik secara individu menyusun kembali isi hikayat ke dalam bentuk cerpen dengan bahasanya sendiri.
4.    Peserta didik menceritakan kembali hikayat yang telah tulisnya.
5.    Peserta didik mempresentasikan temuan dan simpulan berkenaan dengan penyusunan kembali isi hikayat ke dalam bentuk cerpen dan menceritakan kembali isi hikayat tersebut.
6.    Pserta didik (yang lain) menanggapi, dan menyampaikan masukan untuk memperbaiki  temuan atau simpulan yang berkenaan dengan penyusunan kembali isi hikayat ke dalam bentuk cerpen dan menceritakan kembali isi hikayat.

70 menit
Penutup
1.    Peserta didik melakukan refleksi tentang pembelajaran yang   telah dilakukan.
2.    Peserta didik bersama pendidik menyimpulkan pelajaran
3.    Peserta didik diberi tugas mencari  teks hikayat dan cerpen lain dari  berbagai sumber (internet, majalah, koran), kemudian dianalisis  nilai-nilai dan alur hikayat dan cerpen.
4.    Pendidik menyampaikan topik pembelajaran untuk pertemuan selanjutnya.
10    enit
I.     Teknik Penilaian
1. Teknik penilaian
·  Pengetahuan                 : tes tertulis
·  Keterampilan                : penugasan, unjuk kerja
·   Sikap                            : observasi
2. Instrumen penilaian       : Terlampir
·  Penilaian pengetahuan (Portofolio)
No
Aspek yang dinilai
Skor
1.
Peserta didik mampu mengidentifikasi karakteristik bahasa hikayat
3
2.
Peserta didik mampu membandingkan bahasa dalam    hikayat dengan bahasa cerpen
3
3.
Peserta didik mampu membandingkan nilai-nilai dalam   teks hikayat dan dalam cerpen.
2
 4
Peserta didik mampu membandingkan alur cerita dalam hikayat dan cerpen
2

Total skor
10
Nilai Akhir Siswa

LAMPIRAN:
MATERI PEMBELAJARAN
·      Karakteristik bahasa hikayat
1.    Banyak memakai kata penghubung yang menyatakan urutan peristiwa, misalnya: harta, syahdan, maka, arkian, sebermula, dan lalu.
2.    Banyak memakai bentuk yang tetap sehingga terdapat banyak pengulangan kata, misalnya: Kata sahibul hikayat, ada sebuah negeri di tanah Andalas Palembang namanya, Demang Lebar Daun nama rajanya, asalnya daripada anak cucu Raja Sulan, Muara Tatang nama sungainya. (dari Sejarah Melayu)
3.    Banyak memakai bentuk partikel pun dan lah
4.    Banyak memakai kalimat inversi, misalnya: Syahdan maka bertemulah rakyat Siam dengan rakyat Keling, lalu berperang. Lalu diceritakanlah segala kelakuan tuan putri dengan nahkoda itu.
·      Karakteristik bahasa cerita pendek
1.    Menggunakan tokoh dengan kata ganti orang pertama atau orang ketiga.
2.    Menggunakan kata sifat untuk menjelaskan watak tokoh/untuk mengidentifikasi tokoh/objek lain.
3.    Menggunakan kata kerja untuk menunjukan tindakan, gerak-gerik, dan tingkah laku tokoh.
4.    Terdapat kata kias/konotasi dan gaya bahasa untuk memperindah isi cerita.
5.    Terdapat dialog/percakapan (dijelaskan dalam tanda petik/kalimat langsung).
6.    Menggunakan bahasa yang tajam, sugestif, dan menarik.

·      Unsur Intrinsik hikayat dan cerpen
1.    Tema, adalah pokok pikiran yang menjadi dasar cerita yang dicetuskan oleh pengarang. Biasanya, tema hikayat berupa kehidupan kerajaan, hal-hal di luar akal pikiran (ajaib), petualangan, ketuhanan, dan lain-lain. Tema dominan dalam hikayat adalah petualangan.
2.    Penokohan adalah cara pengarang menggambarkan dan mengembangkan karakter tokoh-tokoh dalam cerita. Untuk menggambarkan karakter seorang tokoh tersebut, pengarang dapat menggunakan teknik sebagai berikut.
d.   Penggambaran fisik dan perilaku tokoh.
e.    Penggambaran oleh tokoh lain.
3.    Alur, adalah rangkaian peristiwa yang memiliki hubungan sebab akibat sehingga menjadi satu kesatuan yang padu bulat dan utuh. Dalam hikayat, terdapat beberapa peristiwa yang pada dasarnya merupakan wadah pertentangan antara tokoh utama yang baik dan tokoh utama yang jahat. Biasanya yang baiklah yang mendapatkan kemenangan gemilang, sedangkan yang jahat dapat dikalahkan. Pada umumnya tokoh utama berada di pihak yang benar, berwatak baik, dan dengan kehebatan dan kesaktiannya dia unggul dalam suatu perkelahian atau pertentangan.
4.    Latar, yaitu tempat, hubungan waktu, suasana, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa secara konkret dan jelas. Unsur latar dibagi empat, yaitu:
a.    Latar tempat, merujuk pada lokasi berupa tempat-tempat dengan nama tertentu terjadinya peristiwa.
b.    Latar waktu, berhubungan dengan ‘kapan’ terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan.
c.    Latar sosial, merujuk pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang di ceritakan dalam hikayat. Pada umumnya, berkaitan dengan tradisi dan adat-istiadat yang masih kental.
d.   Latar suasana, berhubungan dengan keadaan yang tergambar dalam hikayat. Misalkan ketakutan, romantisme, dan lain-lain.
5.    Gaya bahasa, adalah cara khas penyusunan dan penyampaian dalam bentuk tulisan dan lisan. Ruang lingkup dalam tulisan meliputi penggunaan kalimat, pemilihan diksi, penggunaan majas, dan penghematan kata. Dalam hikayat, yang digunakan yaitu bahasa Melayu dengan berbagai macam diksi, majas, dan penggunaan katanya cenderung tidak efektif, sehingga kita sulit memahaminya. Namun, ada beberapa hikayat yang telah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia sehingga kita tidak kesulitan dalm membacanya.
6.    Sudut pandang, adalah cara pengarang menempatkan dirinya dalam bercerita. Pencerita biasanya menempatkan diri ebagai orang ketiga, dengan menggunakan teknik ‘diaan’, menempatkan pencerita sebagai orang pertama hanya terdapat dalam hikayat Abdullah.
7.    Amanat, merupakan pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang kepada pembaca. Biasanya berisi petuah kehidupan, dan sebagainya



INSTRUMEN PENILAIAN
1.    Bacalah hikayat dan cerpen berikut! Lalu analisislah perbedaan antara hikayat dan cerpen dilihat dari bahasa dan nilai-nilainya!

Hikayat
Si Miskin

Karena sumpah Batara Indera, seorang raja keinderaan beserta permaisurinya bibuang dari keinderaan sehingga sengsara hidupnya. Itulah sebabnya kemudian ia dikenal sebagai si Miskin.
Si Miskin laki-bini dengan rupa kainnya seperti dimamah anjing itu berjalan mencari rezeki berkeliling di Negeri Antah Berantah di bawah pemerintahan Maharaja Indera Dewa. Ke mana mereka pergi selalu diburu dan diusir oleh penduduk secara beramai-ramai dengan disertai penganiayaan sehingga bengkak-bengkak dan berdarah-darah tubuhnya. Sepanjang perjalanan menangislah si Miskin berdua itu dengan sangat lapar dan dahaganya. Waktu malam tidur di hutan, siangnya berjalan mencari rezeki. Demikian seterusnya.
Ketika isterinya mengandung tiga bulan, ia menginginkan makan mangga yang ada di taman raja. Si Miskin menyatakan keberatannya untuk menuruti keinginan isterinya itu, tetapi istri itu makin menjadi-jadi menangisnya. Maka berkatalah si Miskin, “Diamlah. Tuan jangan menangis. Biar Kakanda pergi mencari buah mempelam itu. Jikalau dapat, Kakanda berikan kepada tuan.”
Si Miskin pergi ke pasar, pulangnya membawa mempelam dan makanan-makanan yang lain. Setelah ditolak oleh isterinya, dengan hati yang sebal dan penuh ketakutan, pergilah si Miskin menghadap raja memohon mempelam. Setelah diperolehnya setangkai mangga, pulanglah ia segera. Isterinya menyambut dengan tertawa-tawa dan terus dimakannya mangga itu.
Setelah genap bulannya kandunga itu, lahirlah anaknya yang pertama laki-laki bernama Marakarmah (anak di dalam kesukaran) dan diasuhnya dengan penuh kasih sayang. Ketika menggali tanah untuk keperluan membuat teratak sebagai tempat tinggal, didapatnya sebuah tajau yang penuh berisi emas yang tidak akan habis untuk berbelanja sampai kepada anak cucunya. Dengan takdir Allah terdirilah di situ sebuah kerajaan yang komplet perlengkapannya.
Si Miskin lalu berganti nama Maharaja Indera Angkasa dan isterinya bernama Tuan Puteri Ratna Dewi. Negerinya diberi nama Puspa Sari. Tidak lama kemudian, lahirlah anaknya yang kedua, perempuan, bernama Nila Kesuma. Maharaja Indera Angkasa terlalu adil dan pemurah sehingga memasyurkan kerajaan Puspa Sari dan menjadikan iri hati bagi Maharaja Indera Dewa di negeri Antah Berantah.
Ketika Maharaja Indera Angkasa akan mengetahui pertunangan putra-putrinya, dicarinya ahli-ahli nujum dari Negeri Antah Berantah. Atas bujukan jahat dari raja Antah Berantah, oleh para ahli nujum itu dikatakan bahwa Marakarmah dan Nila Kesuma itu kelak hanyalah akan mendatangkan celaka saja bagi orangtuanya. Ramalan palsu para ahli nujum itu menyedihkan hati Maharaja Indera Angkasa. Maka, dengan hati yang berat dan amat terharu disuruhnya pergi selama-lamanya putra-putrinya itu. Tidak lama kemudian sepeninggal putra-putrinya itu, Negeri Puspa Sari musnah terbakar.
Sesampai di tengah hutan, Marakarmah dan Nila Kesuma berlindung di bawah pohon beringin. Ditangkapnya seekor burung untuk dimakan. Waktu mencari api ke kampung, karena disangka mencuri, Marakarmah dipukuli orang banyak, kemudian dilemparkan ke laut. Nila Kesuma ditemu oleh Raja Mengindera Sari, putera mahkota dari Palinggam Cahaya, yang pada akhirnya menjadi isteri putera mahkota itu dan bernama Mayang Mengurai.
Akan nasib Marakarmah di lautan, teruslah dia hanyut dan akhirnya terdampar di pangkalan raksasa yang menawan Cahaya Chairani (anak raja Cina) yang setelah gemuk akan dimakan. Waktu Cahaya Chairani berjalan–jalan di tepi pantai, dijumpainya Marakarmah dalam keadaan terikat tubuhnya. Dilepaskan tali-tali dan diajaknya pulang. Marakarmah dan Cahaya Chairani berusaha lari dari tempat raksasa dengan menumpang sebuah kapal. Timbul birahi nahkoda kapal itu kepada Cahaya Chairani, maka didorongnya Marakarmah ke laut, yang seterusnya ditelan oleh ikan nun yang membuntuti kapal itu menuju ke Palinggam Cahaya. Kemudian, ikan nun terdampar di dekat rumah Nenek Kebayan yang kemudian terus membelah perut ikan nun itu dengan daun padi karena mendapat petunjuk dari burung Rajawali, sampai Marakarmah dapat keluar dengan tak bercela.
Kemudian, Marakarmah menjadi anak angkat Nenek Kebayan yang kehidupannya berjual bunga. Marakarmah selalu menolak menggubah bunga. Alasannya, gubahan bunga Marakarmah dikenal oleh Cahaya Chairani, yang menjadi sebab dapat bertemu kembali antara suami-isteri itu. Karena cerita Nenek Kebayan mengenai putera Raja Mangindera Sari menemukan seorang puteri di bawah pohon beringin yang sedang menangkap burung, tahulah Marakarmah bahwa puteri tersebut adiknya sendiri, maka ditemuinyalah. Nahkoda kapal yang jahat itu dibunuhnya. Selanjutnya, Marakarmah mencari ayah bundanya yang telah jatuh miskin kembali. Dengan kesaktiannya diciptakannya kembali Kerajaan Puspa Sari dengan segala perlengkapannya seperti dahulu kala.
Negeri Antah Berantah dikalahkan oleh Marakarmah, yang kemudian dirajai oleh Raja Bujangga Indera (saudara Cahaya Chairani). Akhirnya, Marakarmah pergi ke negeri mertuanya yang bernama Maharaja Malai Kisna di Mercu Indera dan menggantikan mertuanya itu menjadi Sultan Mangindera Sari menjadi raja di Palinggam Cahaya.

Cerpen
Jam Kosong Lagi
Oleh Irma
        Pagi buta Camil sudah bangun, ia membereskan tempat tidur, mempersiap-kan buku-buku pelajaran dan tugas lalu beranjak menuju kamar mandi. Setelah membersihkan diri tak lupa ia sholat subuh kemudian menuju dapur untuk membantu ibunya menyiapkan sarapan.
“Kamu sudah bangun Nak…”
“Sudah bu, ibu mau masak apa?”
“Tumis kangkung sama ikan asin goreng”
“Ya sudah sini aku bantuinbu”
        Pagi itu seperti biasa Camil membantu ibunya menyiapkan sarapan pagi. Jam 5 pagi sarapan sudah siap dan ibunya lalu mulai menyiapkan dagangan. Ibu Camil memiliki warung soto, jadi sehari-hari ia selalu sibuk dengan dagangannya.
        Setelah menyelesaikan urusan dapur Camil pun masih sempat membantu ibunya mempersiapkan dagangan. Jam 6 mereka satu keluarga sudah sarapan dan memulai aktivitas sehari-hari. Ayah Camil pergi ke sawah, sementara ibunya berdagang.

        Camil sendiri masih duduk di bangku SMA kelas 3. Ia selalu rajin belajar baik di sekolah maupun di rumah. Ia juga sering membantu ibunya berdagang karena memang rumah mereka di depan sekolah Camil.
        Sejak kakaknya meninggal satu tahun lalu karena sakit Camil selalu rajin membantu ibunya. Ia menggantikan sang kakak untuk membantu ibu mendapatkan uang untuk tambahan kebutuhan sehari-hari.
        Dulu waktu kakaknya masih hidup mereka bisa mengandalkan hasil sawah ayahnya karena selalu dibantu sang kakak. Namun sekarang sang ayah bekerja sendiri sehingga seringkali hasil panen kurang memuaskan.
        Meski dari keluarga kurang mampu, Camil adalah anak yang pandai dan ia sangat rajin di sekolah. Ia selalu mendapatkan peringkat, bahkan tahun ini ia mendapatkan beasiswa untuk anak berprestasi.
        Namun belakangan ini sedang ada masalah di sekolahnya. Beberapa guru yang sudah tua meninggal dunia, kebetulan sudah ada 3 guru yang meninggal bulan itu. Karena itu proses belajar mengajar di sekolah sedikit terganggu karena kekurangan guru. Camil dan teman-teman terpaksa sering belajar sendiri di sekolah karena jam kosong.
“Hari ini sepertinya kita jam kosong lagi nih”, ucap Camil kepada Niko.
“Iya nih, padahal sebentar lagi ujian”, jawab Niko.
“Bagaimana jika kita belajar bersama, kita coba latihan soal saja, setelah itu kita saling tukar jawaban kita”
        Akhirnya Niko dan Camil belajar mengerjakan soal-soal yang ada di buku. Setelah selesai mereka saling menukar hasil jawaban yang diperoleh. Jika ada yang tidak sependapat dan memiliki jawaban berbeda maka mereka pun mendiskusikannya bersama-sama.
        Melihat mereka berdua belajar sendiri, beberapa tema lain pun ikut bergabung, suasana belajar menjadi lebih ramai dan menarik. Di sela-sela itu mereka juga masih sempat bercanda-ria.

“Coba kalau setiap hari seperti ini ya, kita belajarnya jadi lebih santai”, celetuk salah seorang dari mereka.
“Benar juga ya, tapi kalau ada yang mentok dan tidak tahu ya kita juga yang susah, coba soal nomor 5 ini siapa yang tahu?”, ucap Niko
“Iya, aku tidak tahu jawaban pastinya”, tambah Camil
“Ya sudah, kita catat saja yang tidak kita tahu, setelah itu nanti kita berikan ke kepala sekolah agar kita dibantu…”
        Mereka pun melanjutkan diskusi sampai tidak menyadari waktu istirahat telah tiba. Mendengar anak lain ramai di luar kelas mereka pun akhirnya mengakhiri diskusi dan istirahat. 
“Bagaimana ini, jam berikutnya kita juga kosong, apa kita lanjutkan seperti tadi?”
“Ya bisa saja, tapi apa tidak sebaiknya kita bilang kepada kepala sekolah?”
“Bilang bagaimana?”
“Ya ini kan sudah dua minggu kita seperti ini, padahal sebentar lagi kita ujian, apa tidak ada guru lain?”
“Iya kamu benar”
        Akhirnya beberapa murid memutuskan untuk musyawarah terlebih dahulu di kelas. Akhirnya mereka bermusyawarah membahas jam kosong yang sering terjadi. 
        Akhirnya, keputusan diambil, dengan berbagai pertimbangan mereka memutuskan untuk mencoba bicara dengan para guru. Niko, Camil dan Tia pun akhirnya menuju ke kantor.
“Ada apa anak-anak, kalian tidak belajar?”
“Tidak pak, pelajaran kimia…”
“Ow… jadi kalian mau apa?”,
“Kami ingin bertemu bapak kepala sekolah, Pak”
“Ada perlu apa kalian ingin bertemu pak kepala sekolah?”
“Ini pak, kami ingin membicarakan masalah jam kosong di kelas kami”
“Oh… ya sudah, di ruangannya, kalian bisa ke sana langsung”

        Akhirnya mereka menemui kepala sekolah dan mengatakan masalah jam kosong tersebut. Tidak ada solusi yang memuaskan, bapak kepala sekolah mengatakan bahwa di sekolah sudah tidak ada guru lain yang bisa membantu, mereka mau tidak mau harus belajar sendiri sampai guru baru didapatkan.
“Ya sudah, kita harus belajar sendiri kalau begitu”, ucap Niko
“Tidak apa-apa, yang penting kita sudah bicara dengan bapak kepala sekolah”, jawab Camil
“Iya benar, lagi pula bapak kepala sekolah sudah janji akan membantu kita jika ada pertanyaan seputar pelajaran”, lanjut Tia
        Mereka pun akhirnya kembali ke kelas dan menyampaikan apa yang mereka bicarakan dengan kepala sekolah. Terlihat, para murid sebenarnya sedikit kecewa namun mereka mengerti dan mau berusaha sekuat tenaga untuk belajar sendiri. Apalagi sebentar lagi ujian, mereka tidak mau kalau sampai tidak lulus.






Mengetahui:                                                              Palembang, 17 Juli 2017
Kepala Sekolah,                                                        Guru Mata Pelajaran,                                                                                                                                             


                                                                                   Alvian Kurniawan, M.Pd.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Contoh Ulasan Artikel Jurnal Penelitian

Contoh Proposal Kegiatan Bulan Bahasa di Sekolah

Ringkasan dan contoh soal Materi Bertelepon dengan kalimat yang sopan dan efektif, Modul Bahasa Indonesia Kelas 7SMP Semester 2 Budiwijaya Karangan Alvian Kurniawan